Seseorang mengetuk pintu saat aku sedang melihat-lihat galeri foto di situs Mustika Enterprise. Ririn masuk setelah kupersilakan. Dia pun duduk di seberang mejaku kemudian memulai laporannya sambil sesekali membaca tablet di tangan.
"Hari ini ada prewedding shoot Lia-Donny di Ranca Upas dan Lawang Wangi. Penanggung jawabnya Desi. Dia udah stay di lokasi bareng Vivid Photography sejak tadi pagi, ngecek properti dan lain-lainnya. Last report katanya semua oke."
Aku mengangguk. "Selanjutnya?"
"Selanjutnya...." Ririn mengetuk tabletnya, lalu melanjutkan, "Hari ini ada fitting kebaya pengantin atas nama Citra dan technical meeting di rumah keluarga klien atas nama Rossa. Saya dan Mbak Citra janjian di butik Bu Nana jam satu siang. Lalu, untuk technical meeting jam empat sore nanti bakal dihadiri Ervan."
"Oh iya, si Ervan udah ngecek gedung di Cikutra itu, belum?"
"Cikutra?" Ririn tampak bingung. Dia lantas menyentuh-nyentuh layar tabletnya dan berkata, "Maksud Ibu, Cigadung?"
"Ah, iya, Cigadung. Gedung yang baru itu. Udah dicek? Saya belum nerima laporannya."
"Seinget saya, Ervan juga belum ngasih laporannya ke saya. Tapi waktu itu, Ervan sempat minta printout proposal. Nanti saya konfirmasi lagi."
"Oke. Selanjutnya?"
"Selanjutnya...." Ririn menatapku. Raut wajahnya berubah.
"Ada apa?" tanyaku, menangkap sinyal yang tidak beres.
"Beberapa saat sebelum Ibu manggil saya tadi, saya dapet telepon dari klien atas nama Mayang. Dia mau mengajukan pembatalan."
"Oh ya? Kenapa? Nggak jadi nikah atau bagaimana?"
Ririn menggeleng. "Kurang tahu, Bu. Tadi, dia cuma bilang mau cancel. Dan dia minta... refund."
"Refund? Memangnya kamu nggak ngasih tahu dari awal bawa uang yang sudah masuk nggak bisa diambil lagi kalau terjadi pembatalan?"
"Udah, Bu. Saya selalu menginformasikan hal itu ke semua klien. Di surat kontrak dan form order juga udah dituliskan dengan jelas. Harusnya dia baca dan paham konsekuensinya. Tapi dia malah ngotot minta pengembalian DP."
Aku lantas meminta data-data klien tersebut kepada Ririn dan menganalisisnya. Klien yang dimaksud baru membayar uang muka. "Hm... ya sudah, nanti biar saya saja yang menghubungi dia. Dan sekali lagi, untuk ke depannya, kamu perlu menegaskan hal ini kepada calon klien kita sebelum dia menandatangani kontrak."
"Baik, Bu." Ririn mengangguk. Raut wajahnya terlihat lebih baik daripada sebelumnya. "Maaf ya, Bu, kalau saya masih melimpahkan urusan semacam ini kepada Ibu. Harusnya hal ini bisa saya tangani sendiri. Tapi, klien yang ini bener-bener ngotot banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetly Broken
RomanceSEBAGIAN BESAR CHAPTER SUDAH DIHAPUS KARENA CERITA INI AKAN SEGERA DITERBITKAN. Tentang perempuan lajang berusia 30-an tahun yang skeptis akan cinta. Suatu hari, dia bertemu seorang lelaki yang menghidupkan kembali asa dan rasa di dalam hatinya. Tap...