"Lin" panggil pria itu yang tak jauh dari berry
"Hah lin? " ucap berry pelan lalu menengok ke seseorang yang menyebutkan kata lin tadi. Pria itu mengahampirinya dengan tersenyum
"Kenapa lo panggil gue lin?" tanya berry heran
"kok gue pernah denger seseorang manggil gue dengan nama lin" pikir berry
"Ya ngga papa, secara kan nama lo Berry Merlina S. Ya gue ambil nama belakang lo "Lina" menurut gue nama itu lebih mudah diucapkan" ucap rangga memberikan penjelasan
"Tapi yang berhak manggil nama lina itu hanya orang orang terdekat gue dan lo ngga masuk dalam kategori itu" ucap berry kesal
"Lah bukanya kita dekat ya? Buktinya bangku gue sama bangku lo deketan" ucap rangga tersenyum
"Hiih, bukan itu. Maksudnya cuman keluarga dan sahabat gue yang boleh manggil gue dengan nama itu" ucap berry kesal melipat kedua tanganya didepan dada
"Ya udah agar aku bisa manggil kamu lina, kalau begitu kamu mau ngga jadi sahabat aku? " ucap rangga mengulurkan tangannya.
Berry terdiam sejenak dia merasa dejavu dengan kata kata dan perbuatan yang dilakukan rangga. Berry sama sekali tidak membalas uluran tangan rangga.
Ketika berry ingin membuka mulut berry tersadar akan sesuatu"Eh elo kok tadi ngomongnya balik lagi ke aku-kamu padahal sebelumnya lo ngomong pake elo-gue? " tanya berry heran. Bukanya biasanya rangga pake kata kata aku-kamu?
"Ya itung itung adaptasi lah ngomong sama kamu pake elo - gue kan jadi keliatan akrab" ucap rangga menaikan satu alisnya
"Iih, " ucap berry sinis lalu meninggalkan rangga begitu saja"Lin kamu emang ngga pernah mau jawab pertanyaanku itu lin" ucap rangga menatap nanar pungung berry yang menjauh darinya
•~•
"Lo tau ngga na, tadi anak fakultas hukum yang merupakan salah satu prince most wanted di kampus ini, nyariin lo na" ucap gina menatap bahagia sahabatnya
"Trus, apa masalahnya sama gue? " ucap berry mengambil laptop ditasnya
"Katanya dia mau ngomong sesuatu sama lo" ucap gina
"Ooh" ucap berry acuh kemudian menyalin file di flashdisk gina
"Lo kok biasa biasa aja si na?, dia kan baik, ganteng, most wanted dikampus ini lo ngga kepo dia mau ngomong apa sama lo? " ucap gina heran
"Ngga dan gue ngga peduli sama sekali, buat lo aja sana" ucap berry masih fokus dengan layar laptopnya
"Kalau dia buat gue, kak dion mau gue kemanain?" ucap gina membayangkan bagaimana kak dion terluka.
"Idih PD banget lo,, kaya kak dion mau aja sama lo. Tpi kalau emang bener kak dion mau, lo jangan coba coba nyakitin kakak gue" ucap berry mengalihkan pandangannya dari layar ke mata gina dengan tatapan menusuk dan tajam membuat siapapun takut mendapat tatapan seperti itu.
"Gue ngga akan kaya gitu lah na, kan lo tau gue cinta mati sama kaka lo? Mana mungkin gue nyakitin dia. Dan ya, buang tatapan itu na, gue jadi takut lo bakal bunuh gue dengan tatapan itu" ucap gina bergidik ngeri. Berry merubah ekspresi dan tatapannya kemudian tersenyum
"Gitu dong lo, harus setia" ucap berry dijawab anggukan oleh gina
"O.. iya na, tadi lo disuruh nemuin dia di taman belakang setelah selesai kelasnya bu rika" ucap gina
•~•
"Ada apa lo pengin ketemu sama gue za? "tanya berry jutek, tangan dilipat dan memandang sinis reza. Namun dijawab dengan tatapan lembut, dan senyuman yang merekah di wajahnya
"Ehmm,, nih buat lo" ucap reza memberikan bunga mawar dan satu batang coklat
"Gue ngga suka bunganya, gue ambil coklatnya" ucap berry menuju bangku yang berada ditaman itu, kemudian melahap coklatnya.
"Emm, lo mau ngga jadi pacar gue? " tanya reza ragu. Berry yang mendengar perkataan itu spontan menghentikan makan coklatnya, namun tetap acuh
"Ngga ada angin, ngga ada hujan, ngga ada petir siang bolong kaya gini lo nembak gue? Bahkan lo juga ngga pernah deket apa lagi ngobrol panjang lebar sama gue" ucap berry heran tapi masih dengan sikap acuhnya dan memakan coklatnya
"Iya sebenarnya gue udah lama suka sama lo, tapi gue ngga pernah mau deketin lo karna gue masih ragu dengan perasaan gue sendiri. Karna gue juga takut kecewa. Dan sekarang gue udah berani ngomong sama lo, jadi gue ulangi lagi" ucap reza
"lo mau jadi pacar gue? " sambung reza menatap berry
"Tapi gue ngga suka sama lo" ucap berry
"Kasih gue kesempatan bikin lo jatuh cinta sama gue berry? " ucap reza
"Hem, ya udah gue mau pulang udah ditunggu supir, bye " ucap berry berlalu dari hadapanya
•~•
"Lin, kemarin kamu ngomongin apa berdua sama reza ditaman belakang? " tanya rangga
"Oh ngga ngomongin apa apa cuman ngasih bunga sama coklat" ucap berry acuh sibuk memainkan ponselnya
"Terus apa yang terjadi? " tanyanya lagi
"Terus gue ambil coklatnya" ucap berry masih cuek
" Terus bunganya lo buang? "tanya rangga lagi
"Ngga" ucap berry singkat namun merubah mimik wajah rangga yang tadinya berharap berganti dengan ekspresi kecewa
"Ngga? Maksudnya? " tanya rangga lagi dengan ragu ragu
"iih, lo kok banyak nanya. Maksudnya gue kembaliin lagi bunganya, rese banget" ucap berry dengan nada suara yang naik satu oktaf dari sebelumnya. Walaupun tidak terlalu keras suaranya masih bisa membuat rangga sedikit tersentak
Berry balik menatap layar ponselnya
"Yah kok game over sii" ucap berry kesal dan tersadar sesuatu"Eh kok gue cerita sii sama lo. Dan lo kenapa kepo banget urusan orang? " selidik berry menatap tajam rangga
" Ngga ko cuman mau tanya" ucap rangga tersenyum. Namun berry hanya membuka mulutnya membentuk suara O dan melanjutkan permainan diponselnya
" Emm, nanti kan kamu ngga dijemput, pulang bareng sama aku aja yuk" ajak rangga
"Kok kamu tau aku ngga dijemput? " tanya berry
"ehmm.... " ucap rangga
" Eh, maksud gue. Ko lo tau gue ngga dijemput lo nguntit ya? " ucap berry selidik dan merutuki kata kata sebelumnya, "kenapa gue tadi pakenya aku - kamu sii" rutuk berry dalam hati
"Em, kan ayah aku sama kamu kan rekan bisnis sekaligus sahabat baik" ucap rangga sedikit berpikir
" Ngga deh, gue naik taksi atau ngga bus aja nanti" ucap berry mematikan hapenya dan mengambil tasnya lalu pergi dari ruang kelasnya itu
"Akhirnya gue bisa ngobrol sama lo kaya dulu lagi. Tanpa nada ketus dan sinis lo. Walaupun tadi sedikit, tapi gue seneng bisa ngobrol sama lo sedikit panjang lebar. " gumam rangga pelan tersenyum di ruang kelas yang memang sudah sepi sedari tadi sebelum berry pergi dari ruangan itu hanya ada 3 anak yang berada disana dan menatap rangga dengan tatapan heran melihat rangga tersenyum sendirian tanpa ada yang menemani.
Mungkin diotak mereka "Rangga ketempelan setan kelas ini, atau emang otaknya udah miring sebelah" mungkin itu yang ada di pikiran mereka.•~•
Wkwkwk,. Garing banget tuh momen 😅😅
Maaf ya makin lama cerita makin melenceng 😁😁

KAMU SEDANG MEMBACA
Believe
RomancePertemuan yang mengakibatkan kebencian sepihak. Ketika konflik, keluarga dan masa lalu bertemu menjadi satu melahirkan sebuat kata cinta Ketika masalah menghampiri dan membuat kerenggangan diantara mereka Namun dengan kepercayaan cintanya, ia berha...