3.Ucapan terima kasih

55 1 0
                                    

Pintu itu terbuka
"syukurlah, ayo ngga bangun pintunya udah kebuka tuh keluar yuk" ucap berry kemudian membantu rangga berdiri dan diluar sana udah ada seorang satpam dan sahabat berry gina.
"Akhirnya keluar juga, lo ko lama si bukain pintunya pengap rau didalem" ucap berry pada gina
"Sorry na, baru selesai kelasnya bu rika,  trus tadi hape gue, gue silent jadi gue ngga tau lo ngirim wa ke gue." jawab gina menunjukan jarinya yang membentuk huruf 'v'
"Syukurlah,  lo ngga pingsan kirain lo bakal pingsan lama lama disono secara kan lo tra.... Awww" ucapan gina terpotong karna mendapat injakan dari berry.
"Diem dong, lo mau ngomongin aib sahabat sendiri didepan meraka" bisik berry. Gina melirik kedua laki laki dihadapanya dan mengangguk mengerti.
"ooh,  ya udah yuk kita balik ke kelas,  makasih ya pak satpam mau nolongin sahabat saya ini" ucap gina sambil mencubit kedua pipi berry
"Sakit gin,  lama lama gue bisa tembem dicubitin mulu" ucap berr mengusap kedua pipinya.
Dan setelah itu mereka verlalu dari hadapan kedua laki laki itu.

"Mas ngga ikut mereka ke kelas? " tanya pak satpam
"Eh.., lah ini mau ke kelas kok,  trus kenapa pak satpam ngga balik ke pos? " rangga balik tanya
"Kan saya mau kunci pintu gudang ini, tetapi mas menghalangi saya" ucap pak satpam kemudian rangga menggeser tubuhnya agar tidak menghalangi pak satpam mengunci pintu gudang tersebut setelah mengunci pintu pak satpam berbalik menuju posnya kembali kemudian dia teringat sesuatu. Dan memperhatikan laki laki yang ada dihadapanya yang sedang tersenyum senyum sendiri tak jelas.
"Mas katanya mau ke kelas?  Kok masih disini? " ucap satpam menyadarkan rangga
"Lah ini mau ke kelas,  ngga usah ngga usah natap saya gitu,  saya masih sehat" ucap rangga kesal langsung pergi, satpam itu hanya menggeleng bingung dengan pemuda tadi.

                                 •~•
"Aduh gimana nih,  kok ban mobil gue bocor gini. Ngga ada bengkel lagi didekat sini. "ucap berry bingung
"Apa gue telfon bang doni aja ya suruh jemput gue,  eh engga, skarang dia kan lagi meeting sama klien penting" ucap berry mengingat perkataan kakaknya tadi malam
"Emmm, gue naik taksi aja lah.  Tapi kok dari tadi gue disini kok ngga ada satupun taksi yang lewat sii" ucap berry kesal dan melihat lihat kanan kiri berharap taksi lewat di jalan itu.
"Mana sii,  udah nunggu lama banget ngga ada yang lewat satu pun" ucap berry frustasi dan duduk ditrotoar
Tin... Tin...
"Iih brisik banget sii, lg bingung juga" ucap berry berdiri dan melihat ke arah mobil yang membunyikan klaksonya,  kemudian menghampiri mobil itu
"Apa maksud lo berhenti disini sambil klakson mobil lo kenceng kenceng,  budeg tau ni kuping gue" teriak berry kesal,  sang pemilik mobil turun mengahampiri berry.
"Kamu mau bareng aku ngga? " ucap rangga
"Ternyata lo,  Ngga gue bisa naik taksi" ucap berry ketus
"Ngga usah gengsi gitu napa,  disini tuh jarang ada taksi yang lewat" ucap rangga
"Gue bilang engga ya engga" ucap berry membuang muka
"Beneran nanti lumutan loh,  nunggu lama gitu" ucap rangga berusaha membujuk berry
"Ngga" ucap berry masih pada pendirianya
"Ya udah" ucao rangga masuk kembali ke dalam mobilnya. Dan membuka jendela kiri.
"Beneran nih ngga mau,ya udah" ucap rangga menjalankan mobilnya
"Eh,,  tunggu gue ikut" ucap berry kemudian membuka pintu mobil
"Hahahhahha... " tawa rangga
"Ngga usah ketawa,  gue ngga bakal numpang kalau lagi ngga kepepet" ketus berry.
"Iya lah aku percaya" ucap rangga tersenyum kemudian melajukan mobilnya
"Alamat kamu dimana? " tanya rangga
"Ngapain lo tanya alamat gue?" ucap berry melotot
"Lah katanya lo mau pulang,  kalau aku ngga tau alamat rumah kamu,  gimana aku bisa ngater kamu pulang"ucap rangga
"Udah nanti gue kasih tau jalannya" ucap berry ketus. 
"Kenapa gue bisa sebloon itu tadi ya,  kenapa gue malah balik tanya ke dia. Lo ngarep apa berry" ucapnya dalam hati dan menepuk nepuk pipinya sendiri.  Rangga hanya tertawa tampa suara melihat kelakuan berry.

"Berry.., mamah kamu dulu ngidam berry yah sampai, anaknya dikasih nama itu" ucap rangga
"Ngga usah ngomingin nyokap gue" ucapnya marah
"Emm,  maaf." ucap rangga
"Emm,  berry aku cuman mau ngucapin makasih, yang kemaren lusa di gudang itu.  Maaf aku baru ngucapin dari kemaren aku ngga sempet ngucapin.  Makasih ya ber? " ucap rangga
"Hmmm,, " ucap berry sambil memandang keluar jendela
Hening beberapa saat., sampai didepan rumah berry. Ketika berry ingin membuka pintu namun
"Berry" mereka saling menatap, berry hanya diam tanpa membalasnya.
"Emm,  besok aku jemput ya. Rumah kita kan searah lagi pula mobilmu masih dibengkelkan? " tanyanya hati hati. Berry membalasnya dengan senyuman memberikan harapan kepada rangga namun beberapa detik kemudian dia mengubah raut wajahnya
"Ngga usah,  gue bisa dianter kakak gue,  atau ngga naik taksi. Dan lo ngga usah sok sok perhatian deh lo tuh baru kenal gue baru dua hari jangan sok deket lah" ucap berry ketus kemudian membuka pintu mobil dan masuk ke dalam halaman namun sebelum itu rangga mencekal tanganya. Berry berbalik mengahadap rangga
"Berry,  kamu mau jadi temanku? Gue belum punya temen disini" ucap rangga masih memegang tangannya
"Hemm,, " ucap berry dengan nada juteknya
"Makasih berry" ucap rangga senang berry melirik tangan yang masih di pegang rangga. Rangga tersadar dan langsung melepas tangan berry.  Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka

  Rangga masuk kedalam mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang dengan hati yang entahlah tidak bisa digambarkan. Berry masuk kedalam rumahnya namun ketika dia menuju kamarnya dia dicegat oleh seseorang
"De,  itu tadi pacar kamu ya, kok ngga pernah dikenalin sama kakak. Aku laporin sama mamah loh" goda kakaknya
"Mamah, berry...  Hmmmppptt" ucapan dion tersendat mulutnya tertutup ralat oleh tangan berry
"Diem dong kak,  dia bukan siapa siapa kok" ucap berry kesal
"Bener,  kok nganterin kamu pulang,  trus dimana mobil kamu? " ucap dion
"Bener,  tadi tuh... " berry menceritakan semua kejadiannya dari ban mobilnya yang bocor nyampe dia dianter pulang oleh rangga
"Lah kenapa ngga telfon kakak,  kakak kan dirumah" ucap kak dikn
"Oiya aku nyampe lupa punya kakak satu lagi" ucap berry cengengesan
"Iih,  kamu jahat de.  Ngga inget sama kakak. " ucap kak dion penuh dramatis
"Bukanya gitu kak, tapi emang berry bener bener lupa kalau.. " ucap berry terpotong
"Udah salah ngga minta maaf, ngeles lagi. Kak dion marah sama kamu de" ucap kak dion berlalu pergi
"Hiih,  kakak yang satu ini ko sensitif banget sii,  masalah sepele juga. Urus nanti aja lah palingan nanti kak dion ngga marah lagi mungkin sekarang dia lagi galau." ucapnya kemudian membuka pintu dan memasuki kamarnya

Maaf ya kalau ceritanya monoton atau ngga bagus,
Di maklumin yah, masih amatiran soalnya 😊
Jangan lupa kasih vote and comment ya setidaknya komen aja ngga papa biar tau ceritanya ini kurang apa, bagus apa engga nya
Makasih yang mau baca
Jangan jadi pembaca rahasia nya,  hargai authornya.  Hehehehe😂
Maaf kalau banyak typonya ngga dicek ulang jadi

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang