Bab IV

18 5 0
                                    

Meja berwarna kuning ini menjadi saksi bisu kami berempat. Panci dan piring ini menyaksikan kami berdiskusi. Gelas air pun hanya diam tak berkutik.

"Apa kau yakin sekali ingin mengetahui perempuan ini?" Tanya paman Brendan.

"Aku yakin sekali!" Tegasku.

Bibi Nagisa dan paman Brendan saling menatap mata mereka. Seperti mengatakan 'bahwa sekarang lah waktunya'.

"Sebenarnya Yuuki, Matsunaga Nanako adalah... ibumu." Kata bibi Nagisa.

"Hah?"

"Iya, sebelum dia menikah dengan Tachihara Yoshimori, dia memiliki marga Matsunaga." Jelasnya bibi Nagisa.

"Benarkah?! Seperti apa ibuku itu, bibi Nagisa?!"

"Sebenarnya, dia adalah wanita yang pendiam. Tapi dia adalah wanita yang tangguh. Selain tangguh, dia cantik, manis, pintar, dan tipe orang yang peduli. Tapi sayangnya.."

"Sayangnya kenapa bi?" Tanyaku penasaran.

"Terlalu banyak beban yang dia bawa. Kami berdua, sebagai sahabatnya pun ingin sekali membantunya. Tapi dia selalu berkata 'tenang saja! Aku baik-baik saja kok!' Dan itu tentu membuatku semakin khawatir." Kata bibi Nagisa.

"Tunggu sebentar! Paman dan bibi ini sahabatan dengan ayah dan ibu?"

"Tentu saja. Kenapa?" Kata paman Brendan.

"Hmm.. begitu ya? Oh iya, apa kalian tahu kalimat ini?" Tanyaku sambil menyodorkan buku harian yang kutemukan.

Mereka berdua melirikkan mata mereka bersamaan sambil memahami isinya. Mungkin bagi mereka, ini adalah hal yang sulit dipahami. Karena hal ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Akhirnya mereka menyodorkan kembali kepadaku.

"Kami berdua baru menyadari, kalau Nana-chan suka menuliskan hal aneh seperti ini." Kata bibi Nagisa.

"Jadi, apa yang harus kulakukan agar aku bisa mengenal lebih baik tentang ibuku?"

"Hmm..." kami semua berpikir sejenak. Memang agak susah, jika orang tuaku sudah lama meninggalkanku sejak aku masih kecil.

Tiba-tiba, suara itu membuatku semakin malu. Semua yang ada diruangan itu tertawa, kecuali Nara yang emang punya ekspresi aneh.

"Apa kau belum makan tadi pagi?" Tanya bibi Nagisa sambil ketawa.

"Kenapa kau tidak membuatkannya, Nara?" Tanya paman Brendan.

"Aku ingin membuatkannya, tapi monster itu malah menyerang kami." Jelasnya Nara.

"Hoo.. baiklah. Bagaimana jika aku saja yang memasaknya?" Kata bibi Nagisa dengan senyum anehnya.

"Apa ibu yakin? Aku ingin memasak kali ini." Kata Nara.

"Ooohhhh.. hehe!! Baiklah, putriku sayang!" Kata bibi Nagisa sambil melirikku seolah memberiku sebuah kode.

"Ada apa bibi Nagisa?" Tanyaku seolah-olah tidak mengerti maksud bibi Nagisa (dan sebenarnya aku memang tidak mengerti).

"Ternyata pria tidak bisa peka terhadap wa.." kata bibi Nagisa kepotong gara-gara tatapan paman Brendan yang mengerikan atas tidak terimanya kata-kata bibi Nagisa.

"Tenang saja kok!! Suamiku tidak seperti itu 'kan? Brendanku sayang?" Kata bibi Nagisa sambil memberikan kecupan indah dipipi paman Brendan. Dan benar-benar mengerikan bagiku.

"Oh iya ibu lupa!! Bahan makanannya habis. Bisakah Nara membelikannya?" Tanya bibi Nagisa saat melihat kulkas transparannya dari luar.

"Baiklah! Aku dan Yuuki akan berbelanja." Kata Nara tiba-tiba.

ローリング タイム (Rolling Time)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang