Seperti mengenal lama

5 1 0
                                    

Adlan sedang mengendarai mobilnya menuju ke sekolahnya sedangkan Ladit sudah berangkat lebih pagi biasalah untuk menjemput siapa lagi kalau bukan pujaan hatinya dan Adlan juga. Haha. Saat mendekati halte dia melihat perempuan yang baru kemarin saja lihat, dia langsung menepikan mobilnya dan menurunkan kaca mobil, perempuan itu hanya mengernyitkan dahinya lalu tetap belagak seperti tidak melihat.

"Wou, Mbak Zena!" Zena yang di panggil langsung menundukkan kepalanya agar melihat seseorang yang memanggilnya dari jendela, Adlan hanya menyuruhnya untuk masuk sedangkan Zena memang tidak ingin menolak langsung masuk saja.

"Ah bocah, syukur ada lo. Gue udah panas banget nunggu buss." Adlan menjalankan mobilnya lalu melihat Zena yang sedang menikmati AC mobil sambil mengipaskan wajahnya yang penuh dengan peluh.

"Ngomong - ngomong lo mau anter gue kemana?" Zena hati - hati bertanya kepada Adlan. Dia tidak bertanya sebelum masuk Adlan akan mengajaknya kemana, tetapi kalau di lihat dari seragamnya pasti Adlan sekolah.

"Mau bawa lo ke KUA, ya ke Kampus lah!" Adlan menjawab dengan datar sedngkan Zena memasangkan wajah melongonya.

"Muka udah gak usah begitu, benerin move on aja dulu, Mbak." Zena langsung menoyor kepala Adlan tanpa permisi sedangkan Adlan langsung mendengus kesal.

"Ini bocah baper amat dah." Adlan meringis lalu neneruskan perjalanan walau di perjalanan Zena tidak terlihat banyak bicara apa lagi dengan dirinya. Jadi dia hanya diam saja sambil sesekali menimpali pertanyaan seputar sekolahnya.

Adlan berjalan menyusuri lorong sekolahnya setelah mengantar Zena ke kampusnya dan Adlan berjanji tidak akan menuruti Zena untuk mengantarnya sampai halaman kampus dan menyuruhnya untuk keluar mobil. Semua teman - teman Zena menghampirinya dan mengatakan bahwa Adlan seorang brondong yang di bawa Zena untuk di bagikan kepada teman - temannya. Adlan merasa seperti barang dan langsung memasang wajah seram kepada Zena dan meninggalkan kampus Zena.

"Lo kenapa? Pagi - pagi udah kusut aja? Apa gara - gara liat Ladit sama Kanya?" Goda Juna sambil mencolek dagu Adlan, sedangkan Adln langsung berlagak ngeri sambil mengusir Juna.

Sedangkan Ladit dan Kanya baru saja sampai di sekolah tetapi Kanya heran melihat Ladit yang sedari tadi diam saja biasanya Ladit akan menceramahinya atau berbicara apa saja yang menurutnya menarik. Kanya pun ikut saja diam tidak ingin mengusik mood Ladit yang tidak baik hari ini.

Ladit sedang memikirkan kejadian tadi malam, saat dia menceritakan masa - masanya dengan Zena kepada Adlan. Ladit takut Adlan akan mengatakan sesuatu kepada Kanya. Sungguh dia sama sekali tidak ada perasaan dengan Zena kecuali perasaan Kakak kepada Zena.

"Aku duluan ya, kamu ke kelas sendiri gak apa kan? Tunggu bentar." Ladit langsung melambaikan tangannya kepada Chika dan Shilla kebetulan lewat di depan mereka. Shilla yang merasa di lambaikan langsung menarik tangan Chika untuk menghampiri Ladit dan Kanya.

Kanya hanya diam sambil menunggu Ladit terus selesai berbicara "Gue titip Kanya ya. Gue mau duluan, ada urusan." Setelah mengatakan itu kepada Shilla, Ladit langsung meninggalkan Kanya dengan Shilla dan Chika.

"Ladit kenapa lo ninggalin Kanya?" Chika berteriak kencang semua orang langsung tertuju padanya.

Shilla melihat Kanya hanya diam saja lalu Shilla langsung merengkuh tubuh Kanya dan membawanya ke perpustakaan. Mereka meninggalkan Chika yang langsung menyusulnya.

"Kalian ada masalah apa lagi sih? Si Ladit demen banget bikin masalah? Seriusan dia cinta sama lo? Gue ragu." Perkataan Shilla yang terakhir langsung membuat  Kanya menghentikan tangisannya.

"Loh, Shil? Lo ngomong apaan sih?" Chika langsung mendelik ke arah Shilla, sdangkan Shilla hanya diam saja menghiraukan Chika.

"Lo diem aja di sini sampe istirahat pertama. Gak mungkin kan lo mata bengkak hidung merah gitu masuk ke dalem kelas." Shilla langsung pergi begitu saja sedangkan Chika mengikutinya sempatnya Kanya menarik tangan Chika.

The MemoriesWhere stories live. Discover now