Pahlawan Perang Dunia [Bagian 7]

85 4 0
                                    

Sudah 1 minggu lebih, tepatnya 10 hari sudah berlalu. Aku yang sudah diselematkan oleh pak tua Korna harus berisitirahat untuk menyembuhkan luka-luka ku. Sebenarnya mau saja aku lari dari tempat ini, namun pak tua Korna itu selalu siaga dengan pistolnya, bahkan ketika membaca buku atau makan.

Selama waktu itu, aku hanya duduk dan berjalan sedikit di sekitar kamar pada seminggu pertama. Luka ku lebih parah dari yang kubayangkan, ketika jatuh, sepertinya kepalaku terbentur sesuatu dan kaki kananku tertembak. Tapi beruntungnnya, aku masih selamat dan Pak Tua Korna menyelamatkan ku.

Setelah 1 minggu, aku sudah dapat berlari, walau tidak secepat dulu. Namun ada hal yang sangat mengganggu ketika menginap dirumah Pak Tua Korna. Sebeumnya dia bilang dia adalah lelaki biasa, namun dia selalu membaca buku, menulis buku ketika malam, dan berlatih seperti berlari dan mengangkat beban ketika pagi hari.

"Lelaki biasa yang aneh"

Mungkin itu kalimat yang tepat untuknya, tapi pernah suatu ketika. Ketika aku berjalan-jalan dirumahnya yang lumayan besar itu. Terdapat ruang perpustakaan miliknya. Aku tak pernah melihat buku sebanyak itu sebelumnya selama hidupku.

Sebagai Bocah berumur 12, aku pasti memiiki rasa penasaran dan ingin melihat kamar pribadinya yang selalu dia kunci, jadi di pagi itu, aku menyelinap mengambil kunci di jasnya setelah dia pulang memancing dan membuka kamarnya, yang kulihat di kamarnya banyak foto-foto militer dan bendera Roxalia terpampang jelas. Namun, sebelum aku masuk lebih jauh, Pak Tua Korna menghentikan ku dan melemparku keluar ruangan. Pak Tua Korna bertelanjang dada menghampiriku. Walau kelihatannya sudah berumur 50 tahun, dia memiliki tenaga yang besar. Badannya tidak kelihatan tua seperti umurnya, kekar, bahkan banyak bekas luka sayatan dan lubang peluru. Dan ppaling terutama, kacamata hitam yang selalu dia pakai sedang tidak dipakai, terlihat jelas mata kirinya tertutup karena bekas luka tertusuk benda tajam.

Setelah kejadian itu, Pak Tua Korna lebih memperhatikanku, dan ketika kutanya apa yang terjadi di masa lalunya, dia tidak menjawab.

Setelah hari ke 12 aku dan pak tua Korna berlatih pagi bersama dan ikut memancing, aku tak ingin terkurung dirumah seperti hewan dikandang. Ternyata desa Roxanda ini tidak memiliki warga sebanyak desa Magna, dan emiliki banyak ladang rumput. Tidak disangkan, latihan pagi Pak Tua tua itu sangat tidak wajar, aku hanya bisa mengikutinya berlari seperempat jalan.

Setelah berlatih dan memancing, aku dan Pak Tua Korna berbincang dan bercanda. Sepertinya hubunganku dengan dia semakin membaik, dan aku mula percaya padanya untuk menceritakan nama dan tempat tinggalku.

Pagi itu, hari ke 13, aku bercerita semua hal tentang diriku dan apa yang terjadi. Pak Tua Korna Sontak berdiri.

"ada desa di Hutan itu!? Dan desa itu diserang oleh tentara!? Apakh kau mengetahui ciri-ciri mereka bagaimana Jusup!?"

Pak tua Korna mengenggam lenganku dengan kuat, dan aku memberikan lencana Mecov yang ada dikantungku kepadanya.

"Lencana ini... SIAL!"

Pak Tua Korna langsung berteriak dan lari ke kamarnya. Setelah beberapa saat, dia kembali kepadaku yang masih terduduk bingung.

"Jusup, masala ini lebih besar dari yang kubayangkan, aku akan pergi ke kota Roxus. Aku harus memberitahu mereka mengenai hal ini. Sepertinya yang menyerangmu adalah tentara Madonia, dan mereka akan menyerang Benteng Roxa segera."

Ucap pak Tua Korna dengan tergesa-gesa, aku masih diam mendengarkan perkataannya, tapi satu kesimpulan pasti yang kudapat, bahwa keadaan Republik Roxalia sedang terancam. Pak Tua Korna mempersiapkan barang-barangnya dan bersiap untuk pergi.

"Bocah, aku kan pergi selama satu minggu, jaga rumah ini baik-bak dan jangan melakukan hal bodoh"

Sebelum dia pergi, aku memeluk kakinya sekuat tenaga.

Pahlawan Perang DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang