He's so in love with Her

5 1 0
                                    

Adlan sedang mengayuh sepedanya dari supermarket depan perumahannya. Ini sudah jam 7 malam dan Ladit sama sekali belum sampai rumah, Adlan tidak tau Ladit kemana, mungkin saja Ladit sekarang berada di rumah Kanya sedang meladeni Kanya yang meminta maaf kepadanya. Sungguh Adlan ingin di posisi Ladit tapi tidak memungkinkan dia merebut Kanya begitu saja dari Ladit. Saat Adlan berhenti di tengah taman dia melihat seorang wanita yang tengah duduk sambil memandang lapangan basket. Adlan dengan sengaja berniat menghampiri dan memberitahu bahwa ini sudah malam.

"Err .. Maaf?" Adlan menepuk pundak gadis itu. Adlan merasakan bahu gadis itu bergetar lalu Adlan duduk di sampingnya.

"Kamu siapa?" Gadis itu menolehkan wajahnya saat selesai mengusap air matanya. Adlan melihat gadis itu sepertinya masih sekitar kelas 10.

"Ah tadi saya cuman lewat sini terus saya lihat kamu jadi nggak mungkin saya biarin cewek jam segini di sini."

Gadis itu tertawa lalu menatap pandangan di depannya sambil menggelengkan kepalanya. Adlan hanya mengernyitkan alisnya, mendengus lalu merebahkan dirinya di rerumputan itu.

"Apa masalahmu?" Adlan bertanya sambil melihat ke arah gadis itu yang sedang menenggelamkan wajahnya.

"Hah?"

"Biasanya orang yang memilih sendiri pasti ada sesuatu masalah."

Gadis itu mengangguk lalu menatap Adlan "Ya gitu deh. Lo anak sini?"

"Ya. Gue perumahan sini, kenapa?"

Gadis itu menggeleng lalu melihat ke kanan an ke kiri "Gue gak pernah liat lo di sini."

"Gue baru pindahan, cuman kembaran gue sama nyokap udah lama di sini."

"Siapa?"

Adlan mengernyitkan alisnya, seakan gadis itu tau pertanyaan dia tidak di mengerti Adlan lalu gadis itu bertanya pulang "Siapa nama kembaran lo? Siapa tau gue kenal?"

"Ladit. Lo kenal?"

Adlan menolehkan wajahnya dan melihat wajah gadis itu membeku tapi terlihat matanya berkaca - kaca, dia tidak tau kenapa saat menyebutkan nama Ladit, Adlan melihat tubuh gadis itu membeku seperti ada yang terjadi di antara merwka berdua. Adlan menggoyangkan tubuh gadis itu.

Gadis itu terkesiap "Hah? Ladit? Pernah denger aja gue. Lo satu SMA sama Ladit ya?"

Adlan mengangguk "Terus lo? SMA di mana?"

Gadis itu tertawa, menurut Adlan gadis itu manis, tidak tinggi dan imut. Walau memang masih cantikan dan lebih menarik Kanya dari pada gadis di depannya ini.

"Gue udah kuliah! Ah gue masih imut - imut banget ya? Thank you ..."

"Adlan!" Adlan menggelangkan kepalanya tertawa melihat tinggkah gadis ini di depannya yang overpede.

"Gue Zena!" Zena bangun dari duduknya lalu Adlan juga bangun dari duduknya dan berdiri di samping Zena. Zena hanya sebahu Adlan sedangkan Kanya setelinga Adlan.

"Gue balik dulu ya, Lan?"

"Lo naik apa ke sini?" Setelah Adlan melontarkan pertanyaan itu Zena malah tertawa.

"Lo pengennya gue naik gojek mobil kereta? Gila aja, rumah gue cuman berapa langkah aja."

Adlan langsung mendelik ke arah Zena "Yaudah gue anter lo, di belakang ya!"

Zena mendengus "Gue lebih tua dari lo!"

"Ngaku juga lo tua, tua sih tapi gaya masih bocah nangis di taman mewek." Aslan mempraktekkan gaya Zena sedang menangis di taman tadi.

The MemoriesWhere stories live. Discover now