L'amour Vrai

511 62 19
                                    


It is with true love as it is with ghosts; everyone talks about it, but few have seen it

_________________________

Aku berpikir tahun-tahun yang kulalui setelah lulus kuliah adalah kebahagiaan. Aku merasa bahwa kami sudah mencapai 80% kemenangan.
Kadang memang ada permasalahan, tetapi kami selalu menghadapi bersama dan kami mengatasinya.

Aku merasa bahagia dan bersyukur dipertemukan dengan Nico.

Tetapi takdir berbicara lain, semua kebahagiaan itu musnah seketika.

Waktu itu Nico harus bergegas menuju bandara, untuk meeting project ke Bali. Aku merasa sangat bersalah, membiarkan Nico pergi menggunakan taxi, hanya karena argumen dia bahwa taxi lebih cepat daripada aku yang membawa mobil.

Aku merasa bersalah, mengapa aku tidak berkeras untuk mengantar dia ke bandara seperti biasanya.

Kecelakaan terjadi di jalan tol, sebuah truk melaju dari arah berlawanan tiba-tiba menabrak dan melompat pembatas jalan yang pada akhirnya menabrak taxi yang ditumpangi Nico.

Aku merasa marah dan seakan aku dijatuhkan ke jurang kesedihan tak terkira.

Nico yang selama ini adalah segalanya bagiku, seperti direbut paksa. Hal itu seakan menjadikan aku seperti dicabut seluruh kehidupanku.

.........................................................

Tujuh hari setelah Nico meninggal, aku membereskan barang-barangku yang ada di apartment. Aku cukup tahu diri, apartment ini selayaknya aku serahkan ke keluarga Nico. Begitu juga mungkin usaha yang aku rintis bersama Nico, akan aku serahkan juga.

Aku mengepak barangku kedalam kardus dan merapikan semua barang yang aku tinggal. Aku ganti semua foto yang terpajang, dengan foto-foto Nico saja, tidak ada satupun fotoku lagi terpajang.

Aku pasang foto Nico yang terbesar di foyer dan aku letakkan vas berisi bunga mawar putih diatas credenza tepat dibawah foto Nico.

Aku harus kembali pulang ke rumah Mamaku.

Tuuut....tuuut

Tiba-tiba bunyi telephone mengagetkanku.
Aku terdiam dan gugup. Karena setelah Nico meninggal, telephone sama sekali tidak pernah bunyi, yang artinya sama sekali tidak pernah ada tamu lagi yang datang.

Telephone kembali nyaring berbunyi, yang memaksa aku untuk berani mengangkat telephone.

"Hallo...", kataku lirih

"Hallo Pak Pandu, maaf Pak, ada tamu Pak Isaac, apakah..."

"Ya...naik saja"

"Baik Pak, terima kasih."

Aku perhatikan dari monitor cctv memang benar Isaac, adik kandung Nico, dan dia membawa seperti sebuah kotak makanan, atau entah apa.

Aku menunggu didepan pintu untuk menyambutnya dan kubiarkan pintu terbuka.

Saat Isaac datang, tiba-tiba dia memelukku dengan menahan isak. Aku merasa lelehan air matanya hangat mengenai pundakku. Aku mengusap kepalanya tanpa bicara. Kubiarkan dia menumpahkan seluruh kesedihannya dan dengan aku tetap berusaha tegar. Lama sekali kami berpelukan, hingga dia tenang.

An ObituaryOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz