BAB 5 - PERNIKAHAN

372 4 0
                                    

Sebulan kemudian pada hari ketujuh pernikahan antara Awan Biru dan Risa Aura diadakan. Walaupun telah dirahasiakan namun berita mengenai pernikahan ini telah tersebar ke seluruh Miraj, akibatnya banyak sekali hadiah dari berbagai kerajaan dan perguruan silat berdatangan. Namun tentu saja, karena tidak mendapatkan undangan, hanya perwakilan kerajaan dan perguruan silat saja yang datang.

Dari ufuk barat, 5 ekor elang besar terbang mendekati Kuil Hati Kudus. Di atas elang besar itu berdiri puluhan pria berpakaian biksu yang gagah dan begitu agung. Semua yang melihat elang-elang tersebut mendekat langsung menyingkir dan mempersilahkan jalan bagi mereka, siapapun tahu dari mana asal biksu-biksu tersebut.

Ketika mereka mendarat, para Biksu itu langsung memberi hormat kepada Tetua leluhur.

"Salam, guru," Ujar Tetua kedua, "Semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita!"

"Salam, guru," Ujar Tetua kelima, "Semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita!"

"Salam," Jawab Tetua leluhur, "Semoga dewa menunjukkan belas kasihnya kepada kita semua!"

Setelah memberi hormat, kedua tetua itu langsung tersenyum senang kepada gurunya.

"Bagaimana dengan Klan Wural?" Tanya Tetua leluhur.

"Mereka sudah menyerah, Guru," ujar Tetua kedua, "Klan Wural kini telah menyingkir ke wilayah pedesaan dan tidak lagi berurusan dengan kerajaan. Mereka juga sudah menyerahkan semua hartanya kepada Kuil Nimia sebagai permintaan maaf."

"Baguslah!" Ujar Tetua leluhur senang, "Setidaknya tidak perlu terjadi pembantaian!"

"Ngomong-ngomong, Guru," Ujar Tetua keempat, "Dimana calon pengantin kita?"

Tetua leluhur tertawa senang mendengar ucapan Tetua keempat, memang dibandingkan tetua lain, tetua keempatlah yang benar-benar mengangkat saudara dengan Guntur Biru. Bisa dibilang, dialah paman Awan Biru dan dialah yang paling berhak menjadi wali bagi Awan Biru setelah Tetua leluhur sebagai guru Awan Biru.

"Keponakanmu itu sungguh sangat beruntung," Ujar Tetua leluhur senang, "Siapa yang pernah menyangka ia akan mendapatkan istri yang sangat cantik dan berbakat! Dengan istri seperti itu di sampingnya, mendirikan kerajaan dan menguasai dunia akan menjadi lebih mudah!"

Ketiga biksu itu berjalan masuk ke paviliun utama sambil tertawa senang, sementara biksu-biksu lain telah bubar menuju tempat masing-masing untuk menyukseskan acara pernikahan ini.

Didalam paviliun utama, yang telah disulap menjadi altar perkawinan yang sangat indah, sepasang calon suami istri tampak duduk di sebuah sofa panjang dengan sangat tidak nyaman. Yang pria masih sangat muda, seperti seorang remaja yang tidak bisa diam namun tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara yang wanita merupakan wanita yang sangat cantik, bahkan dengan riasan tebal ia memancarkan aura kedewasaan dan kecantikan yang sangat luar biasa.

"Gadis itu benar-benar cantik," Puji Tetua kelima senang, "Benar-benar pantas untuk menjadi pasangan Awan Biru!"

"Tentu saja," kata Tetua leluhur santai, "Memangnya kau berpikir aku akan menikahkan murid kesayanganku kepada wanita yang biasa biasa saja?"

"Salam tetua kedua, tetua keempat," Ujar Ketua Yori menyambut kedua tetua yang baru datang.

"Salam, Tetua Yori," Jawab Tetua kedua dan tetua keempat membalasa hormat Ketua Yori.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu," Ujar Tetua Kedua, "Abang pertama mengirimkan pesan untukmu dan berharap kau selalu sehat!"

Ketua Yori hanya bisa tersenyum getir mendengar hal tersebut. Sewaktu muda, ia dan Tetua Pertama menjalin hubungan pertemanan yang sangat akrab dan Ketua Yori berniat untuk memperdalam hubungan tersebut, namun sayangnya, Tetua pertama lebih memilih melatih ilmu silatnya ketimbangan mengurus percintaan.

LEGENDA AWAN BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang