4.Si kembar

40 1 0
                                    

Berry pov
"Malem mah, pah, kak" ucap ku dengan wajah yang ceria itu
"Malem" ucap semuanya kecuali kak dion mungkin dia masih marah soal tadi ya ampun masalah sepele aja digedein sii.
"Kak dion kok ngga jawab, kak dion masih marah?" bisikku kepada kak dion dan duduk di sampingnya tapi yang ditanya hanya diam dan menunjukan wajah cemberutnya.
"Kak"ucapku memelas
Namun jawaban yang diberikan sama yaitu hanya diam dan makan dengan tenangnya
"Kak, berry minta maaf soal itu. Aku ngga bermaksud kaya gitu. Aku kira kaka mungkin juga lagi... "ucapanku terpotong memberikan penjelasan
"Udah diem lah de, ini di meja makan harusnya makan ngga ngurusin masalah yang NGGA penting kaya gitu" ucap kak dion yang duduk disebelahku dengan menekankan kata 'ngga penting'. Aku hanya diam seribu bahasa tanpa membahasnya lagi, kakak benar ini bukan saatnya membahas masalah.
Hanya ada dentingan sendok yang terdengar diruangan tersebut. Hening.
Kak dion menyelesaikan makannya dan meminta izin pada papah untuk pergi menuju kamarnya. Aku juga mempercepat menghabiskan makanku. Aku harus minta maaf sama kakak, dan aku harus tau kenapa dia begitu sensitiv itu kan hanya candaan biasa.

Setelah menyelesaikan makanku aku langsung pergi menuju kamar kak dion untuk meminta maaf.
Aku mengetuk pintu kamar beberapa kali. Namun tidak ada suara apa pun
yang terdengar. Ku buka kenop pintu kamarnya
"Kak, " ucapku ketika memasuki ruangannya. Aku melihatnya duduk di sofa kamarnya dengan memainkan ponselnya.
"Kak" ucapku lagi namun tidak ada jawaban dan aku mendekatinya. Namun dia tetap cuek dan lebih memilih fokus pada game diponselnya.

"Kak aku minta maaf soal tadi, aku ngga tau kalau masalah sepele tadi bisa buat kak dion semarah ini sama aku" ucapku memelas
"Sepele? " ucapnya memcingkan satu alisnya ke arahku. Dia berdecak dan pergi keluar kamar. Aku mengejarnya sampai depan ruang keluarga.
"Kak, " ucapku setetes air mata keluar dari mataku
"Aku minta maaf soal kejadian tadi, aku ngga bakal ngomong kaya gitu kalau akibatnya malah kaya gini" ucapku memelas
"Ada pa sih yon?, nyampe adikmu ini melas gitu?" tanya kak doni yang baru bergabung denganku dan kak dion.
" Ngga tau tuh, aku ngga ngapa - ngapain juga" ucap kak dion acuh dan memainkan game di handponenya
"Heleh, kamu kenapa de. Ko melas gitu sii mukanya ngga cantik banget tuh mukanya ditekuk gitu" ucap kak doni ingin mencari tau permasalahan aku dan kak dion.
"Aku kan.... " aku menceritakan semua kejadian hari ini dengan menahan mata air ku yang hampir tumpah.
"Ya ampun, dion dion masalah sepele juga di besar besarin gitu " ucap kak doni mengacak rambutku
"Gimana ngga kesel, seenaknya banget dia ngomong kalau dia lupa sama aku coba, kakaknya sendiri" ucap kak dion sewot
"Tapi kak,, aku cuman becanda bener" ucapku untuk menyakinkan kak dion. Aku tidak boleh menangis masalah sepele kaya gini masa nangis. Cengeng amat.
Namun kak dion hanya diam dan pindah ke sofa yang lain tak mempedulikan diriku yang susah payah menahan air mata ku jatuh.
" Kamu minta maaf gih de, mungkin dion lagi ada masalah kali" saran kak doni. Aku menuruti perkataan kak doni dan mendekati kak dion.
"Maafin berry kak, bener tadi cuman bercanda kok. Berry ngga bermaksud kaya gitu." ucapku menunjukan kedua jariku menunjukan huruf 'v'
Namun kak dion masih kekeuh diam tak menjawab.Setetes demi tetes air yang dari tadi aku bendung mulai membasahi pipiku.
"Kak berry minta maaf, berry ngga bakal kayak gitu lagi, berry janji" ucapku lagi menangis sesegukan. Namun kak dion masih diam
"Ka.. Lau.. Kaka mau maafin berry, kaka boleh ngasih permintaan apapun deh sama berry" ucapku mengelap ingus ku
"Hahahaha, kamu lucu banget sih de. Sekarang poinnya 1 - 0 kamu kalah." ucap kak dion tertawa terbahak bahak memegangi perutnya. Aku hanya bisa menganga tidak percaya
"Loh kok kaka ketawa" ucapku bingung
"Kaka cuman becanda adeku sayang masa sii kaka bisa marah sama kamu. Sekarang permainannya 1 - 0. Kamu jadi nangis kan, hahahaha.. Kaka menang kaka menang" ucap kak dion bersemangat sekali
" Iih kaka usil banget sii bikin berry nangis" ucapku mengelap semua air mata yang menempel dipipiku dan mencubit pinggang kak dion
" kaka pengin liat ade nangis aja, hehehehehe udah lama kamu ngga pernah nangis." ucapnya tanpa rasa bersalah dan mengacak rambutku. Aku teringat sesuatu." Kak" ucapku serius. Aku mulai memandang kak dion serius yang dipandang pun terdiam dan balik menatap ku dengan menaikan satu alisnya
" Sebenarnya, berry.. " ucapku tak melanjutkan kata berikutnya
" Sebenarnya, berry... " ucapku tak melanjutkannya lagi memebuag lawan bicaraku mulai penasaran
"Sebenarnya.. " ucapku masih sama dengan sebelumnya
"Apa sii de tinggal ngomong aja apa susahnya sii!" ucap kak dion bener bener serius
" Sebenarnya..... Berry.... " aku mulai bersiap untuk berlari
" Berry lah yang suka masukin pus pus tetangga ke kamar kaka" ucapku cepat dan langsung berlari menuju kamarku
" Apa! Berry usil banget sii kamu" ucap kak dion mengejarku ke kamar sebelum aku masuk dan menutup pintu
" Poinnya sekarang seri kak. Wle" ucapku. Aku tertawa didalam kamar habis habisan. Ya kak dion emang phobia sama hewan tpi aku ngga bermaksud untuk takutin dia karna kaka tersayangku aku ingin dia tidak takut lagi sama hewan lucu, imut dan menggemaskan itu. Aku dulu waktu kecil banyak sekali kucing yang aku pelihara sebelumnya kak dion biasa aja sama yang namanya kucing tpi entah kenapa tiba tiba dia takut sama kucing. Karna kak dion yang terus merengek sama mama, aku akhirnya mengalah dan melepas semua kucing kucing kesayanganku. Hih kak dion menyebalkan tpi semenyebalkanya kak dion aku masih tetep sayang sama dia.. Hehe

•~•

Hari ini week end aku merasa sangat bosan dirumah ini. seharusnya ujung minggu ini aku bisa bersantai dan bersenang senang dengan keluargaku tapi Papa mama ke luar kota untuk memenuhi undangan resepsi anak koleganya katanya,lalu kak dion dan kak doni yang biasanya aku jailin malah lagi dateng ke reunian smanya.
" Hiih sebel seharusnya gue seneng seneng malah kaya gini, sii" erangku didalam kamar dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur king sizenya
Tok tok tok
"Non" ucapnya disebalik pintu ah ya aku mengenali suara itu iya bik inem
" Masuk aja bik, ngga di kunci kok"ucap ku duduk ditepi kasur
Pintu terbuka
" Ada apa bik? " tanya ku langsung ketika bibi muncul dihadapanku
" itu non, temen non ada yang dateng" ucapnya
" Temen? Siapa? " tanyaku
"Perempuan non, namanya... " bik inem sedang berpikir
" Ngga tau non, tpi dia sering kesini namanya gita, eh bukan siapa ya gani eh lah ngga tau non bingung bibik" ucapnya lucu membuatku terkekeh geli melihat wajah bingung bik inem. Pasti gina karna dia temwn perempuan yang sering datang kesini.
" Ya udah bi, nanti berry turun" ucapku kemudian. Bi inem keluar dari kamarnya. Aku mengambil ponselku kemudian turun menemui gina ya itu gina sahabat dari sma ku.
"Hai gin," sapaku dan mendekat pada gina dan duduk disebelahnya
"Hallo na" balasnya tersenyum
"Lo kenapa dateng kesini tumben week end ini lo kerumah, ada angin apa kesini" ucapku
"Ya elah, na na. Ya bukan tumben lah udah keseringan gue kesini lagi, lo lagi ngga amnesiakan? "ucapnya malah menyentuh jidatku bukanya amnesia ngga ada hubunganya sama jidat kenapa diaa megang jidat coba. Gina gina aku hanya terkekeh geli
" Loh ko lo ngga panas kan kalau amnesia harusnya panas" ucapnya
"Gina, gina. Emang ada hubunganya ya panasnya jidat sama amnesia kalau jidat panas itu meriyang gin"ucapku jengah.
"Lah terus kenapa lo ngomong kaya gitu tadi? " tanya nya
"Ya engga papa si, cuman basa basi. Sebenarnya gue seneng lo kesini jadi gue ngga kesepian aja. Ya udah sekarang lo mau ngapain? " tanya ku
"Emm, na lo mau ngga nemenin gue cari kado ngga? " ucapnya ragu ragu
"Hah!! Kado?" ucapku memicingkan satu alisku
"Iya kado" ucapnya antusias
"Buat siapa? Emang siapa yang bentar lagi ulang tahun? " ucapku tidak mengerti
"Ya buat kaka lo lah na, masa buat lo udah lewat kali. Heh" ucapnya jengah dengan sifat pelupa yang dari sma nyampe jadi maha siswa masih dibawanya mulu
"Oo.. Emang kaka yang mana? Trus kapan? " tanyaku membuat gina membulatkan matanya
"Hadeh, ya kedua kaka kembar lo lah. Masa cuman kak dion yang ulang tahun, dan ulang tahunya tuh lusa depan na, ck" ucap gina tidak percaya
" Hah! Lusa depan. Ya ampun kok gue lupa si, ya udah gue ganti baju sama siap siap dulu" ucapku berlari menuju kamarku. Gina hanya geleng geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang satu ini.

Maafnya kalau ceritanya kurang menarik atau apalah.
Dimaklumin aja ya. Hehehe
Jangan lupa kasih votmentnya ya.😊
Gimana tuh udah 4 chapter tpi maafnya kalau konfliknya kurang mengena dihati. Hehe kaya pidato aja
Makasih yang udah mau baca😊

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang