7. Two Sides

1.2K 210 16
                                    

"Gak. Gue gak gagal kayak lo. Ini baru aja dimulai. Jangan samain gue sama lo."

.
.
.
.

Jaehyun kembali menyimpan ponsel di sakunya. Lalu berjalan, menyusuri jalanan yang diterangi lampu jalan dan warna-warni lampu perkotaan.

Dengan seringai yang sama sekali tak pudar dari wajah rupawannya.



"Terus kalo gak sama kayak gue, lo apa dong? Pecundang?"



Langkah kaki Jaehyun terhenti. Lalu dari balik bahunya, ia melirik ke belakang.

"Dari kapan lo ada di situ, Yein?" tanya Jaehyun sarkas.

Yein terkekeh. Lalu dengan langkah anggunnya berjalan ke arah Jaehyun.

"Dari saat lo ditolak Eunha buat nganter dia ke RS."

Gigi Jaehyun bergemelatuk. "Sialan lo."

Tak mau pusing lagi, Jaehyun ambil langkah dua kali lebih cepat. Berjalan meninggalkan Jeong Yein yang kemudian tertawa.

"Ayo jalanin lagi rencana kita," kata Yein. Nadanya optimis.

Dan Jaehyun terbahak.

"Gak." singkat, padat, dan jelas. Jaehyun menjawab sesuai yang ada di hatinya. "Gue bisa selesein ini tanpa bantuan loㅡgak. Justru lo yang banyak gue bantu. Iya, 'kan?" lanjutnya.

Yein terdiam. Melirik ke atasnya; berpikir. Lalu terkekeh. "Jadi lo gak ngerasa gue bantu gitu?"

"Gue masih bingung. Lo cinta atau benci sih? Alasan gue sih jelas ya," kata Yein. Mengangkat bahunya tak acuh dan mendesis setelahnya.

Kini Jaehyun yang terdiam. Pandangannya mengabur, ia tak fokus. Sebelum akhirnya mengembuskan napas dan menyisir rambutnya dengan tangan. "Gue cinta, gue benci, itu urusan gue. Urusin aja dendam lo sendiri. Jangan ajak-ajak gue lagi."

Dan melangkah pergi.

Benar-benar pergi meninggalkan Jeong Yein yang masih bergeming.

Hingga punggungnya tak lagi terlihat dan Yein tertawa puas.

"Bagus. Berjalan sesuai skenario. Lo emang harusnya gitu, Jae. Lepas dari gue dan jalanin rencana lo sendiri. Karena mau kita bergabung atau enggak, endingnya mereka pasti hancur."

****

"

Kook?"

Eunha menyembul dari balik pintu. Mengintip dan malu saat matanya bertemu dengan mata Jungkook.

"Balik lagi lo, Cebol?"

Eunha merengut mendengar pertanyaan Jungkook. "Jadi lo gak mau gue balik? Yaudah gue pulㅡ"

"JANGAN!" teriak Jungkook bahkan sebelum Eunha menyelesaikan kata-katanya. "Temenin gue di sini. Gue butuh lo."

Dengan sadar atau tidak, saat mendengarnya, Eunha tak bisa menahan untuk tidak merona.

Eunha baper.

Ya emang siapa sih yang gak bakal baper digituin sama orang yang di suka?

"Jungkook maaaaaaah!" teriak Eunha malu-malu sembari berjalan ke arah Jungkook dan memukul bahunya pelan.

"Apaan sih, Ha?" tanya Jungkook pelan.

Eunha terkekeh dan menunduk di pundak Jungkook. "Gue baper."

"Masa?" tanya Jungkook antusias.

"Iya," jawab Eunha malu-malu.

"Bodo!" lanjut Jungkook dan tertawa keras.

Eunha memukulnya, dan itu tak memberi efek apapun karena Jungkook masih tertawa. "Ih kampret," desis Eunha.






"Ha...," panggil Jungkook.

"Hm?" sahut Eunha seraya mendongak. Menghentikan aktivitas membersihkan make up-nya.

"Lo cemburu?" tanya Jungkook.

Eunha mendelik. "Gak."

Jungkook tertawa dan mencolek pipi Eunha. "Tuh 'kan tsundere-nya keluar."

Dan Eunha memekik. Tak terima wajahnya yang sudah dibersihkan tersentuh tangan kotor Jungkook.

Dan Jungkook tak tinggal diam. Tangannya kini menggelitiki perut Eunha hingga sang empu terjungkal dari sofa.

Dan Jungkook tak menyia-nyiakannya. Jungkook segera turun dari kasurnya dan mengunci pergelangan tangan Eunha.

"Ha," panggil Jungkook. Wajahnya yang setengah tertutupi sinar lampu seketika membuat Eunha kepayahan sekadar untuk menelan salivanya.
"Liat mata gue. Mulai sekarang, bakal banyak rintangan buat kita. Bakal banyak yang bikin kita menjauh. Jangan kemakan omongan mereka. Jangan percaya. Lo, cukup percaya sama gue dan jangan pernah dengerin kata mereka." Jungkook mengembuskan napas gusar di akhir kalimat.

Eunha mengerjap. Menatap Jungkook yang berada di atasnya lurus-lurus, lalu meringis pelan. "Maksud lo?"

Bola mata Jungkook berotasi malas. "Susah anjir ngomong sama IQ jongkok."

Namun detik berikutnya, Eunha terkejut. Hingga rasanya ia tak lagi bisa bernapas dan bahkan ia tak mampu merasakan dekat jantungnya sendiri.

Hingga ia tersadar bahwa bibirnya dan bibir Jungkook menyatu.

Hangat.

Dan....


Mengapa Eunha jadi sedih?

Bukan ciuman. Hanya sekadar kecupan singkat yang rasanya tak rela saat terlepas.

Jungkook menarik tubuh Eunha agar kembali duduk dan segera mendekap pipi gadis mungil itu.

"Ha, janji sama gue apapun yang bakal datang besok, lo jangan percaya itu," kata Jungkook pelan. Menempelkan dahinya di kepala Eunha.

"Gue percaya lo. Gue cinta lo. Jangan biarin siapapun rusak itu," Jungkook menyicit. Lelaki itu menangis.

Dan dalam ketidakmengertiannya, Eunha memeluk Jungkook dan menepuk-nepuk pelan punggungnya.

"Oke, Kook."

Me Gustas TuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang