Bab II

22 6 13
                                    

Masih sama seperti kemarin. Orang tuaku masih belum kembali sejak kejadian 8 tahun yang lalu. Aku selalu melakukan kegiatanku sendiri. Setelah mengunci rumah, lalu kuberjalan meninggalkan rumah. Nara seperti orang yang selalu menemaniku saat kedua orang tuaku tidak ada. Dia berjalan disampingku dengan wajah datar yang selalu akrab denganku.

"Ohayou, Nara-san!!" Sapaku secara lembut.
"Ohayou! Bisakah kau tidak selembut itu?"
"Eh? Kok kamu ngambek begitu? Kan aku menyapamu. Apa salah?"
"Bukan, apa kamu bisa tegas sedikit?"
"Unn.. iya." Kataku sambil menampakkan lesuku.
"Apa kamu mau terus-terusan dibully oleh Jiro sialan?" Tanya Nara seperti pembangkitku.
"Aku tidak mau! Tapi.."
"Ayolah, kalau kau tidak maju, kau tidak tau cerita selanjutnya. Percayalah padaku!" Kata Nara mengepalkan tangannya ke langit dengan wajah datarnya.
"Baiklah!!!" Kataku dengan semangat.

Tanpa sadar, kami sudah ada didepan sekolah.

***

Dikelas, aku memang anak yang suka penyendiri. Bukan karena aku anti social, ini semua kulakukan karena mereka suka membullyku. Mereka sering meledekku dengan nama "pria cantik" hanya aku bertingkah sopan. Aku tidak suka dengan panggilan yang tidak kusukai. Hal yang paling aku sukai saat aku menyendiri adalah menggambar, mendengarkan musik, dan melamun tentang hal yang aneh. Anak perempuan yang berjas hitam dan berambut ikal pendek datang menghampiriku. Dia sepertinya dia membawa buku.

"Anoo.. Yuuki-kun! Aku punya pr yang sulit bagiku. Apa kau bisa mengajarkanku?" Kata anak itu.
"Unn.. boleh! Ayo kesini!" Kataku.

Aku mengajari anak perempuan itu. Dia tampaknya mengerti. Maklum, meskipun aku pria cantik, aku lumayan pintar dikelas. Kepintaranku ini katanya diwariskan oleh ibuku. Setelah itu, anak perempuan itu berpamitan olehku karena dia sudah selesai dengan urusanku.

Anak perempuan itu, lalu menuju ke pintu kelas berbicara dengan seorang laki-laki. Sepertinya aku mengenal laki-laki itu. Dia adalah SHIROTA JIRO!! Aku sempet ketakutan melihat bahwa anak perempuan itu ada hubungannya dengan Jiro. Mungkin mereka pacaran. Aku mengurungkan niatku untuk pergi ke kantin. Baru beberapa menit kemudian, dia menghilang dari pandanganku. Dan aku bisa ke kantin.

Setelah aku selesai dengan urusanku, aku menuju ke kantin sekolah. Dalam perjalanan, seorang anak perempuan yang kukenal menghentikan langkahku.
"Yuuki!"
"Nara-san! Apa kau mau ke kantin?"
"Aku hanya menanyakan sesuatu."
"Eh?"
"Apa yang kau lakukan dengan Ai-chan barusan?" Kali ini dia jauh lebih serius.
"Dia hanya nanya bagaimana cara mengerjakan soalnya aja kok! Lagipula, kenapa kamu terlalu serius gitu sih?"
"Kau tahu 'kan? Semua anak disini tahu kalau kau adalah bahan bullyan! Aku takut.."
"Jangan khawatir! Aku baik-baik saja kok! Lagipula kamu lah yang harus dikhawatirkan soalnya kau 'kan sudah dikenal oleh satu sekolah bahwa kau anak perempuan yang berbahaya. Kemarin saja kau menghajar habis-habisan Jiro-san. Jadi, tolonglah! Kau harus menjadi wanita yang baik!" Kataku sambil memotong pembicaraannya.
"Aku akan bertindak pria jika SESEORANG YANG KUSAYANGI TERANCAM!! APA KAU MAU DIBUNUH OLEH TEMANMU SENDIRI?!!" Bentak Nara kali ini lebih kuat.

Seketika semuanya terdiam gara-gara bentakan Nara. Aku berusaha menenangkannya. Tapi, dia malah pergi dengan wajah merah meninggalkanku. Aku hanya jadi bahan tontonan anak yang ada dikoridor sekolah. Aku tidak mengerti. Sama sekali tidak mengerti perasaan wanita.

***

Bel bunyi mengingatkan kami bahwa ini adalah waktunya pulang. Kami memberi hormat kepada guru, lalu bersih-bersih kelas. Karena hari ini aku tidak piket, aku pulang duluan. Nara hari ini piket, jadi dia pulang lama. Sebenarnya aku ingin menunggunya, tapi gara-gara insiden tadi, aku tidak jadi. Karena aku masih merasa bersalah soal istirahat tadi.

Aku membuka lemari sepatu yang telah menungguku sejak tadi pagi. Tapi hari ini aneh. Kotak sepatu yang biasa kutempati malah ada sepucuk surat yang ntah datang darimana. Yang tertulis disana adalah :

Aku ingin berbicara hal yang penting. Jika kamu ingin tau aku, kau harus ke kolam renang didalam sekolah. Usahakan seorang diri!

Aku langsung penasaran dengan surat ini. Kebetulan kolam renang yang ada disekolahku ini didalam ruangan dan melewati kelasku. Sambil berjalan, aku mengamati siapa yang menulis surat ini. Tanpa sadar, aku sudah ada didalam TKP. Keadaannya sangat sepi. Karena jarang ada orang yang menggunakan. Sambil menunggu orang tersebut datang, berkeliling ditepi kolam dapat mempercepat waktu.

"Kau sudah disini ya ternyata?" Kata seseorang yang mengagetkanku.

Aku menoleh ke sumber suara itu. 3 orang yang berkelahi denganku yang malah muncul. Aku sempat memberi kuda-kuda agar menyerang. Ternyata dia hanya berhenti berjalan.

"Hei, tenanglah Tachihara! Aku hanya ingin berbicara dengan baik." Kata Jiro.
"Apa yang kau inginkan?" Tanyaku sambil waspada.
"Aku minta maaf soal kemarin! Seharusnya aku yang salah. Karena aku tidak melihatmu." Kata Jiro dengan suara menyesal.
"Baiklah! Aku memaafkanmu!"
"Hei, aku punya minuman sebagai permintaan maafku! Apa kau mau?" Tanya Jiro.
"Beneran? Terima kasih banyak!!" Kataku sambil tersenyum ceria.
"Santai aja! Hatsuo, berikan minumannya!"
"Baik!"

Hatsuo memberikan minuman kepadaku. Dalam perjalanan, dia sengaja menumpahkan minumannya. Jadinya, bajuku kotor dengan area basah yang melebar.

"Bajuku!!! Ini kan dipake besok?!! Bagaimana ini?!" Kataku sambil panik karena baju itu hanya satu dan sekarang lagi ku gunakan.
"Ahh, aku minta maaf!! Sini aku bersihkan!" Kata Jiro.

Dia berusaha membersihkan bajuku. Tanpa sadar, dia mendorongku jauh dari tepi kolam. Dan alhasil, aku dijatuhkan oleh Jiro ke dalam kolam. Dia tertawa terbahak-bahak, bersama yang lainnya. Dan baru kuingat sekarang, kolam ini sangat dalam. Dan aku tidak bisa berenang. Jiro meneriakkan sesuatu kata.

"TO, TOLOOONGG!!! TOLONG AKUU?!!" Teriakku sambil meronta-ronta.
"RASAKANLAH ITU, TACHIHARA!! ITULAH AKIBATNYA JIKA KAU MENDEKATI PACARKU, ITSUKI AIRI KU! Hatsuo, Hiroto! Ayo pergi!"
"Baik bos!" Sahut keduanya.

Aku mencoba meminta tolong sambil mencoba berenang. Aku melihat mereka tertawa karena senang melihatku tenggelam. Mataku mulai mengabur dan menandakan bahwa aku akan mati tenggelam. Yah, yang kurasakan sekarang adalah aku berada di dalam laut sendirian. Tenggelam didalamnya. Dan semuanya menghitam.

***

Aku masih takut akan berteman dengan orang lain. Karena aku takut dijahili lagi. Aku takut mereka akan membunuhku. Masih tersimpan perasaan rinduku dengan kedua orang tuaku. Ibu, Ayah. Apa yang kalian lakukan disana?

Aku membuka mataku secara perlahan. Berharap bahwa aku masih hidup sebelum aku bertemu dengan orang tuaku. Dinding putih menyelimuti dimana-mana. Tabung oksigen yang menyelimuti mulut dan hidung membuatku hidup kembali. Pandanganku masih kabur. Aku perhatikan dengan seksama. Ternyata aku dirumah sakit. Infus yang menancapkan jarumnya ditangan kanan ku masih bergerak. Tangan kiriku seperti tidak bergerak karena terhalang sesuatu. Nara lah yang membuat tangan kiriku terhalang. Dia sedang tertidur karena kelelahan. Bangkit dari tidurku adalah hal yang bagus. Ketika aku bangkit, ternyata Nara tidur sambil memegang TANGANKU!! Itu langsung membuat wajahku menjadi merah padam karena Nara tidak pernah melakukan hal itu.

"Ternyata kau sudah sadar ya?" Kata seorang pria berambut hijau yang menggunakan jaket dan celana training biru. Ya, dia adalah guru olahragaku.
"Takeyama-sensei!!" Kataku.
"Kau tahu? Tanaka-san lah yang mencoba menolongmu! Dia mencoba menghajar Jiro sampai babak belur dan menyelamatkanmu! Dia juga melaporkannya kepadaku. Kebetulan juga aku sedang mencari kunci gedung kolam renang. Ternyata diambil Jiro."
"Oohhh, jadi Nara ya..."
"Kau sudah sadar ya?" Kata Nara tiba-tiba bangun dari tidurnya.
"EEEHH?!! KAU SUDAH BANGUUUNN?!!" Kagetku.
"Oh iya, Tanaka-san didiskors selama beberapa hari gara-gara dia sempat menggunakan sihirnya untuk berkelahi. Aku sempat menolak hal itu, tapi Tanaka-san tetap menerima hukuman itu." Lanjut Takeyama-sensei.
"EHH?!! Kamu ini!!!"
"Kenapa? Bukannya berterima kasih, malah cerewetnya minta ampun."
"Bukan itu.."

Yah, akhirnya kami bertengkar hanya masalah Nara diskors. Sepertinya Nara tidak marah. Takeyama-sensei hanya tersenyum melihat tingkah kami.

Nara, ternyata kamu... mau jadi temanku ya?

Takeyama-sensei berpamitan padaku untuk pulang. Kali ini, aku ditemani oleh Nara. Terima kasih Nara!! Kau menerimaku sebagai teman apa adanya.

---------------

Ket:
-sensei : guru
-san : panggilan sopan seseorang saat memanggil orang lain.

ローリング タイム (Rolling Time)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang