Bab 6. Dia Kembali

68 5 5
                                    

Masa lalu memang tak selamanya suram

__***__

Aisyah pov.
"Oh Tuhan. I know it's very bad!" aku terbangun dari tidurku. Aku melihat jam dinding sebelah kananku, masih jam 11 malam. Aku teringat sesuatu. Ide gila yang belum pernah aku lakukan.
You know guys? Kabur! Ya. Mungkin ini cara agar besok aku tak dimasukkan ke pesantren.
Aku mengambil seutas tali yang kira-kira panjangnya 10 meter. Aku menyimpannya di laci bawah lemariku. Aku mulai menyusun rencanaku. Aku yakin ini akan berhasil. Aku mengikat tali itu di dekat jendela dan ujung yang satunya aku biarkan terurai ke bawah. Aku mulai menuruni tembok kamarku, ya kamarku berada di lantai 2. Sangat mengerikan jika sampai terjatuh. Aku menuruni tembok dengan perlahan, tak sengaja kakiku terpeleset dan aku menjerit kecil. Mungkin tak ada yang mendengar, kuharap begitu. Butuh waktu beberapa menit untuk sampai di bawah, dan saat kakiku menginjak rumput di bawah aku langsung pergi ke gerbang belakang, aku loncat ke luar gerbang. Aku berjalan keluar komplek perumahan, mencoba menghubungi Dita. Namun nihil, dia tak menjawab telfonku. Mungkin dia sudah tidur. Maybe.
Aku terus berjalan entah kemana, aku mencari pedagang kaki lima, aku belum makan tadi. Saat di suatu gang kecil, aku dihadang oleh 3 orang preman, mereka tampak menyeramkan, dan sepertinya mereka mabuk, dilihat dari cara menatapku dan cara berjalannya sengkoyongan. Aku takut, ya mereka mabuk. Bagaimana jika mereka membawaku pergi. "Oh Tuhan tolong Ais." batinku.
Satu dari mereka maju mendekatiku. "Hay cantik, ikut abang yuk." bau alkohol, itulah yang pertama kali aku perhatikan. Dia mencolekku, "kurang ajar!" aku memukulnya dengan kayu yang ada di jalan. Yang lainnya maju mencoba melawanku, aku keluarkan jurus beladiriku. Ya dulu aku sempat belajar bela diri walau masih abal-abal, tapi lumayan bisa kugunakan untuk melawan preman itu. Aku tendang perut salah satu dari mereka, lalu ada yang menyerangku dari belakang, aku siku orang itu. Aku berkelahi layaknya pendekar. Hehe pendekar cap pitik.
Aku lelah, mereka bertiga, dan aku sendirian. Sambil menjerit-jerit aku memukuli mereka.
"Hyaaaaaaa... Hwaaaaaa..." bug... Bug... "Aaaaaaa" aku dipukul dengan potongan kayu besar. Ini sakit.
"Woy, jangan beraninya sama cewe ya! " teriak seseorang dibelakangku. Deg...."suara itu...."

Flashback on

"Miko kamu dimana? Mikooo.. Ais takut hiksss" aku menangis di bawah pohon cherry. Memeluk kakiku ketakutan.
"He anak kecil, ngapain kamu disini? Ini daerah kekuasaanku! Bayar kamu! Mana uang kamu sini bayar! " segerombolan anak usia mungkin 1 tahun diatasku, mereka mencoba merebut tas sekolahku, mengobrak abrik isinya. "Jaaa.. Jangan.. Jangan diberantakin. Ais mohon hiks.." aku mencoba membuka suara. Salah satu dari mereka, mungkin dia adalah ketua dari segerombolan anak itu, dia menamparku. Plakkk.. "Awww... Sakittt.. Hiks, mami sakit...hiks" aku menangis, ini rasanya sakit.
"Woy.. Jangan beraninya sama cewe ya!" itu suara Miko. Miko datang.. Aku menatap si pemilik suara itu. Kami baru berusia 9 tahun. Tapi Miko terlihat seperti pahlawan, dia berani. Miko melawan salah satu dari gerombolan itu. Mereka berkelahi, aku takut melihatnya, aku takut Miko terluka. Aku menangis sekencang mungkin.
"Ayoo lawan.. Ayooo ayooooo" suara itu sangat jelas di telingaku. Aku melihat Miko masih bertahan, sedangkan lawannya terlihat terluka. Aku berdoa agar ada orang lewat yang melihatnya. Aku berlari mencari pertolongan.
"Pak pak. Tolong, disana ada yang berantem." aku menemui beberapa orang bapak-bapak yang sedang minum kopi diwarung. Lalu mereka langsung menuju kearah taman dekat danau.
"Ehh.. Anak-anak. Kalian teh pada ngapain disini? Aduh si asep teh malah berantem. Udah-udah. Ini teh pada kenapa? Ngapain berantem atuh.." si bapak berusaha menengahi masalah ini. "Mereka malakin saya pak," aku berkata sejujur mungkin. Mereka menunduk ketakutan.
"Aduh aduh. Masih kecil udah main palak-palakan. Gedenya mau jadi apaaa. Udah pulang-pulang semuanya" aku langsung memberesi isi tasku dan berjalan bersama Miko.

Flashback off

Aku terdiam mematung. Melihat lelaki itu memukuli semua preman-preman tadi. Preman-preman tadi lari ketakutan. Si pria itu mendekatiku, aku masih tak percaya melihatnya. Aku meneteskan air mata, entahlah ini air mata apa. Sedih? Bahagia? Atau. Entahlah..
"Kamu nggak papa? " dia bertanya padaku, aku masih terdiam menatapnya. "Hey, kesambet apa si mbak ini?" mbak? Apa dia tak mengenaliku? Aku seketika sadar, "oh gakpapa mas" dia menatapku heran. "Mas? Haha. Udah 7 tahun ya Syah, kita nggak ketemu, eh kamu apa kabar Syah? masih inget kan sama aku?" aku tersenyum.. Dan.. "Aaaaaaa Mikooooooo, Ais kangen sama Miko.. Hiks Miko jahat nih ninggalin Ais gitu aja. Miko jahat! Jahat! Jahat! Ais benci Miko! Hiks" aku memeluk Miko dan memukul-mukulinya. Dia memelukku erat, sangat erat. Aku membenamkan wajahku di pelukannya. Nyaman. "Miko jangan pergi lagi" batinku.

Maaf baru update😂 anak sekolah biasa kuota limit😂 jngn lupa vote😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Athasya HifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang