2

367 17 23
                                    

Flash Back...

Gadis itu melangkah ringan menyusuri koridor kelas X yang terbilang cukup ramai. Hal yang wajar mengingat tak lama sebelumnya bel istirahat berbunyi nyaring di sekolah itu.

''Woy! Liat-liat ada apaan tu!''

Sebuah suara menarik perhatian hampir semua orang disana. Termasuk Tania yang tadinya ingin kembali ke kelas, mengurungkan niatnya barusan untuk ikut melihat kemana adik-adik kelasnya pergi.

Baru beberapa langkah gadis itu melangkah, ia membeku kaget.

''Itu kak Bayu! Ya Ampun, dia nembak kak Nadia'' pekik salah satu siswi kelas X.

Deg

Tania merasakan lututnya hampir menyentuh lantai jika ia tidak mengingat ada banyak orang disana.

Gadis itu berbalik kecewa. Hampir saja ia ingin melangkah mencari tempat untuk menangis, suara yang sebenarnya tidak ingin atau ingin didengar oleh Tania tertangkap oleh indra pendengarnya.

''Nadia, gue udah lama suka ama lo. Dari lo kelas delapan SMP sampe lo udah kelas sebelas SMA sekarang, perasaan gue masih sama.

''Gue pengen semua perasaan gue selama ini terbayarkan dengan hubungan kita yang lebih serius dari sekedar teman.

''Lo mau kan jadi pacar gue?''

Suara itu jelas berasal dari lapangan basket. Tania tahu Bayu berbicara menggunakan toa milik kantor. Artinya, guru juga sudah setuju dengan rencana Bayu sebelumnya.

''TERIMA!!''

''TERIMA!!''

''TERIMA!!''

Kata itu sekarang yang menggema disetiap sudut sekolah mengalahkan  bunyi dari bel istirahat atau bel pulang.

Sesak

Itu adalah hal yang sangat jelas dirasakan Tania sekarang. Mungkin jauh sebelum Tania menyukai Bayu, lelaki itu sudah lebih dulu menyukai Nadia. Teman dekatnya sewaktu SMP dulu. Namun sekarang Nadia masuk jurusan IPS.

Dan tak lama, suara sorakan gembira menggelegar di SMA Negri 17 Bandung.

Tania?

Gadis itu berlari entah kemana. Pergi bersama dengan kesedihan menumpuk menerima kenyataan bahwa orang yang ia sukai ternyata mencintai perempuan lain.

###

Hari ini bu Wanda masuk dengan semangat 45-nya ke kelas XI IPA 2. Ditambah senyuman yang sedari tadi mengembang seolah ingin menebarkan keceriaannya kepada para siswa di kelas yang dimasukinya sekarang.

Seperti biasa. Syahdi memimpin do'a, lalu memberi salam kepada guru yang terkenal tak pernah lelah soal mengajari murid-muridnya itu.

''Dimas Wijaya'' absen bu Wanda asal.

Sontak Dimas yang sedang mengupil sambil membaca buku terkejut mendengar namanya di sebut.

''S-saya bu!''

''Maju kedepan, lalu bacakan puisi buatan kamu''

Dimas melangkah dengan gugup. Apalagi diujung sana Andre dengan Bagus sudah bersiap-siap mengganggunya dari belakang.

Dimas melihat ke arah Andre dan Bagus yang berubah memberikannya semangat. Lelaki itu lalu berdehem sekali untuk meminimalisir kegugupannya.

XI IPA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang