Author : Ihsan Iskandar
Sebulan yang lalu. Mecov yang sembuh dari lukanya sudah pergi dari desa Magna kembali ke tempat asalnya melewati jalur Hutan tempat dimana Jusup menemukannya.
Setelah 3 jam berlalu. Mecov datang ke sebuah pangkalan militer di tengah Hutan di dekat perbatasan barat Roxalia. Mecov mendekati gerbang besar setinggi 4 meter itu sambil menaikkan kedua tangannya. Seorang prajurit yabg menjaga di tower gerbang itu melihat Mecov sambil bersiaga penuh dengan mengangkat senapannya.
"Berhenti disana! Siapa kau berani-beraninya mendekati pangkalan militer Kerajaan Magdonia!?"
"Aku adalah Kapten dari batalion 9. Mecov Higrid"
Penjaga yang bertanya itu terheran setelah mendengar nama "batalion 9". Pasalnya sudah berhari-hari mereka tidak kembali ke markas dan dinilai mati semua ketika menjalankan misi.
Penjaga yang masih tidak percaya dengannya tidak merubah posisi siaga dan moncong senjatanya tepat kearah kepala Mecov.
"Tunjukkan Lencana Militermu!"
Mecov yang tau bahwa lencanya sudah tidak ada karena diberikan oleh Jusup hanya berdiam diri dan tidak menjawab.
"Hei! Kenapa kau tidak menjawab! Tunjukkan lencana-"
"Hei hentikan sekarang, dia adalah teman kita"
Yang memotong pembicaraan penjaga gerbang tersebut adalah seorang pria tua berambut Putih pendek dan berkumis putih, terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang coklat.
"Ehh.. Mayor!? Tapi kita tidak tahu-"
"Jangan khawatir, buka gerbangnya"
"SIAP PAK!"
mengikuti aba-aba dari Mayor tersebut. Gerbang tersebut terbuka dan Mecov berjalan memasuki pangkalan tersebut.
Sesampainya didalam, Mecov disambut oleh Mayor terasebut di dampingi 10 penjaga di belakangnya.
"Selamat datang Mecov Higrid. Aku sangat tidak percaya kau masih hidup. Setelah berhari-hari batalion 9 menjalankan misi dan tidak kembali. Kami beranggapan kalian gagal dalam misi. Namun sebelum kau menjawabnya, ayo ke ruanganku"
"Siap pak!"
Mecov yang menjawab dengab suara tegar bercampur lega itu mengikuti Mayor tersebut dari belakang.
"Baiklah Mecov. Kau sepertinya sudah tau. Aku adalah Mayor Freitz yang memiliki kuasa tertinggi di markas garis depan sebelah timur dari kerajaan Madonia. Bisa kau ceritakan secara detail mengenai bagimana misimu berjalan?"
"Baik lah Mayor. Seperti yang diketahui. Kami batalion 9 memiliki misi untuk mengamati Republik Roxalia dari dekat. Namun kami ketahuan dan terbunuh dalam perjalanan melarikan diri. Dan hanya diriku yang selamat"
Mecov yang menjelaskan dengan nada Formal mengenai misinya berjalan kepada Mayor Freitz.
"Hmm... memang benar bahwa Republik Roxalia memiliki pertahanan yang kuat dan sulit ditembus atau diketahui"
"Tapi disaat aku melarikan diri aku bertemu seseorang di hutan"
"Ceritakan detailnya"
Mecov yang menceritakan secara keseluruhan mengenai desa Magna kepada Mayor Freitz. Mayor Freitz mendengar dengan antusias mengenai hal ini. Hal ini dikarenakan menurut cerita dari Mecov. Desa Magna merupakan jalur penghubung tersembunyi ke Negara Republik Roxalia.
"Hmm... informasi yang sangat luar biasa, bahkan dapat membuat kita memenangkan perang ini."
"Benar dan jika kita menguasai Desa Magna. Kita bisa menyerang Republik Roxalia dari dua arah"
Mayor Freitz diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya.
"Baiklah. Kapten Mecov, tidak mulai saat ini kau adalah Sersan Mecov, kau akan menjalani misi untuk menguasai Desa Magna dengan membawa beberapa Batalion bersamamu."
"Baik Mayor Freitz! Aku akan menjalankannya dengan senang hati!"
Macov yang dipromosikan seketika itu juga merasa tersanjung dan memikul tanggung jawab ini dengab senang hati. Dan bahkan jika dia berhasil dalam misi ini, bukan tidak mungkin bahwa dia akan mendapat kenaikan pangkat lagi.
Mayor Freitz dan Mecov keluar ruangan dan menuju ruang rapat perang yabg diisi oleh kapten-kapten batalion
"Tuan-tuan, percepat persiapan untuk menyerang Republik Roxalia, dan kali ini, kita akan memenangkan peoerangan ini!"
"SIAP PAK!"
seluruh kapten batalion berdiri serentak mendengar arahan dari Mayor Freitz.
"Jaya selalu Madonia"
"JAYA SELALU MADONIA!"
setelah sebulan berlalu. Seluruh persiapan selesai. Sersan Mecov berdiri di atas podium untuk memberikan pidato dan arahan misi.
"Baiklah semua! Kita akan menguasai Desa Magna! Kita akan memenangkan pertarungan ini dan mempersembahkannya kepada Raja kita!"
"Hoooo!!!!"
Prajurit serentak teriak mengiyakan isi pidato dari Sersan Mecov
"Dan ingat. Jangan biarkan siapapun untuk hidup. JAYA SELALU MADONIA!"
"JAYA SELALU MADONIA!"
Setelah pidato tersebut. Mecov dan seluruh batalion maju menuju desa magna dengan berjalan kaki selama 5 ham. Sesampainya disana, seluruh masyarakat desa Magna yang menjalankan kesehariannya seperti biasa lanhsung ditangkap dan digeret ditengah balai desa.
"Tuan Mecov... kenapa kau melakukan ini?"
Kepala desa yang dulu merawat dan menyambutnya dengan hangat hanya dijawab dengan mengangkat senapan kearah kepala desa itu. Diikutin oleh seluruh pasukan yang mengelilingi mereka. Terkecuali perempuan muda.
Mecoc yang bersiao menembak kepala desa Magna tanpa ada rasa bersalah dimatanya menarik pelatuknya.
Tanpa disadari, Jusup melihat dari jauh adegan tersebut berusaha lari menyelamati mereka. Namun terlambat. Sebelum jusup sampai disana. Suara tembakan terdengar.
DOR!
Dan diikutin oleh tembakan-tembakan lainnya.
DOR DOR DOR DOR DOR DOR!
Jusup terduduk lemas melihat adegab tersebut tanpa dia bisa berbuat apa-apa. Jusup yang melihat kebawah dengan tatapan kosong tiba-tiba kerah bajunga ditarik oleh seseorang. Dan dibawa ke belakang rumah warga.
Jusup yang ketakutan dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya tidak berhenti bergetar.
"Hei Jusup! Sadarlah!"
Jusup yang sangat hafal dengab suara itu mulai membuka matanya dan melihat sosok di depannya. Dengan pakaian putih One Piece. Wajah yang cantik dan rambut yabg panjang. Jusup memastikan sosok tersebut.
"Kak Sherli?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahlawan Perang Dunia
FantasíaPahlawan Perang Dunia, hal paling mustahil di muka bumi ini. Ketika dunia berada diujung tanduk konflik antar Negara, bunuh membunuh adalah pemandangan yang sangat wajar di lingkaran setan itu. Seorang pemuda bernama Jusuf, Kehilangan keluarga tepat...