Pagi senin ini ketiga manusia yang ada di mobil itu tidak menjalankan rutinitas mereka masing-masing. Yang menyetir tidak masuk kuliah, yang lain tidak masuk sekolah.
Perjalanan kali ini ternyata dengan mudah mampu membuat Grafisa lelah. Perempuan yang duduk di kursi tengah itu memejamkan mata nya di iringi lagu dari The Smith yang berjudul Asleep. Ghifari yang menyetel lagu tersebut dari tape di mobil nya--tanpa tahu kalau dalam hati Gilang dan Grafisa sama-sama menyukai lagu tersebut.
Atau bahkan, Gilang sangat meresapi lirik lagu tersebut yang semua nya sangat pas. Seperti bait yang ini "Don't try to wake me in the morning cause I'll be gone." Dan, "Sing me to sleep, I don't want to wake up on my own anymore."
Pada tahun 2011, lagu itu yang mengiringi Gilang sebelum tidur, menyayat-nyayat hati nya yang kala itu seperti ingin bunuh diri saja. Gilang sama sekali tidak ingin bangun dari tidur, sebelum seorang 'perempuan' datang ke dalam hidup nya setahun yang lalu.
Membuat lagu itu tidak lagi terlalu bermakna sekarang.
"Ca, lo sekelas lagi ya sama Gilang?" Pertanyaan itu sengaja keluar dari mulut Ghifari sebagai basa-basi karena keheningan yang menyelimuti membuat laki-laki itu merasa tidak nyaman.
"Iya, Kak."
Ghifari terkekeh sebentar, "gausah panggil 'kak' kali, santai."
Lalu, Grafisa hanya cengengesan tidak jelas yang di tangkap Gilang dari kaca tengah mobil. Senyuman itu, sudah lama Gilang tidak menjadi alasan kenapa senyuman itu muncul.
Kemeja putih lengan pendek yang di padukan dengan jeans biru muda sangat cocok pada tubuh mungil Grafisa. Membuat Gilang tidak sedikit menyesal karena sudah... ah, lupakan.
"Kalo Farabi? Lo ga sekelas ya sama dia?" Reflek, Gilang menolehkan kepala nya ke arah Ghifari, merasa pertanyaan itu menjerumus ke sesuatu.
"Engga," jawab Grafisa di ikuti gelengan di kepala nya. "Sedih ya, tiga tahun ga pernah sekelas."
"Ah, tapi tetep aja lo lengket sama dia," ledek Ghifari, yang secara tidak langsung membuat Gilang geram.
Cukup dengan menyebut nama Farabi di dekat laki-laki itu, sudah cukup membuat nya tersulut emosi.
"Lem kali ah lengket segala."
Gilang berpikir kalau Ghifari sedang menguji diri nya untuk menahan emosi. Karena, makin lama obrolan ini membuat Gilang merasa disudutkan.
"Lo sahabatan doang ya? Masa temen-temen gue banyak yang ngira lo pacaran, malah ada yang sampe cemburu pula." Saat mengatakan hal tadi Ghifari sengaja melirik ke arah adik nya sebentar sambil tersenyum miring.
"Lah cemburu? Emang siapa temen lo sampe cemburu sama gue?" Dahi Grafisa berkerut samar. "Eh, ga nyangka deh gue akhirnya punya secret admirer."
Akhirnya?! Gilang mengulang kalimat yang di keluarkan Grafisa barusan dalam hati. Grafisa nya saja yang tidak tahu berapa banyak teman-teman Gilang yang mengagumi perempuan tersebut.
Tapi Ca, ada yang lebih suka sama lo tau ketimbang temen gue itu."
"Siapa?"
"Ini yang duduk di sebelah gue."
----
Grafisa baru sampai rumah pada pukul sebelas siang, Gilang dan Ghifari sama-sama menolak tawaran Sarah untuk mampir terlebih dahulu karena alasan ingin istirahat terlebih dahulu di rumah. Sarah yang lupa akhirnya menepukan dahi pelan, merasa bersalah karena ajakan bodoh nya itu.
"HAI REYHAN!!!" Sapa Grafisa antusias, seakan Reyhan yang baru berumur tiga bulan itu akan mengerti apa yang ia ucapkan.
"Dih elah males banget ngomong sama Rey, ga di jawab," dumel Grafisa sambil meletakan tas nya di samping kereta dorong dimana adik nya di letakan.
"Ini efek jet lag apa gimana ya, Ca?" Tanya Sarah gerah, makin lama anak sulung nya itu makin tidak waras. Makin seperti Ayah nya.
"Ma, Papa mana?"
"Mau makan batu kamu Papa jam segini ada di rumah?" Grafisa lantas terkekeh tidak karuan sambil memukul pengan Sarah pelan.
"Udah makan kamu?"
"Udah, makan angin."
"Serius, Ca." Sarah berdecak pelan, menoleh ke arah Sarah yang ada di belakang sofa. "Udah tadi Ma, pake nasi biar kenyang."
"Kalo Mama masih muda, udah Mama katain kamu Ca sekarang."
Grafisa tidak menjawab apa-apa, melainkan sedang fokus terhadap ponsel nya yang kini menunjukan foto ia dan Gilang yang di ambil beberapa jam yang lalu. Foto tersebut hanya ketidak sengajaan Ghifari yang selalu membawa kamera kemana pun ia pergi.
Disana, Grafisa terlihat berdiri di samping Gilang dengan tas biru yang menempel, tangan kiri nya sedang membenarkan rambut dan ekspreksi wajah nya yang lelah sambil memonyongkan bibir beberapa senti.
Sedangkan Gilang, laki-laki itu berwajah datar--menkesampingkan arah kamera--yang membuat jambul rambut laki-laki itu terlihat sangat menawan, di tambah hidung mancung, dan ekspreksi wajah datar yang tidak di buat-buat.
Gilang tidak mengirimkan foto tersebut, melainkan memasukan nya ke instagram beberapa detik yang lalu dengan caption, "The happiness behind sadness."
***
Maaf kalo part ini rada tidak memuaskan karena aku nulis di sela-sela pikiran mumet setengah mampus
Maaf juga kalo pendek, makasih yang udah baca
Betewe, ini visual Grafisa pas pake kemeja putih ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Another Us
Teen FictionApakah salah, bila kita menyelesaikan apa yang belum terselesaikan pada waktu lampau? Apakah salah, bila kita kembali mengulang masa-masa itu? Apakah salah, mencoba memperbaiki apa yang terlah berlalu? Gilang rasa tidak. Lagi pula, kita sudah berbed...