5. By chance?

63 18 7
                                    






Kini mereka berada dalam kereta menuju stasiun. Langit malam cerah bertabur bintang disandingkan dengan pemandangan kota Zurich yang tetap ramai dimalam hari.

Aeris mengambil semua foto polaroidnya, dan tertuju dengan fotonya dengan Darren tadi sore. Ia mengulurkan kedua foto tersebut kepada Darren yang sedang membereskan kameranya.

"Pick one!" Darren melihat kedua foto tersebut, "This one." Menunjuk foto dimana mereka sama sama tersenyum, dan membiarkan Aeris memiliki foto satunya.

Aeris memberikan foto tersebut kepada Darren. Ia menatap langit malam, tersenyum dan memaikan foto yang dia miliki ditangannya.

"Kamu gak sedingin yang aku pikir, dan gak sedingin yang aku lihat dimedia." Ujar Aeris sambil mengamati foto tersebut.

"Saya memang dingin ke orang lain." Ujar Darren ringan.

"Enggak. Buktinya kita bisa deket kayak sudah kenal lama, padahal kita baru kenal less than one day." Ujar Aeris sambil menatap Darren lekat. Darren hari ini berbeda dengan Darren yang selalu dia lihat selama ini di media.

"Itu karena kamu yang bisa buat saya nyaman. Kamu asik diajak bicara, kamu seru untuk jadi teman perjalanan."

"Dan kamu tidak berbicara tidak seirit dimedia."

"Karena kamu cerewet!"

"Ish.. Nyebelin!"

Kereta berhenti, mereka telah sampai di stasiun utama. Mereka langsung menuju loker koper, dan mengambil koper masing-masing. Setelah mengambil koper dan mengembalikan kunci, mereka berjalan ke pintu keluar stasiun bersama.

"Kamu menginap dihotel?" Tanya Aeris sambil menunggu bus yang ia tunggu datang.

"Enggak. Semuanya penuh jadi saya menginap disalah satu hostel dekat Zurisee," Aeris hanya meng-oh riakan jawaban Darren.

Bus tujuannya pun datang. Aeris ingin mengucapkan selamat tinggal, namun batal karena Darren bersiap menaiki bus yang sama.

"Kamu naik bus ini juga?"

"Ia, ke hostel yang saya pesan naik bus ini biar cepat." Mereka menaiki bus dan duduk bersebelahan.

"Oh, emang kamu menginap dihostel mana?"

"Youth Hostel." Jawab Darren ringan, Aeris terkejut, "Aku juga menginap di Youth Hostel." Mereka bertatapan, lalu tertawa. Kebetulan yang pas!

-----

Mereka telah sampai di Youth Hostel. Mereka langsung menuju resepsionis dan check-in masing-masing, dan mendapat kunci masing-masing.

"Perjalanan yang melelahkan, tapi seru juga." Kata Darren sambil mengingat perjalanannya hari ini.

"Huh, setelah aku sampai kamar, rasanya aku ingin langsung tidur." Keluh Aeris sambil memegang pundaknya.

"Jorok." Aeris hanya mendelik kesal atas sindiran Darren. Tiba-tiba Aeris sadar, kenapa Darren berjalan bersamanya? Apakah kamarnya berada di lorong yang sama?

"Kamar kamu dilorong ini?" angguk Darren, "Tadi kata resepsionisnya lewat sini."

"Oh. Lucu ya kita tetanggaan kamarnya, hahaha!"

"Emang saya mau tetanggaan kamarnya sama kamu?" Aeris mencubit lengan Darren kesal.

"Ah! Sakit hey!!" jerit Darren sambil mengelus bekas cubitan Aeris tadi, "Salah sendiri nyebelin!" tuduh Aeris.

Aeris melihat nomor kamar didepannya, 128, sesuai yang tertera dikuncinya, "Yey kamarnya ketemu!"

Namun ia merasa Darren masih terdiam ditempatnya. "Gak usah nungguin aku sampai masuk juga sih, sana pergi kemar sendiri!" Ujar Aeris mendorong kecil Darren sambil tertawa.

Darren melihat nomor dikuncinya, dan melihat pintu kamar Aeris, "Kamar saya 128 juga." Ujarnya membuat Aeris kaget.

"Kita sekamar juga?!" Darren hanya mengangguk dan menunjukan nomor dikuncinya.

"Wah, udah berapa kali kita kebetulan kayak gini?" ujar Aeris sambil tertawa ringan dan membuka kamar tersebut.

"Saya juga gak ngerti. Pertama kereta, kedua bus, ketiga hostel, sekarang kamar," ujar Darren menggantung sambil menatap selidik Aeris. Aeris merasa tatapan tuduhan itu langsung mengelak cepat,

"Heh, aku saja baru pesan hostel tadi pagi, mana aku tahu akan sekamar sama kamu." Darren hanya tertawa mendengar jawaban Aeris. Ia mengacak-acak rambut Aeris sambil tertawa, "Saya bercanda!" dan langsung masuk melewati Aeris.

 Ia mengacak-acak rambut Aeris sambil tertawa, "Saya bercanda!" dan langsung masuk melewati Aeris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar tersebut terdapat dua kasur yang dipisahkan oleh dua meja kecil, bersih, dan sangat nyaman. Darren menatap kedua kasur tersebut, namun Aeris berjalan cepat melewati Darren dan langsung duduk di kasur dekat jendela.

"Aku mau disini!" ujar Aeris langsung menaruh tas dan koper disamping tempat tidur itu.

"Senang sekali ya dekat dengan jendela? Gak dikereta, gak disini, maunya didekat jendela." Tanya Darren membuka mantelnya, dan menggantungnya di gantungan mantel yang tersedia.

"Entahlah! setiap berada didekat jendela, aku dapat memandang keluar, dan itu membuatku nyaman." Ujar Aeris sambil membuka kedua sepatunya dan membuka mantelnya.

Aeris menaruh sepatu dan mantel ditempat yang disediakan, dan langsung membuka kopernya. Ia mengambil pouch berisi alat mandi dan sejenisnya, mengambil baju ganti dan berjalan menuju kamar mandi.

"Katanya tadi mau langsung tidur," ejek Darren yang sedang membuka kopernya.

"Tadi kamu yang nyindir aku jorok, sekarang mau bersih –bersih disindir juga, Tahu ah!" Aeris langsung masuk ke kamar mandi tanpa perduli dengan Darren yang sedang menertawakannya sekarang.

Darren kembali ke kopernya, mengambil baju ganti dan alat bersih-bersihnya. Ia menyimpan sepatu ditempatnya, dan mencharge handphonenya. Sambil menunggu Aeris yang berada didalam kamar mandi, Darren menuju jendela dan melihat langit malam yang cerah.

Tidak berapa lama Aeris keluar dari kamar mandi. Pakaiannya sudah berganti menjadi piyama putih bludru, rambut digulung sedikit berantakan.

"Tuh kalau mau bersih-bersih," Darren langsung berbalik, mengambil perlengakapan yang sudah disiapkan, dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak lama, ia keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Aeris sudah tertidur pulas dihadapannya. Sebegitu melelahkannya kah? Baru sebentar sudah tidur senyenyak itu, batin Darren sambil meletakkan barang-barangnya.

Darren juga tidak kuat menahan kantuk yang menyerangnya, ia merebahkan dirinya dikasur. Ia meredupkan lampu tidur disebelahnya, dan menatap Aeris sebentar.

"Goodnight, Aeris." Ucapnya walau ia tahu, Aeris tak akan mendengarnya.

*****

Back again yuhuu:))
Gimana ceritanya? Comment ya..
Jangan lupa share dan vote juga
Love yuuuuuuuu

-hyippp-

Walk on MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang