6

179 11 1
                                    

KRIIINGG!!!

Bel tanda istirat berbunyi nyaring menghasilkan sorakkan dari semua penjuru kelas disekolah SMAN 17 Bandung.

Tentunya Tania kini sudah bersiap-siap untuk segera ke ruang musik. Setelah menjejalkan semua barang miliknya ke dalam tas, gadis itu melangkah keluar kelas.

''TANIA!!''

Sontak Tania membalikkan badan mendengar suara tidak asing itu.

''Kak Adeng?''

Gadis manis itu mengernyit heran melihat penampilan Adeng dihadapannya.

Wajah Adeng memerah dan tampak seragam sekolah lelaki itu basah oleh keringat.

''Sekarang gue percaya sama lo!'' ucap Adeng terengah-engah.

Tania hanya diam membiarkan Adeng melanjutkan kalimatnya.

''GUE LIAT BUNGANYA GERAK!!'' sorak Adeng dengan nada bahagia.

BUK!

Dan setelahnya pandangan lelaki itu menjadi gelap.

''Kak!'' pekik Tania.

Adeng pingsan.

###

''Aduh pala gue!'' ringis Adeng saat ia baru saja tersadar dari tidurnya.

Lelaki itu menoleh melihat sebuah kepala disamping tempat ia berbaring. Adeng mendekat untuk melihat wajah gadis itu lebih jelas.

''Nia?'' gumamnya tak yakin.

Cukup lama lelaki itu memandang gadis yang tidur disebelahnya tersebut.

'manisnya lo itu kebangetan!' batin Adeng seraya tersenyum bangga. Bangga bisa memandang Tania sedekat itu.

Pelan-pelan Adeng menyingkirkan sebagian rambut Tania yang menutupi wajah manisnya.

''Hmmm''

Tania terbangun.

''Aduhhhhh pala gue. Ahh''

Adeng langsung saja berakting pura-pura kesakitan. Memang sakit sih. Hanya saja dilebih-lebihkan. Sambil sesekali melirik Tania yang kini hanya memandang datar.

Air mata menggenang di pelupuk mata Tania. Kalau kita ikuti arah pandang Tania sekarang, ia seperti melihat pelipis Adeng yang kini sudah membiru dan sedikit membengkak.

''Apa?'' tanya Adeng.

''Maafin aku yah, Kak. Lupain aja taruhan tadi pagi''

Tania bangkit dari tempat duduknya berencana ingin keluar.

''Nggak!''

Satu kata itulah yang keluar dari mulut Adeng.

''Kakak itu bego ya! Baru aja pingsan masih sok-sokan mau nanam bunga banyak-banyak. Lupain!'' geram gadis itu jengkel.

''Nggak!'' ulang Adeng.

Kini lelaki itu berbalik menghadap tembok membelakangi Tania.

''Kalo ntar kakak pingsan lagi gimana?'' tanya Tania kesal.

Gadis itu justru ikut berbalik sama seperti apa yang dilakukan Adeng. Jadilah mereka berdua saling membelakangi.

XI IPA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang