(3)-Kutukan

351 45 7
                                    

Dimobil, Chanyeol menahan amarahnya setengah mati. Ia mendapatkan Kutukan, membuatnya kesulitan saat emosi.

Seperti saat ia marah, aura panasnya meruak. Orang disekitarnya akan merasa panas.

Saat merasa benci dan sakit hati, sekitarnya akan merasa dingin.

Saat merasa senang dan gembira, sekitarnya juga merasa bahagia.

Saat sedih, sekitarnya merasa malas.

Almarhum kakeknya pernah berpesan, "Pakai kalung ini. Setidaknya jika bukan untuk menghilangkan emosi yang berlebihan, cegah agar emosimu tidak terlalu berpengaruh terhadap lingkungan. Kalung ini akan menahan 70% emosimu. Selebihnya tergantung dirimu, terutama tahan jika berada didekat orang-orang."

Setelah pulang mengantar Sohyun, ia mengunci pintu kamar dan berbaring dikasur. Emosi marah berubah menjadi benci setelah melihat foto yang terpajang didinding kamarnya. Foto mereka berdua sedang tersenyum. Merasa muak, ia mengambil foto itu lalu melempar kasar ke dinding. Bingkai foto itu hancur. Belum puas, ia mengambil benda yang berkaitan dengan mantannya lalu menghempaskannya.

i hate you.

***

Seminggu setelah Chanyeol mengurung diri dikamar, ia pergi keluar untuk mencari udara segar. Bukan ia yang ingin, ibunya menyuruh.

Dengan berat langkah, ia pergi ke taman. Menikmati udara sore dan duduk dibangku sambil mendengarkan lagu melalui earphone. Menatap sekeliling lalu tersenyum. Setidaknya suasana hatinya lebih baik.

Bukgh!!

Chanyeol terkejut melihat seseorang jatuh dari sepeda, tepat 1 meter didepannya. Saat Chanyeol ingin menghampiri, ia tertawa.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanyanya. Ia menahan tawa karna perempuan itu sedang menatapnya tajam.

Ia bertemu Sohyun lagi. Chanyeol mengulurkan tangannya. Namun uluranya tidak diterima. Sohyun berdiri sendiri lalu membersihkan bajunya yang kotor.

"Hai, kita bertemu lagi." Sapanya.

Sohyun masih menatap tajam. Bisa-bisanya ia tertawa melihat orang jatuh.

"kau tak apa-apa, kan?" tanya Chanyeol. Kali ini tulus, bukan sekedar mengejek.

"menurutmu?" sindirnya. "ternyata kau tipe orang SMS." Sindirnya.

Chanyeol mengerinyit, "SMS?" tanyanya.

"Senang Melihat Susah. Susah Melihat Senang."

Chanyeol tertawa sambil memegang perutnya. Sohyun mendesis, untung tidak ada luka. Ia hanya menabrak trotoar karna tak memperhatikan.

"oke, oke. Maaf." Chanyeol menyudahi tawanya. "sini, biar kubawa sepedamu."

***

Sambil menenteng sepeda, Chanyeol melirik Sohyun sesekali. Mereka berjalan kaki karna sepedanya tidak bisa dinaiki untuk dua orang.

"Ternyata main sepeda pakai teknik jungkir-balik, ya." Ejeknya.

Sohyun memukul punggung Chanyeol. Kalau sekarang mereka ditepi sungai, mungkin Chanyeol sudah hanyut ia lempar saking geramnya.

"lalu kenapa kau jatuh?"

"Bukan urusanmu!" ucap Sohyun sinis. Ia menyilangkan tangan didepan dada.

"hmm.. atau MODUS? Sengaja jatuh gitu biar aku nolong kamu persis seperti sinetron."

"Ngaco!" bentaknya. Chanyeol tersenyum.

"Nih!" Sohyun memberi kalung dari sakunya. Mata Chanyeol membesar, lalu merebut kalungnya.

"Mungkin lepas waktu oppa mengambil sepedaku. Kalung mainan, ya? Kok ada lampunya?" ejek Sohyun.

"bukan, hanya kalung biasa." Chanyeol menyimpan kalungnya. Kalung itu putus. Mungkin nanti bisa ia perbaiki.

"Tapi, kenapa kalungnya berlampu? Apa kau mengambil kalung punya adikmu?" tebak Sohyun.

"aku anak bungsu." Sanggahnya.

"hmm.." Sohyun mengangguk. Ia diam lalu mengamati sekitar sambil berjalan.

Sementara Chanyeol masih berfikir, kenapa kalung itu bersinar sekarang?

***

Esoknya, ia koas dirumah sakit umum. Pasien tak terlalu banyak, ia bisa duduk santai sambil membaca buku Jantung didalam ruangannya.

"Chan, ada yang ingin bertemu. Ia diruang tunggu." himbau temannya. Chanyeol mengangguk dan pergi.

Saat hendak keruang tunggu, ia melihat Soorim. ia lupa seharusnya bertanya dulu siapa yang ingin bertemu.

"Chan!" embat Soorim. "Bisa bicara sebentar?"

"Bukankah waktu itu kau bilang akan pergi. Kenapa disini?" ucap Chanyeol dingin. Ia setengah mati menahan rasa bencinya.

"Aku ingin memberitahu sesuatu!"

"Tak perlu! Aku sibuk!" ia pergi keluar rumah sakit, meninggalkan Soorim.

"Oppa!" sapa seseorang. Chanyeol berhenti dan melihat ke sumber suara.

"Daebak, kau bekerja disini?" Sohyun terkesima dengan jas putih Chanyeol. Ia memperhatikan dari atas sampai bawah.

"Terkejut?" herannya, "tampan bukan?"

"Chan!!" Chanyeol melihat Soorim yang masih mengejar.

"eh!" Sohyun terkejut, tiba-tiba Chanyeol memeluknya.

Soorim yang melihat itu langsung berhenti. Hatinya tersusuk panah tepat dari depan.

Sakit, tapi tak berdarah.

Luka, tapi tak bisa diobati.

Jika ia punya mental baja, ia akan marah kepada Chanyeol karna setidaknya dengarkan pernyataannya dulu. Alasan kenapa ia harus pergi dan tak bisa melanjutkan pernikahan.

Tapi itu tak mudah, hatinya sakit. Air matanya sudah membendung diujung. 

FALLING for YOU    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang