3. Kecelakaan

1.8K 167 1
                                    

"Cilukkkkk!" Grafisa menutup kedua wajah nya. "BAAA!!" Lalu membuka nya dengan antusias.

Sedangkan bayi yang ada di bawah perempuan itu diam selama beberapa detik, sebelum mengeluarkan tangis yang sangat kencang.

Niat menghibur, malah membuat nangis. "Emang muka gue se-serem itu apa?" Gumam nya sambil menggaruk tengkuk, merasa bersalah karena sekarang adik kecil nya menangis.

"MAMA! REYHAN NANGIS!" Teriak Grafisa, beberapa detik kemudian terlihat Sarah berlari dari arah dapur sambil meracau tidak jelas.

Wajah wanita itu terlihat lelah, dengan kantung mata yang menghias di bawah mata nya. Seperkian detik, Grafisa baru sadar kalau mengurus anak akan selelah itu, berarti Sarah dulu juga merasakan hal yang sama ketika merawat nya.

"Kamu apain, sampe nangis?" Tanya Sarah menyelidik, anak bayi laki-laki bernama Reyhan itu sudah diam karena mulut nya di sumpal oleh sumber susu alami nya.

"Aku ajak main ciluk ba, pas aku buka muka aku eh dia malah nangis," jawab Grafisa, dalam hati merasa keheranan kenapa Reyhan bisa menangis hanya karena itu. "Emang bayi sering banget nangis ya, Ma?"

"Iya lah, Ca. Kan dia belum bisa ngapa-ngapain lagi selain nangis."

Perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah itu mengangguk-anggukan kepala nya, lalu memilih keluar kamar orang tua nya. Melihat Reyhan sedikit membuat pikiran Grafisa jernih, tapi sekarang nama itu kembali muncul di dalam otak nya.

----

Belum sampai dua jam Grafisa ada di rumah nya, perempuan itu harus keluar dari tempat nyaman tersebut--karena kabar mengejutkan yang ia dapat beberapa detik yang lalu.

Perempuan itu tidak di antar siapa-siapa, Sarah hanya menitipkan salam untuk Farabi di rumah sakit sedangkan Revan belum pulang dari kantor nya. Ya, kabar mengejutkan tersebut datang dari Farabi.

Laki-laki itu mengalami kecelakaan motor yang mungkin cukup parah--sehingga membuat laki-laki itu pingsan, dan tadi yang menelfon Grafisa adalah teman sebangku laki-laki tersebut.

Untung saja driver ojek online yang di naiki Grafisa itu membawa kendaraan dengan laju yang lumayan cepat, sekarang Grafisa hanya ingin melihat Farabi.

Dua puluh menit kemudian Grafisa sampai ke rumah sakit yang di tuju. Perempuan yang mengenakan jaket putih itu menghela nafas panjang ketika Farabi masih berada di ruang UGD yang ada di lantai dasar.

Grafisa langsung menghampiri Arez--teman sebangku Farabi--yang sedang duduk penuh kecemasan di kursi besi yang di sediakan. "Farabi kenapa, Rez?" Grafisa tidak dapat menghilangkan rasa khawatir nya dalam suara tersebut. Apalagi dokter di dalam masih menangani Farabi.

"Jatuh... Ca."

"Ya gue juga tau dia jatuh!" Balas Grafisa frustasi, tidak bisa kah laki-laki itu menjawab dengan benar? "Maksud gue, kenapa jatuh?!"

Arez yang masih keliatan kaget itu memilih diam. Ia tidak menyangka kalau kejadian itu akan terjadi di depan mata nya--yang sangat phobia terhadap darah--terlebih, apa yang ia lihat bukan hanya murni kecelakaan biasa.

"Arez!" Emosi Grafisa makin tidak karuan, perempuan itu benci menunggu tanpa kepastian. Di tambah wajah Arez yang seakan memberi tahu nya kalau kecelakaan ini bukan sekedar kecelakaan biasa. "Jawab gue ih!"

Arez tetap tidak bergeming meskipun teriakan Grafisa hampir membuat kepala nya pecah. Laki-laki itu masih memikirkan kecelakaan tersebut. Arez melihat dengan jelas, karena laki-laki itu ada di belakang motor Farabi saat pulang sekolah tadi.

Grafisa bisa menghela nafas lega ketika lima menit kemudian kedua orangtua Farabi datang. Setidak nya, ia masih ada teman untuk bicara ketimbang Arez yang kelihatan sangat terkejut itu.

----

Makin banyak teman-teman sekolah Grafisa yang berkunjung beberapa jam kemudian--meskipun Farabi belum sadar.

Perempuan itu duduk di sofa yang ada disana, memperhatikan hampir lima orang teman perempuan nya yang berada di sisi brangkar Farabi. Berkata betapa kasihan nya laki-laki tersebut.

Keadaan Farabi sekarang memang patut di kasihani, lengan kanan laki-laki itu patah, belakang kepala nya bocor, dan luka lecet di sekujur tangan nya akibat tergesek aspal.

Arez sudah menceritakan semua nya, kepada orangtua Farabi juga. Ia bilang, Farabi sedang menghindar lubang yang ada, tapi motor nya malah oleng dan membelok ke arah kanan dan terjatuh, beruntung saat itu jalanan masih sepi sehingga tidak ada kendaraan yang lebih besar menabrak tubuh tidak berdaya Farabi di aspal.

Kedua orang tua Farabi sedang pulang ke rumah, mengurusi pakaian laki-laki itu karena kata dokter Farabi membutuhkan waktu tidak cepat untuk pemulihan. Arez juga sudah pulang mengingat laki-laki itu belum mengganti pakaian sekolah nya.

Teman-teman kelas Farabi itu tidak terlalu lama berada disana, karena Farabi belum siuman atau jam dinding yang menunjukan pukul delapan malam. Hanya setengah jam, semua nya bubar tidak tersisa.

Perempuan itu lantas bangun, duduk di sisi brangkar yang tersisa. Mata nya menatap Farabi iba, lalu tangan nya terjulur untuk memegang lebam pipi laki-laki tersebut. "Pasti sakit banget ya, Bi?" Gumam Grafisa, ngilu sendiri melihat nya.

"Lagian berapa kali gue suruh pake helm, lo ga ngerti."

"Jadi nya gini, 'kan? Coba lo pake helm, pasti kepala lo ga kebentur. Gue kasian, otak lo udah bego takut nya nanti malah tambah bego."

"Eh ya Allah gue lagi nasihatin apa lagi nge-hujat si?" Gumam Grafisa, untuk diri nya sendiri.

Tangan perempuan itu kemudian terjulur untuk memegang pergelangan tangan Farabi yang juga terkena luka. "Bentar lagi UN, orang mah hati-hati."

Tidak ada yang menjawab, tapi Grafisa malah mendengar suara perempuan menangis di dalam ruangan ini. Kepala perempuan itu menoleh dengan slow motion, takut-takut kalau ia akan menengok, maka kuntilanak lah yang akan ia lihat.

Tapi ekspektasi nya sangat salah. Perempuan yang menangis itu bukan kuntilanak--malah terlalu buruk di sebut kuntilanak. Dia adalah Erisca, bersama Gilang yang mengusap-ngusap pelan bahu perempuan itu.

Seketika otak Grafisa penuh dengan pertanyaan.

Ada urusan apa Erisca dengan Farabi? Lalu, kenapa hati nya masih sakit ketika melihat Gilang bersama perempuan itu?

Story Of Another UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang