Hari ini malam minggu, dan aku masih dengan wajah lesu, tampak tak semangat menghadapi malam ini. Sesekali aku melihat kearah jendela kamar ku, nampak beberapa kendaraan sedang berjalan dan kelap kelip lampu kendaraan yang saat itu terlihat ramai.
Tentu saja ramai, karna sebagian orang menghabiskan malam minggunya bersama kekasih atau orang tersayang. Tapi tidak dengan diriku, aku masih saja menghabiskan waktu ku dikamar dengan membaca beberapa novel sambil mendengarkan sekumpulan lagu-lagu skastra dengan earphone ku.
"Fanyyyy, bukain dong pintunya. Ini gua Tika" teriak seseorang dari balik pintu.
"iya bentar, sabar" jawabku dengan wajah malas.
Lalu ku beranjak dari kasur ku yang hangat ini, dan bergegas untuk membuka pintu, baru saja ku buka tiba-tiba Tika langsung menyerangku dengan kata-kata.
"Lu harus ikut gua!!!!" teriak Tika dengan wajah berseri-seri.
"ikut kemana sih? Gua lagi males kemana-mana"
"enggak, kali ini lu gak akan nyesel. Gua mau bikin lu ceria lagi,"
"duh ... tugas laporan gua masih banyak banget, Tik"
"udah nanti aja laporan mah, santuy aja"
"gua sambil ngerjain aja kali ya? Bentar gua ambil laptop gua dulu" ucapku sambil setengah berlari kembali kekamar untuk mengambil laptop ku.
"yaudah gua tunggu didepan ya. Pokok nya lu dandan yang cakep, okey"
****
Setelah beberapa menit bersiap-siap aku pun bergegas ke bawah untuk menemui Tika.
"tuhkan cantik, yukk caw!!" sahut Tika saat melihat aku turun dari tangga.
Sesampai di mobil aku bingung, sebenarnya dia mau mengajak ku kemana sih?
"Tik, sebenarnya kita mau kemana sih?" Tanyaku penuh kekepoan.
"udah lah ikut gua aja. Nanti juga lu pasti tau ko"
Seperti seorang yang sedang di hipnotis, dengan pasrah nya aku mengiyakan dan menurut saja dengan Tika malam itu.
Butuh 15 menit saja, aku dan Tika sampai ditempat tujuan.
Tempat itu terlihat asing, dan penuh gemerlap lampu. Ada beberapa orang duduk di halaman depan dengan meminum secangkir kopi dan memakan sepotong cake coklat.
Beberapa nya lagi sibuk lalu lalang sambil menggenggam cup hot coffee.Oke, ini adalah cafe.
"lu ngapain ngajak gua ke cafe?" tanyaku yang sedikit heran.
"udah deh gak usah bawel" balas Tika sambil menggandeng tanganku masuk ke dalam tempat itu.
Terlihat masih sepi hanya ada beberapa orang didalam nya.Menurutku cafe ini terlihat begitu nyaman dan damai karna tak banyak orang di dalamnya. Dan juga jauh dari kata bising.
Lalu Tika mulai memanggil seseorang barista coffee nya.
"kak aku mau pesen 1 ice coffee latte, less sugar aja, ice nya juga sedikit aja ya. Terimakasih" ucap Tika dengan sangat sopan sambil tersenyum.Lalu Tika menyenggol lengan ku sambil menunjukan list menu "Heehh.. lu mau pesen apa?"
"gua pesen ice tea aja 1" jawab ku sambil menerawang melihat beberapa ruangan didalam cafe tersebut.
Seketika cafe ini membuat ku sedikit tercengang dengan interior nya yang minimalis namun terkesan classy dan bernuansa sedikit vintage, saat pertama kali ku sampai ditempat ini.
Hal pertama yang menonjol adalah wangi aroma kopi yang sangat khas disini.
Begitu nyaman ku ditempat baru ini."kita mau ketemu siapa sih?" tanyaku kepada Tika, semakin penasaran dibuatnya.
Lalu Tika hanya terdiam, setelah itu tersenyum. Jujur aku makin gemas bukan main, tapi yasudahlah tunggu saja siapa orang yang akan datang kesini bertemu kita berdua.
****
Beberapa jam kemudian aku menyadari ada seseorang yang mencoba mendekat kearah ku dan Tika. Ia berjalan perlahan sambil membuka snapback nya. Terlihat laki-laki tersebut memakai sweater hitam dan denim hitam dan snapback abu-abu. Ia tampak manis sekali tapi dari mana aku bisa menyimpulkan nya manis, sedangkan aku tak kenal padanya.
"Udah lama nunggu ya?" ucap laki-laki tersebut kepada Tika.
"Gak ko kak baru beberapa jam yang lalu hehe, satay aja" sahut Tika dengan wajah sok manis nya itu.
"Oh ya kenalin ini Fany temen gua ka" ucap Tika sambil melirik kearahku.
"Fany" sahut ku sambil mengulurkan tangan ku kepadanya dengan senyuman ragu-ragu.
"Krisna" jawab nya sambil menyalami tanganku dan Nampak sedikit tersenyum.
Aku merasakan kegugupan di dirinya dan suhu tangan nya yang dingin membuat jantungku ikut berdebar saat bersalaman dengan nya.
Lalu dia berjalan menghampiri teman-teman nya yang sudah menunggu nya di meja depan dan terlihat seperti komunitas.
"barusan itu siapa sih tik?" tanyaku pada Tika
"itu comica" jawab Tika santai.
"oh dia pelawak"
"ralat, yang kerenan dikit dong Comica"
"iya kan sama aja"
Aku merasakan ada yang berbeda di diriku, pada saat dia memegang tangan ku dan begitupun juga aku, aku merasakan getaran entah dari mana itu.
Aku gak percaya cinta pada pandangan pertama, bagaimana bisa cinta, padahal baru pertama kali bertemu. Menurutku itu filosofi yang kurang masuk akal.
Disaat semua orang sibuk dengan urusan nya masing-masing dia terlihat calm dan sangat menikmati hobby nya yaitu standup.
Sebelum dia perfom diatas panggung caffe, dia sempat focus menulis sebuah materi yang tak sengaja aku perhatikan dari kejauhan.
Ia tampak serius, dan bersemangat saat menulis dan memikirkan materi apa yang akan ia sampikan nanti. Tanpa sadar aku benar-benar asyik memperhatikan nya, sampai aku lupa kalau disitu ada banyak orang. Seakan-akan waktu itu hanya ada aku dan dia.
Mengapa hati ini semakin tak karuan saat menatap wajahnya yang tertunduk saat sedang menulis.
Mataku tak lepas dengan gerik geriknya, kenapa rasanya enggan berpaling kemanapun saat sedang menatapnya.
Bahkan untuk menoleh sedikitpun aku tak sanggup.
Aku baru tersadar saat aku meraskan ada tangan yang mendarat di punggung ku seolah menepuk tubuhku yang sedang asyik memperhatikan nya.
"lu ngapain sih fan? Serius amat?" tegur Tika.
"engg..ggaakk kok, gua barusan lagi ngelamun" jawabku mulai ngaur.
"hmm masa? Kayanya lu tadi ngeliat kea rah ka Krisna deh?"
"ih apansih engga kok" jawab ku yang tentu saja mengelak.
Beberapa menit setelah itu ia tampil, dan sungguh ku dibuat tertawa terbahak-bahak dengan lawakan nya. Dia membawakan materi dengan santai, cool dan tatapan nya cukup tajam yang membuat diriku sulit untuk menatapnya lagi.
Disaat seperti inilah aku tak akan bisa menatapnya lama-lama, mataku telah siap untuk berpaling melirik kemana saja saat ia menatapku tajam.
Aku hanya berani menatapnya dalam-dalam bila saja ia tak melihat kearah ku, aku memang payah, begitu saja aku tak mampu.
"tuuhkan apa gua bilang, lu gak kan nyesel gua ajak kesini" bisik Tika
"iya mkasih tik, udah bkin mlam minggu gua berkesan" balas ku
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh cinta (Diam-Diam)
Teen FictionSiap untuk jatuh cinta diam-diam? Siap untuk mencintai tanpa dicintai? Baiklah kalau dirimu sudah siap berarti juga siap untuk terluka diam-diam. Semua butuh waktu untuk melupakan mu, tapi sepertinya aku tak sanggup. Aku lebih memilih mencintaimu da...