3. Why?

55 22 6
                                    




Kereta berjalan memelan, mereka sudah sampai di Zurich Haufbahnhof. Waktu tidak terasa berjalan cepat, perjalanan 2 jam tidak terasa sama sekali oleh mereka.

"Udah sampai! Gak kerasa ya!" ujar Aeris kegirangan sambil melihat kejendela, "Mungkin karena kita ngobrol panjang jadi tidak terasa." Ujar Darren sambil memeriksa barangnya.

"Have a plan?" Tanya Darren yang sudah merapihkan barang ditasnya. "Nggak!" jawab Aeris pasti.

"Loh terus kamu stay disini gimana?"

"Kalau itu aku udah pesen hostel tadi, untung dapet!"

"Jadi habis ini kamu kemana?" Aeris hanya menaikan bahunya, "Mungkin aku akan berkeliling naik kereta dalam kota. Nanti saat menemukan objek yang bagus, aku turun!"

"Random ya!"

"Kamu? Punya rencana kemana?" pertanyaan Aeris membuat Darren berfikir keras. Tadi tujuannya kesini apa ya?

"Masih mikir ya?" Darren hanya menyengir, "Sama aja dong! Mending ikut aku, kita keliling Zurich bareng-bareng."

"Boleh, saya juga belum punya tujuan mau kemana." Ujar Darren santai.

"Yakin?" Tanya Aeris heran mengapa Darren langsung ngeiyakan usulnya, "Tadi kamu yang ajak saya, sekarang kamu yang ragu,"

"Gak ragu, meyakinkan diri aja. Ayo!" Aeris bangkit,tapi kereta baru berhenti sempurna membuat Aeris hampir terjatuh. Dengan cepat Darren berhenti dan menahan lengan Aeris.

"Semangat tapi gak gitu juga, kalau jatuh gimana?" Aeris hanya terkekeh. perlakuan Darren kepadanya membuat pipinya menghangat.

Mereka keluar dari bangku. Aeris memakai tas gendongnya, dan akan mengambil kopernya. Namun Darren dengan cepat menahan tangan Aeris.

"Let me, please." Aeris mengangguk sambil tersenyum. Darren menurunkan koper Aeris, lalu menurunkan kopernya sendiri, dan mempersilahkan Aeris berjalan lebih dahulu

"Thank you!" ucap Aeris tulus, diiyakan Darren.

Mereka turun dari kereta dan berjalan beriringan. Aeris masih tidak menyangka ia bertemu, berkenalan, bahkan sekarang pergi bersama Darren. Ia hanya membayangkan perjalanan yang menarik, tapi ini jauh lebih baik dari kata menarik.

"Kok ngeliat saya nya gitu banget? Ada yang aneh ya?" Tanya Darren heran. "Hah? Ah, ngga ada yang aneh kok!" jawab Aeris cepat.

Aeris melirik jam tangannya, 15.37, "Udah jam segini, ayo nyimpen koper dulu. Nanti malah gak keburu keliling Zurichnya." Ujarnya sambil menarik tangan Darren menuju loker penyimpanan koper.

Setelah mereka membeli tiket penyimpanan, mereka menuju loker dan mencari letak loker masing-masing. Kebetulan Aeris mendapat loker yang cukup tinggi. Ia pun berusaha memasukan kopernya sambil berjinjit, tiba-tiba ada tangan dari belakang menahannya.

"Kenapa gak minta bantu? Kalau jatuh ke kepala kamu kan bahaya." Ujar Darren dibelakang Aeris sambil mendorong koper Aeris masuk. Jarak tubuh mereka sangat dekat, membuat jantung Aeris berpacu puluhan kali lebih cepat, pipinya merah seperti tomat.

"Makasih!" ujar Aeris sambil menutup dan mengunci kopernya. Darren pun kembali kelokernya, memasukan kopernya sendiri dan mengunci kopernya.

"Sudah?" Tanya Aeris kepada Darren yang sedang memasukan kunci loker ketasnya, "Sudah!"

Mereka pergi ke tempat kereta dalam kota, dan berangkat berkeliling Zurich.

Kenapa dia percaya denganku? Kenapa dia tidak sedingin yang selama ini ku tahu? Kenapa kami bisa sedekat ini sekarang?, banyak pertanyaan yg berkecamuk dibenak Aeris saat ini.

Namun lebih dari itu, ia berharap hari ini akan menyenangkan.

*****

Belum greget ya? Aku tau kok
Maaf ya kalo geje hehe

Kalo mau kritik dan saran boleh bangett:))

Terus baca cerita aku ya, vote, comment, dan share.

-hyippp-

Walk on MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang