2. Meet

80 24 7
                                    




Aeris tersentak dari tidurnya, ia melihat sebelahnya sudah kosong, pria tua disebelahnya sudah menghilang. Ia melihat orang-orang turun dari kereta, Apakah ini sudah di Basel? Batinnya.

Ia pun membereskan laptopnya, menurunkan kopernya, dan keluar dari kereta. Kereta yang dia tumpangi tidak sampai ke Zurich, jadi ia harus transit kereta tipe ICE untuk sampai kesana.

Karena kereta yang ia tunggu belum datang, jadi ia memutuskan untuk membeli segelas kopi Capuccino panas, dan sebungkus roasted Almond di kedai kopi terdekat.

Sekeluarnya dari kedai kopi, ia berjalan menuju tempat kereta transitnya berada. Sambil menikmati Capucinnonya, ia berjalan menikmati pemandangan disekitarnya. Disini jauh lebih sepi dan tenang.

Ia memasuki kereta dan mencari tempat duduknya sendiri, karena ia tidak melihat satu pun pegawai kereta. Satu tangannya penuh memegang gelas kopi dan bungkus kacang almond, tangan lainnya menarik koper dengan susah payah.

Setelah dia menemukan kursinya, ia kembali menekukan mukanya melihat seorang pria lainnya tertidur di kursi sampingnya. "Aish.. Pria tertidur? LAGI?!" umpatnya.

Wajahnya tertutup topi hitam, sambil bersandar ke jendela, tangannya terlipat didadanya. Aeris tidak tahu apakah dia pria tua atau tidak, memikirkannya hanya membuat Aeris semakin kesal.

Ia pun menaruh kopi dan minumannya kursinya, menyimpan koper kebagasi atas tempat duduknya. namun seorang wanita jangkung menyenggolnya sampai koper Aeris terjatuh di atas kepalanya.

"HEY! ARE YOU BLIND?!" umpat Aeris kepada wanita yang menyenggolnya tadi sambil menahan nyeri dikepalanya.

Wanita itu hanya membalas Aeris dengan delikan tajam, dan berlalu begitu saja.

"Huh! Sabar Aeris, sabar. Amal Ris." Ujarnya sambil mengelus dada. Ia mengambil minuman dan kacangnya lalu duduk di kursi, berusaha menyamankan diri.

Ia menyesap kopinya, dan membuat kondisinya jauh lebih baik sekarang. Ia merasakan pergerakan kereta, ia berharap 2 jam ini tidak jauh lebih buruk.

------

Kini Aeris asik menikmati film di laptopnya, sambil memakan kacangnya. Aeris sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan tulisannya hari ini, karena moodnya yang tidak karuan.

Ia kembali menyesap kopinya dan memegangnya sebelah tangan, tangan lainnya menopang dagu. terkadang tertawa kecil, terkadang terenyuh, terbawa alur film yang ditontonnya.

Saat sedang seru-serunya, pria yang disebelahnya tersentak, dan tidak sengaja menyenggol tangan Aeris yang sedang memegang kopi. Alhasil, kopinya sedikit tumpah ke jaket jeans yang ia pakai.

Kemarahan Aeris yang sudah mulai surut, mulai memuncak kembali. Ia menarik headsetnya kasar, lalu ingin memaki pria itu sepuas-puasnya.

Namun saat tarikan nafas untuk memakinya ingin keluar, "Im sorry, ms." Ujar pria yang disebelahnya sambil mencari tisu ditas kecilnya.

Aeris terpaku. Ia seperti mengenal wajah pria itu, tapi siapa? Ia berfikir keras, mengingat apakah dia seseorang yang dikenalnya?

IA INGAT! Pria yang disebelahnya, yang dia maki tadi saat pria itu tertidur, ternyata adalah..

"Darren Park?!" Tanya Aeris tidak percaya. Pria itu memberikan senyum khasnya, dan menarik beberapa lembar tisu untuk membersihkan sisa kopi yang tumpah ditangan Aeris dan jaketnya.

Darren Park adalah seorang penyanyi dan aktor terkenal, dan Aeris adalah fans garis kerasnya sewaktu SMA. Saat Darren memerankan film baru,  konser dinegaranya pun, tidak pernah Aeris lewatkan. Aeris tahu segalanya tentang Darren bahkan sampai hal sepele pun ia tahu.

"Hey!" Darren menjentikan jarinya didepan wajah Aeris, dan ia tersadar dari lamunannya.

"Kamu gapapa?" Tanya Darren.

"Hah? Oh, iya gapapa!" ujar Aeris tersenyum membuat Darren yang bingung melihat perubahan air muka Aeris.

Saat Aeris ingin mengamuk, air mukanya sempat membuat Darren tegang. Ia pikir, Aeris akan marah besar, melihat betapa kasarnya ia saat menarik headset yang dipakainya. Namun tiba-tiba berubah dan sekarang ia tersenyum manis, seolah tidak pernah ada hal buruk yang menimpanya.

"Eh, biar aku aja!" kata Aeris sambil berusaha mengambil alih tisu ditangan Darren yang sedang membersihkan tangannya.

"Gapapa. Saya yang salah, jadi saya yang harus membersihkannya." Ujar Darren tanpa memandang karena sedang membersihkan tangan Aeris.

Saat membersihkan jaket Aeris, badan Darren sedikit mendekat membuat jantung Aeris berdebar kencang.

Tuhan, kalau sial terus dapet yang bening kayak gini sih, mau deh sial tiap hari, batin Aeris dalam hati saat menatap Darren dengan jarak yang cukup dekat.

"Sudah." Ujar Darren sambil mengubah kembali posisi badannya, "Thanks!" jawab Aeris sambil tersenyum.

"Sendirian?" Tanya Darren sambil memakai topinya.

"Iya! Kamu juga?" Tanya Aeris. Darren mengganguk, "Saya 'kabur' dari agensi, dan saya pikir liburan sendiri membuat saya tenang."

"Setuju! Kadang kita perlu waktu untuk menghilang dari rutinitas dan mencari kebahagiaan sendiri." Ujar Aeris sambil membereskan laptop dan tasnya.

"Dan kamu tidak takut pergi sendirian?" Aeris menggeleng. "Aku suka petualangan. Aku suka tersesat di suatu daerah yang aku gak kenal, lebih seru!"

"Kamu unik!" ujar Darren, Aeris menggeleng lagi membuat Darren kebingungan. "Bukan unik, tapi aneh, hahaha! Semua orang terdekatku  pasti bilang begitu!"

"Kamu udah ngomong panjang lebar, tapi kita belum kenalan."

"Aku tahu kamu. Siapa yang tidak tahu Darren Park?"

"Tapi saya tidak tahu kamu siapa,"

"Oh ia lupa! Aeris." Ujar Aeris sambil mengulurkan tangannya disambut oleh Darren, "Darren."

"Kan aku udah tahu!"

"Tapi kan gak enak kenalan gak dijawab."

"Bener juga!" ujar Aeris sambil tertawa, membuat Darren juga tertawa dengan tingkah Aeris. Aeris yang menyerocos tidak berhenti, namun dapat membuat Darren tidak merasa sepi sepanjang perjalanan kereta.

*****

Hai!
Maaf ya kalo ada typo bertebaran,
Hari ini upload 2 chap. HEHE
Jangan lupa vote,comment dan share ya:))

-hyippp-

Walk on MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang