Aisyah pov.
Aku berlari, terus berlari mengikuti kakiku. Ya. Kini aku berada di sebuah ruangan dengan dinding warna putih susu, dan jika kalian ingin tau, sungguh tempat ini sangat sempit. Keadaan didalamnya cukup bersih, karna disini kami selalu menjaga kebersihan.
Aku berada di WC alias Toilet. Untung saja kakiku menuju toilet wanita. Kan bahaya kalo masuknya ke toilet pria. Ntar jadinya mengambil kesempatan dalam kesempitan hehe.
Aku membasuh mukaku dengan air di wastafel. Sangat segar.
"Eh ada cabe-cabean di toilet. " celetuk seorang wanita bersama gerombolannya didalam toilet. Aku dapat melihat muka mereka dari cermin didepanku. Aku tersenyum kecut lalu membalikkan badanku sehingga kini aku berhadapan dengan geng alay.
"Well. Apa kalian bilang tadi? Cabe-cabean? Nggak salah sebut? Bukannya kalian yang cabe-cabean. Ya kalo cabe supermarket si gak papa ya. Mungkin kualitasnya masih bagus. Lah ini cabe kiloan yang udah pada keriput, udah disentuh sama banyak orang tapi nggak jadi dibeli.kasian dan Idih gak banget deh. Ck." Aku membalas mereka dengan sindiran yang menurutku cukup to the jleb banget. Tapi apa peduliku pada mereka. Emang mereka peduli sama aku?
"Hey mulut lu murahan banget sih." balas si ketua geng, yang ku tau namanya adalah Bella. Kurang dari 3 detik, dia sudah menjambak rambutku. Mengobrak abrik mahkotaku. Oh tidak. Ini sudah kelewatan. Dia main kroyokan!!
"Woii.. Lu beraninya kroyokan! Dasar kere lu semua." Aku tendang perut si cewe bertubuh kurus, aku jambak rambut cewe bertubuh langsing didepanku. Aku melawan mereka sendirian. Oh ya Tuhan tolong beri aku kekuatan.
"Hyaaaa... Kyaaaaa......" Aku menghajar semuanya menendang, menjambak mencakar. Aku tau ini tak adil. Aku sendirian. Hey tak ada yang menolongku.
Dubrag.......
Pintu toilet terbuka dan berdiri seorang pria bertubuh atletis. Aku tak dapat melihat wajahnya, terhalang cahaya dari luar. Dia berlari kearah kami (aku dan geng Bella) dia berteriak.
"Stop stop. Berhenti. Priiiittt. Prittt...." dia berteriak sambil meniup peluit. Ala-ala wasit pertandingan sepak bola. Eh hey, dia dapat peluit dari mana? Nyolong pak satpam kali, bodo amat lah.
Kami semua berhenti berkelahi, memandang sosok pria yang dengan berani kini masuk ke toilet putri. "Oh Tuhan, dia si pria bersuara bass di taman tadi, oh hey, siapa ya namanya. Jono? Juju? Joko? Apa Juleha? Aduh siapa ya?" Batinku bergejolak. Asikk bergejolak udah kaya rindu yang semakin lama semakin bergejolak. Suit suittt...
"Kalian semua. Terutama kamu Bella, emm dan geng"mu ini yang suka membuat onar. Kalian ikut saya ke ruang BK sekarang!" dengan nada penuh tekanan si pria tadi membentak kami semua. Oh My WOW. Ada cowo yang berani bentak Aisyah, dan dia adalah pria yang tadi mengajakku berbicara di taman. Sikapnya seketika berubah menjadi sangat menyebalkan, dan mukanya terlihat sangat.. Emm. Horor. "Dasar pria aneh" ketusku dalam hati. Aku melangkah mengikuti pria tadi, ya tepatnya ke ruang BK. Dan oh, aku takmungkin melupakan ini, berjalan beriringan dengan geng pembuat onar sangat-sangat membuatku ingin muntah. Aku berjalan beberapa langkah lebih cepat dari Bella and the geng.
Aku sampai di sebuah ruangan di lantai 2. Ruangannya berada persis di sebelah tangga, dengan mantap aku melangkah masuk. Disana sudah ada 1 orang guru perempuan berkacamata. Jika kalian ingin tahu ruangannya dilapisi dengan cat warna biru muda, terkesan tenang, ya sekolahku memang cat dindingnya berwarna biru muda, menurutku itu sangat menenangkan, bek tu ruang BK aku duduk di kursi yang memang ditempatkan di depan meja guru BK, si pria yang tadi ikut duduk, Bella and the geng juga duduk bersama kami.
"Kalian tau ini sekolahan?" Bu Maya mulai berbicara, ya nadanya masih santai.
"Tau" jawab aku dan Bella berbarengan.
"Kenapa kalian berkelahi didalam toilet? Ada yang ingin menjelaskan?"
"Bella tiba-tiba menjudge saya bu, dan langsung menjambak rambut saya" aku mulai berbicara, buat apa aku takut, toh kenyataannya memang dia yang mulai duluan.
"He lu duluan ya. Gak usah memutar balikkan fakta" Bella menggebrak meja diruang BK
Bu Maya tersentak, kaget, mukanya memerah, dann...
"Bella, ini ruangan saya! Kamu berani menggebrak meja saya? Kamu nantangin saya? Kamu pikir saya berani? Eh maksud saya, kamu pikir saya takut?" etdah si ibu malahan sempet-sempetnya ngelawak. Krikkrik auuu, kwaak kwaak.
"Ma.. Maaf bu, saya gak sengaja, sumpah bu suwer dikewer kewer deh" Bella meminta maaf kepada Bu Maya. Haha sukurin lu!
"Lanjutkan masalah tadi, jadi siapa yang mulai duluan?" Bu Maya membenarkan posisi duduknya.
"Dia bu" jawab aku dan Bella berbarengan, tak lupa kita saling menunjuk. Ya aku menunjuk Bella, karna memang dia yang mulai duluan.
Selama beberapa menit, ya kurang lebih 15 menit kami berdebat, tak ada satupun yang mau mengalah, hey wajar aku tak mau mengalah, Bella memang yang mulai duluan.
"Tidak ada yang mau mengalah?" Bu Maya bersuara
"Baik, kalian semua saya hukum! Berdiri di depan tiang bendera mulai jam ini sampai pulang sekolah, ditambah kalian harus mencabuti rumput liar di halaman belakang! Tidak ada yang menolak! Sekian. Dan mulai dari sekarang!" Bu Maya memutuskan, oh ya Tuhan. Sungguh tak adil.
Aku berlari ke arah tiang bendera, ya Tuhan, ini jam istirahat. Kalian bayangkan saja seluruh murid disini menatap kami.
"Hei. Jangan bengong kalian! Sekarang cepat hormat!" perintah Bu Maya.
Oh mamiiii.. Tolong Ais..
Bu Maya pergi meninggalkan aku, Bella dan gengnya
"Heh Bellatung! Ini semua gara-gara lu ya! Awas aja lu! Gua basmi lu sama geng alay lu!" aku menatap mata Bella tajam.
"Haha. Lu yakin mau lawan gua?" " Ngaca dulu ngaca dulu, tidak akan mungkin menang lawan Bella!" Bella and the geng menyanyi. Menurutku itu lebih mirip toa rusak.Jangan lupa Vote dan Coment😂 ceritanya jelek masih amatir😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Athasya Hifa
RomanceAku menatapnya dalam diam, dia yang mampu membuatku merasakan sesuatu yang dari dulu belum pernah aku rasakan. Hanya dengan menatapmu saja dapat membuatku tersenyum manis, bagaimana jika kau menjadi milikku? Kyaaaa.. Ini membuatku gila. Memikirkanny...