Bab 5. Apes

42 7 1
                                    

Aisyah pov.

Aku sampai di rumah tepat habis maghrib, aku berjalan menuju kamarku dengan tasku yang aku bawa dengan asal. Aku tak melihat mami, papi dan Fara. Kalo abang si dia masih kuliah di luar kota. Mungkin aku sendirian dirumah malam ini.
Aku berjalan ke kamar, membuka pintu dan merebahkan tubuhku di atas kasur yang dilapisi springbed warna ungu muda dan putih. Menatap atap kamar rumahku, di sana bergantung lampu bintang, bulan dan awan. Tak terasa aku sudah terlelap.

___***___

Drttttt... Drtttt.. Suara ponselku berbunyi. Aku tersadar dari tidurku dan langsung mengambilnya. Ternyata itu dari teman sekelasku Laura.
"Hay Ais, lu dirumah nggak hari ini?" tanya Laura di balik telfon.
"Ya dirumah, kenapa?" tanyaku heran pada Laura. "Tumben banget dia nelfon malem-malem" batinku.
"Keluar yuk, ke pesta ultahnya si Anjar."
"Emm. Jam berapa?"
"Jam 8 gua jemput lu deh. Gimana?" tanya Laura dengan menawarkan jemputan padaku.
"Oke" aku menyetujui tawaran Laura.
"Sip. Gua otewe. Buruan dandan yang cantiqs, because disana ada cogan-cogan. Baaaayyy Ais syantiq." dengan nada alay si Laura menutup telfon. Oh ya ampun, sejak kapan dia alay. Tepuk jidat. Plakk.
Aku memilih-milih baju yang ada dilemariku. Pake dress? Panjang? Pendek? Ketat? Longgar? "Oh Tuhan, Ais bingung" aku mendengus kesal. Akhirnya aku memilih dress warna hitam tak memiliki lengan. Yap you can see my kelek :v. Dengan panjang rok di bawah lutut tapi tak sampai mata kaki, sehingga menampakkan kaki jenjangku yang mulus dan putih. Aku mengurai rambut panjangku, menambah sedikit polesan makeup di wajahku, sedikit bedak, blashon, eyeliner, dan lipstik warna pink. "Ais cantik banget deh unchh " pujiku pada diri sendiri.
Tak lama..
Tintintiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnn..
Bunyi klakson mobil Laura terdengar sangat keras. "Wah itu klakson mobil apa truk ya" batinku. Aku melangkah keluar, tak lupa high heels warna hitam dengan panjang heels 10 cm. Tampak anggun aku berjalan, udah kaya juara Miss Indonesia deh. Aku membuka pintu depan, melangkahkan kaki keluar, tiba-tiba.
Gedebug... Aku terjatuh, akibat heels yang terlalu panjang. Yah, gagal aku jadi Miss Indonesia. Hiks...
Aku bangkit dari jatuhku, menuju mobil Laura yang sedari tadi menungguku.
"Yuk ah cusssss" Laura mengegas mobilnya. Melajukannya dengan kecepatan tinggi. Udah kaya pembalap nih, jago tikung kanan tikung kiri, untung gak jago nikung temen.
Hanya butuh waktu 5 menit, aiu sudah sampai di sebuah diskotik. What do you think gaess? Diskotik broh. Oh My God. Ais baru pertama masuk sini.
"Eh ini gak salah tempatnya?" tanyaku pada Laura.
"Nggak, emang disini kali" jawab Laura enteng dan menyeretku ke dalam. Begitu sampai didalam, suara musik langsung terdengar sangat keras, lampu warna-warni menghiasi seluruh ruangan, bau alkohol yang sangat menyengat membuatku pusing. Ais pengen pulang mamiii..
"Oh ini the queen udah dateng, kenapa muka lu? Baru pernah masuk sini? Kampungan!" seseorang bersuara di belakangku. Aku menengok ke belakang, dan yang ku lihat adalah si Bellatung. Aku menengok ke samping, Laura sudah tak di sampingku. Ya aku sendrian lagi.
"Gua mah gak kampungan, gua anak baik-baik, mainnya mah nggak ke tempat kek ginian. Kere!" balesku dengan nada mengejek dan mengeraskan volume suaraku, karna disini benar-benar berisik oleh musik yang membuat orang jantungan bakalan "mati gasik".
Aku meninggalkan Bella dan mencari Laura.
Brakk.. Aku menabrak seseorang, ya aku sudah sangat pusing, bau alkohol, musik yang sangat keras membuatku sangat-sangat pusing. Aku meminta maaf pada orang yang ku tabrak, aku mencoba melihat wajahnya, namun seketika semuanya gelap.

__***__

Aku tersadar, aku sudah di sebuah ruangan,  aku tak mengenali ruangan ini. Tetapi aku mendengar suara musik diluar, ya disini memang tak terlalu keras. Aku mencoba bangun  namun sangat pusing. Aku terdiam.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" aku menjerit sangat kencang. Aku menangis, aku takut. Hey disini aku sendirian. Tadi aku pingsan, dan siapa yang membawaku kesini? Dan apa dia tak macam-macam dengan tubuhku? Aku bangkit dan keluar dari ruangan itu. Pergi dari tempat yang sangat asing untukku. Untung saja ini masih dekat dengan rumahku, aku menyetop taksi. Aku baru sadar, aku tak menggunakan sepatuku. Ah tapi siapa peduli!
Aku masuk kerumah, tampaknya mami belum pulang. Aku melihat jam dinding, pukul 12 malam. Lama aku pingsang di dalam sana tadi. Aku mengecek tubuhku, takut ada yang aneh. Sepertinya tidak ada. Aku menangis, memeluk boneka kesayanganku dan menenggelamkan mukaku disana.

Athasya HifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang