"Hei, makasih loh ya udah nganterin sampe depan rumah. Heheh." kataku kepada Deskara.
"Santai aja kali rin. Eh tunggu entar, ada yang nelfon." jawabnya yang tiba-tiba terpotong karena dering hp berbunyi. "Dari Roki." katanya lagi.
Mungkin sajakan Roki menghubungi Deskara karena kehilangan sudah tidak ada dikosan lagi. Entar samaan kasus sama Raka, bisa parah lagi masalahnya.
"Kenapa, Ki?" "Eh iya ya? Waduh, aku sama Arin barusan aja nyampe rumahnya." "Okelah, ngga papa. Ya, daah."
"Ada apa, Des?"
"Ini, katanya kunci kamar kamu ada sama Roki."
"Ampun deh tu anak. Kenapa gak bilang cepet-cepet. Mana udah didepan rumah, lagi."
"Hahah, tapi ya sudahlah. Nanti biar kunci kamar mu disimpan saja dulu dengan Roki."
"Ya itu sih ga masalah. Tapi, hahh, okelah, lupakan." kata ku seraya menghela napas. "Yuk balik lagi."
"Hah?! Balik katamu? Kamu mau balik ke kosan?" kata Deskara terkejut.
"Yaiyalah, memangnya kenapa? Toh kan kunci kamarnya udah ketemu. Aku kesinikan karena kunci kamar ku hilang aja. Yuk balik agi."
"Hello? Kamu sadar ga sih? Di sana, itu ada mama kamu. Kan kamu ga tau kan gimana keadaan dia sekarang? Kenapa selama ini ga balas-balas pesan kamu? Ga tau kan? Udah lah, kamu disini aja. Aku tinggal ya." ujarnya seraya menunjuk rumah ku dan melambaikan tangannya dihadapan ku.
"Tunggu! Besokkan aku juga kesini. Ya udah deh, emangnya kenapa. Pokonya aku mau balik! Titik." ucap ku memberontak seraya menaiki motor Deskara.
"Turun nggak! Kalo kamu ngga turun, aku ngga bakal jalan sampe besok."
"Oke, ga bakal jalan sampe besok, lusa nya jalan kan? Yap, akan aku tunggu."
"TURUN!!"
"Nggak mau!"
"Turun nggak?!"
"Kenapa sih? Urusan aku sama mama kan bukan urusan kamu! Aku maunya balik ke kosan sekarang. Ya ngga usah marah-marah juga kali." Deskarapun menghela napas dan langsung membawa motornya melaju.
---
"Eh itu lampunya ijo, ntar lagi mau merah. Cepat ngebuuttt!!!" kata ku kepada tukang ojek didepanku. Eh ngga deng, Deskara. "Yah, tu kan keburu merah lagi."
"Gampang aja sih, tinggal nerobos. Mau ngga kamu?"
"Ihh, ngga deh makasih aja."
"Ya kirain kamu mau kan, biar pas nerobos ada kejadian apaa gitu."
"Amit amit deh ngomongnya." kata ku sambil memukul bahu Deskara.
"Hahahah, makanya sabar bentar lagi pasti ijo." ujar Deskara membalas omongan ku.
"Hmm," ucap ku seraya memalingkan muka ku.
"Rin, kamu kenal orang yang disitu nggak? Lihatkan? Yang pake baju biru."
"Yang mana?"
"Itu, yang lagi duduk. Dia kaya si-"
"Eh, udah ijo tuh. Jalan cepet." Aku memotong omongannya. Diapun melaju.
"Apa ngga sebaiknya kita samperin dulu?"
"Ngapain sih? Nih ya, aku ngga kenal dia siapa, aku juga gak ngeliat kamu nunjuk orang yang mana. Udah ah, jalan terus aja."
"Nggak, pokonya kita harus balik lagi kesana." katanya sambil memutar balikkan motornya. Rada kesal emang. Tapi mau digimanain lagi. Dia yang bawa motor. Lagian aku tidak tau sama sekali siapa orang yang dimaksud Deskara itu.
---
"Mana orangnya?" tanya ku. Deskara mematikan dan turun dari motor seperti orang bingung.
"Tad- tadi ada disini dia nya."
"Ya tapi dimana dia sekarang?"
"Aku gak tau lah, yang jelas aku yakin banget kalau itu dia."
"Emangnya siapa sih dia? Segitunya banget kamu sampe kaya gini."
"Raka."
"Hah?"
-------------------------------------------------------
ceritanya kurang jelas memang. -_-
but, vote and comment tetep yaa ;;) :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl will Get Good Love
Teen FictionCobaan yang rumit datang bertubi-tubi. Bisakah aku melewatinya?