Bab I

43 7 4
                                    

Aku hanya meninggalkan beberapa sarapan dan berharap orang tuaku kembali. Sudah 8 tahun aku ditinggal oleh kedua orang tuaku. Kalimat yang hanya ku ingat adalah "Kami pergi dulu ya!!" Kalimat yang menyisakan harapan yang entah terjadi atau tidak.

Oh iya lupa, kita kan belum perkenalan!! Namaku Tachihara Yuuki. Umurku 15 tahun. Aku sekolah di SMA Hikakou di prefektur Niigata. Oh iya, yang ada diawal cerita adalah aku. Salam kenal semuanya!!

Aku berasal dari klan es. Klan es adalah klan terbaik setelah klan air. Klan air adalah klan terkuat sepanjang masa. Klan tersebut bisa menjadi tipe penyerang depan dan tipe penyembuh. Karena sumber kekuatan mereka sangaat besar. Bahkan ada dimana-mana. Ini memang memungkinkan bahwa klan air adalah klan terkuat disepanjang sejarah klan.

Tapi sayangnya, kini klan air tidak ada lagi. Karena dulu klan air selalu diincar kekuatannya untuk hal yang tidak baik. Selain itu, ada rumor yang mengatakan bahwa mereka mengadakan ritual yang persembahannya menggunakan jantung manusia. Maka dari itu, diadakannya pelarangan HAM dikalangan klan air. Mereka dilarang sekolah, mereka selalu dianggap salah, bahkan mereka tidak boleh melakukan jual beli. Ntah aku tidak mengerti kenapa dulu semengerikan itu.

Lalu kukunci pintu rumah dan bersiap ke sekolah. Selain aku kunci pintu, aku juga mengunci rumah denagn kekuatan segel es ku. Aku melihat pintu itu dan masih teringat kalimat terakhir kedua orang tuaku. Kubuyarkan ingatanku akan hal itu. Langkahku sedikit demi sedikit menapak meninggalkan rumahku. Baru beberapa tapak, aku sudah menemui seorang wanita berambut coklat panjang dengan jas cantiknya. Dia membawa tas tangan sekolahnya. Aku menyapanya.

"Ohayouu, Naraa!!"
"Ohayou, Yuuki!" Sapa Nara dengan nada datar.
"Bagaimana denganmu? Apa pekerjaan rumahmu sudah selesai?" Tanyaku.
"Tentu saja. Apa kamu.."
"Ahhh!! Tentu saja sudah!"
"Apa kau baik-baik saja?"
"Maksudmu, Nara??" Tanyaku dengan wajah penasaran.
"Kau 'kan dibully. Apa kau baik-baik saja?"
"Ehmm.. ettoo.."
"Jika kau butuh bantuan, bilanglah padaku (ore)!"
"Kamu ini!! Kamu itu wanita. Jangan menyebut dirimu dengan kata ORE GA!!" Teriakku.
"Emangnya kenapa?" Tanya Nara dengan suara datar.
"Lupakan!" Keselku.

Gedung sekolah yang sangat besar telah menyambutku dengan gagahnya. Ya, inilah sekolahku. Sekolah dengan lapangan olahraga yang besar, kolam renang yang ada didalam ruangan, kelas yang nyaman. Bener-bener menyenangkan. Ku buka kotak sepatu dan menggantikan sepatuku dengan sepatu khusus. Tiba-tiba aku menabrak seorang pria yang badannya sangat besar. Kurus seperti tiang listrik dengan tatapan yang sangat tajam. Tingginya melebihi dari tinggiku. Rambutnya berwarna merah. Dia membawa 2 orang yang memiliki kembaran. Keduanya bertingkah seperti preman. Yang satunya berambut punk, dan satunya berambut harajuku. Baju mereka bahkan dikeluarkan.

"Kenapa kau menabrakku?" Tanya pria yang gendut itu.
"Ahh!! Aku minta maaf, Shirata Jiro!! Bisakah kau minggir? Aku sudah hampir telat!" Kataku sambil kesel.
"Kau tidak berubah sama sekali ya? Terlihat seperti pria cantik, mata empat. Orang yang mata empat dan menyebalkan harusnya tidak boleh ada diwilayahku. Apa perlu kita beri pelajaran, Kimoto Hatsuo dan Hiroto?" Tanya pria gendut itu.
"Wah, aku tidak sabar bos! Kenapa tidak sekarang?" Kata Hatsuo yang berambut punk.
"Ettooo.. kita bisa bicarakan ini baik-baik 'kan?" Kataku.
"DIAM KAU, PRIA CANTIK!!! Lanjutkan Hatsuo, Hiroto!"

Tanpa sadar, pukulan pertamaku mendarat diperutku. Perutku sempat kesakitan. Aku terjatuh ke lantai. Jujur saja, meskipun aku memiliki kao yang kuat setelah kao air, aku tidak boleh menggunakan kao untuk bertarung disekolah. Karena takutnya bisa membahayakan orang lain. Aku mengangkat kepalaku dan pukulan kedua mendarat dikepalaku. Kepalaku terjatuh bahkan terkena pantulan keras dari lantai keramik. Darah mengalir deras dikepalaku. Aku sudah tidak kuat berkelahi. Pandanganku mulai mengabur. Dan..

Hiroto tersungkur kesakitan.

Hidung Hatsuo mengeluarkan darah.

Dan terlihat seorang wanita yang kukenal. NARA!! Ya, itu Nara. Dia berkelahi dengan gengnya Jiro. Memang agak mustahil seorang wanita yang langsung melayangkan kepalan tangannya ke pria. Kali ini, Jiro menghadapi Nara. Jiro ketakutan dengan tatapan Nara yang mengerikan. Lebih mengerikan daripada tatapan seorang pembunuh. Jiro mengambil seribu langkah bersama Hatsuo dan Hiroto. Nara membungkuk dan merangkulku ke UKS.

"Sudah kubilang, kalau kau butuh bantuan, bilang padaku!" Kata Nara dengan suara datar.
"Berisik!" Kataku.

***

Bel pulang telah menyanyikan lagu khasnya dan ini membuatku ingin cepat-cepat kembali ke rumah. Kurangkul tasku dan percepat langkah. Terlihat beberapa wanita, entah sedang apa. Mungkin sedang bergerombol. Dan ada beberapa kata yang tak sengaja ku dengarkan dari mereka.

"Eh, kamu tau tidak laki-laki yang berkelahi tadi pagi?" Tanya salah satu seorang wanita.
"Iya, dia yang berkelahi dengan Jiro-kun. Apa dia tidak bisa berkelahi ya? 'Kan kasihan dia terlihat lemah." Kata salah satu temannya.
"Coba dia bisa berkelahi ya? Atau dia lapor ke sekolah? Dengan begitu dia aman." Saran salah satu temannya.

Ketika aku mendengarkan hal itu, aku langsung melangkahkan kaki ku dengan cepat. LEMAH?!! Aku bukanlah lemah. Aku hanya tidak ingin melanggar peraturan saja. Lagi pula, aku tidak suka ikut campur dengan orang seperti itu.

"Yosh!! Apa yang kau pikirkan?" Kata Nara langsung.
"EEEEHHHH?!!! SEJAK KAPAN KAU ADA DISINI?!!" Kagetku.
"Dari tadi 'kan? Kamu (omae) saja yang dari tadi melamun."
"Hei, sudah kubilang! Jangan gunakan kata Omae atau Ore ga! Kamu ini perempuan. Sopanlah sedikit!" Kataku.
"Jangan dengarkan kata mereka, Yuuki!" Kata Nara serius.
"Eh?"
"Kamu tadi dengarkan kata tukang gosip 'kan?" Tanya Nara.
"Umm.. iya."
"Biarkan saja mereka!"
"Nara?"
"Un?"
"Apa aku bisa mendapatkan teman?"

Kami berdua hanya terdiam. Mungkin Nara juga berpikir hal yang sama. Kenapa kami sulit mendapatkan teman?

Seekor kucing kecil berwarna putih datang menghampiri kami. Bulunya putih seputih salju dan matanya merah. Benar-benar kucing yang manis. Nara yang kelihatannya mengerikan seperti preman berubah menjadi seorang wanita yang feminim. Dia mencoba mengelus kucing itu. Aku memiliki firasat buruk. Ku tarik Nara seketika sampai terjatuh dan kucing itu berubah menjadi serigala yang besar. Kukunya tajam. Liurnya kemana-mana. Dan bulunya tidak jadi bagus.

"Na, Nara! Kau harus berhati-hati!! Dia bukan kucing sembarangan. Dia monster Ookami no kyoketsuki!! Dia akan menghisap kekuatan kita!!"
"Hoo.." respon Nara.
"Kok hoo sih? Dia akan menyerang KITA?!!"

Seketika aku langsung mengubah diriku menjadi yang seharusnya (kalian baca di awal cerita 'kan? Itu lah wujud asliku kalau lagi bertarung). Nara langsung merubah dirinya menjadi wanita yang menggunakan dua pedang kecil. Dan dia menggunakan dress dengan warna merah ungu selutut dengan pita dibelakangnya. Pedang itu dihiasi ukiran api yang indah. Ya, dia berasal dari klan api. Monster itu langsung menghantam kami berdua. Dan kami langsung menghindar. Nara langsung melemparkan pedangnya seperti bumerang. Tapi sayangnya, tidak kena. Monster itu menyerang Nara. Aku langsung melindungi Nara dengan pedang besarku.

"NARA, LARI?!!" Perintahku.

Nara langsung lari dan menyabet monster itu. Monster itu langsung merintih kesakitan.

"YUUKI, SEKARANG!!"

Aku langsung naik ke badan monster dan menancapkan pedangku sambil mengeluarkan sihir es untuk membunuhnya.

"Euryymir!!"

Seketika, pedang yang menancap mengeluarkan es batu yang panjang dan runcing sambil membuat cabang. Monster itu seketika berhenti bergerak dan menjadi debu. Aku langsung menuju Nara selagi memeriksanya kalau Nara baik-baik saja.

"Kau tidak apa-apa Nara?!" Tanyaku khawatir.
"Iya. Oh iya, terima kasih kau telah melindungiku!" Kata Nara sambil tersenyum manis. Ini pertama kalinya aku melihat dia tersenyum manis. Itu membuat wajahku merah.

Akhirnya kami sudah sampai dirumah. Kebetulan rumahku dan Nara bersebelahan. Aku cepat-cepat memeriksa meja makan siapa tahu ayah dan ibu pulang. Ketika aku melihat meja makan, semua tetap seperti tadi pagi. Ya, hanya harapan kosong.

ローリング タイム (Rolling Time)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang