I Have No Idea

541 17 3
                                    

"Daahh riiin. Besok pergi kekampus bareng-bareng yaa..." teriak Roki dan Deskra seraya melambaikan tangannya kepada ku.

"Iyaaa. Daahh, terimakasiiih." Sebelumnya, kami berbincang-bincang mengenai kuliah dan kehidupan kami. Ternyata, bisa dibilang, anak kos yang selain tinggal jauh dari orang tua itu, bernasib sama dengan ku.

Sesampainya dikamar, akupun langsung merebahkan diri ku dikasur. Sedang apa ya, Raka? Pasti dia sangat tidak nyaman sekarang berada dengan Kayla. Terkadang aku tidak habis pikir dengan orang yang terpaksa menyayangi seperti itu. Setiap hari bertemu pula. Memberi kasih sayang dan cinta yang palsu. Apakah ikhlas?

Tak tersadar aku, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sedangkan kuliah besok dimulai pukul 9 pagi. Bagaimana aku bisa bangun cepat jika jam segini saja aku belum tertidur? Eh, oia. Mama. Apa kabar mama sekarang? Aku dengan cegatnya langsung mengecek di hp ku, apakah ada sms dari mama atau tidak. Rupanya tidak ada, masa iya sih mama tidak mau memberi kabar kepada ku?

Dengan tidak berpikir panjang, aku langsung keluar dan mencari penjual pulsa untuk mengisi hp ku dan hp mama. Mungkin sajakan mama tidak ada pulsa untuk membalas sms ku. Setelah itu akupun menelefonnya. Tidak aktif. Telefon lagi, masih tidak aktif. Karena kantuk yang melanda, akupun melupakannya, dan segera bergegas mengganti baju, dan langsung tidur.

---

*tok tok tok*

"Pagi!!!"

Sesaat kemudian,

"Tidak ada orang kah? Arin! Sudah pagi!!!" teriak seseorang dari luar.

Dengan berjalan lemas, dan mata yang masih tertutup, aku membuka pintu. "Hei, siapa tadi yang memanggil?" Tidak ada seorangpun diluar. Akupun kembali menutup pintu. "Ada-ada saja pagi-pagi begini."

"Eh eh eh, tunggu!" teriaknya lagi.

"Siapa sih?" gerutu ku sambil membuka pintu.

"Eh, ini. Ada sarapan sedikit. Maaf kalau sudah dingin, sengaja aku belikan tadi malam untuk mu. Aku bisa pastikan jika ini belum basi." ujar nya.

"Raka? In-ini sarapan untuk ku?" kata ku. Siapa sih yang tak kaget melihat manusia yang di kagumi berada didepannya dengan membawa sesuatu yang menurutnya tak lazim dilakukan seseorang yang baru berkenalan selama satu hari?

"Iya. Ku harap kau suka ini." ujarnya seraya memberi ku kotak yang aku tidak tau apa isi didalamnya.

Dengan tidak merasa canggung, niatnya aku ingin sarapan bersamanya, berdua saja. Tapi apakah bisa?

"Terimakasih, apakah kau juga sudah sarapan?"

"Aku? Sudah. Tadi aku sempat berbagi juga dengan Deskara dan Roki."

Yaaah, aku kira dia belum menyantap sarapannya. Kan lumayan jika aku bersarapan dengannya.

"Niatnya sih mau sarapan sama kamu, Rin."

Hah? Ini mimpi pasti. Benar-benar ini mimpi. Aku tidak percaya kata-kata itu bisa keluar dari mulutnya. Oh Tuhaaaan...

"Terus kok-"

"Ia, aku sudah memanggil mu dari tadi, tetapi kau belum juga bangun dan membukakan ku pintu, ya sudah akhirnya aku sarapan dengan sobat-sobat ku itu saja."

Betapa bodohnya akuu!! Kenapa bisa tidak mendengar Raka memanggil ku sih? Jadi kehilangan kesempatan emas jadi nya!

"Oh begitu, ya sudah, terimakasih sekali lagi atas sarapannya."

"Sama-sama, Ariana." ucap nya sambil tersenyum.

Akupun membalikkan badan, ingin masuk ke dalam kamar.

"Eh tunggu. Kenapa kau mau masuk? Sarapan saja disini, aku yang menemani mu. Aku ingin mengenal mu lebih dekat lagi." kata nya seraya menawarkan kursi yang ada dibelakangnya. Rasanya ingin melayang saja diriku ini. Hufftt, tenang Arin! Rilekssss.

"Oh, oke."

"Jadi kau itu dari mana asal nya?" tanya Raka.

"Maksud mu? aku tidak dari mana-mana, aku tinggal di Jakarta juga, tetapi baru memilih untuk ngekos aja."

"Kenapa begitu?"

"Ya karena aku pikir aku sudah cukup dewasa untuk membiayai hidup ku sendiri. Mau ini?" jawab ku seraya menawarkan makanan untuknya.

"Tidak, ini kan khusus untuk kamu, jadi cuma kamu yang boleh makaninnya." Khusus? Khusus untuk aku? Apa ini, Raka? Cukup sudah kau membuat ku melayang-layang pagi-pagi begini.

"Hebat ya kamu. Lain lagi dengan ku, papa dan mama ku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Pergi sana sini, tidak pernah tau dan mungkin tidak mau tau aktivitas anaknya itu seperti apa. Dia hanya memberi aku uang. Hanya itu, rin. Itu saja pun lewat pembantu kami. Aku sudah tidak tahan, maka itulah aku berada disini sekarang."

Aku kaget, dan langsung memberhentikan makan ku. "Mereka masih memberi mu uang kan? Itu tanda nya orang tua mu setidaknya masih punya rasa sayang dengan mu. Mereka bekerja untuk menghidupi anaknya juga."

"Tetapi orang tua ku hidup untuk bekerja. Bukan bekerja untuk hidup, Rin."

"Hmm, sudah berapa lama kau pergi dari rumah? Orang tua mu tau?"

"Dua bulan, Rin. Tidak, mereka tidak tau. Niatnya aku tidak memberi tau mereka untuk melihat, apa kah mereka masih mencari ku jika aku tidak mengabari nya? Ternyata benar, selama dua bulan ini mereka tidak ada menanyakan kabar ku, dimana aku, sedang apa aku, dan yang lainnya lah."

"Ya sudah, yang jelas hal terpentig sekarag, kau harus menyelesaikan kuliah mu agar mereka bisa bangga kepada mu ya, Ka."

Ia pun tersenyum, "Terimakasih atas sarannya Rin."

"Tidak perlu, aku yang seharusnya berterimakasih kepada mu karena telah berada disini menemani ku. Sampai jumpa dikampus ya, Ka."

"Kita ngga pergi bareng-bareng?" Teringat oleh ku, Deskara dan Roki menhajak pergi kekampus bersama.

"Eh, oh, iya. Oke deh. Jam delapanan, ya?"

"Hah? Ini sudah jam delapan, Arin."

What the?? Aku harus cepat-cepat ini kalau tidak, dosen itu akan segera menghabisi ku.

"Seriusan? Aku ada jam kuliah pukul sembilan, Ka. Aku mandi dulu ya, daahh."

--------------------------------------

vote and cmmnt yaaa

Good Girl will Get Good LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang