Cinta Segitiga?

6 1 0
                                    

Awalnya Ladit mampu menahan dirinya untuk tidak menghampiri Kanya karena sedang berada di sekolah tetapi apa daya karena godaan dari teman - temannya dia tidak mampu menahan dirinya untuk tidak menemui Kanya. Karena dia melihat Kanya bersama Adlan keluar dari perpustakaan, tertawa bersama, Adlan mengacak pelan rambut Kanya semua jelas terekam dalam ingatan Ladit. Tetapi Ladit mengakui dia salah karena dia tidak memperhatikan Kanya saat tadi pagi. Ladit hanya memikirkan bagaimana reaksi Kanya kalau Kanya tau Ladit pernah dekat dengan perempuan lain walaupun Ladit hanya menanggapinya hanya sebagai Kakak.

Ladit ingin sekali berteriak bahwa dia juga bisa merasakan sakit hati melihat gadisnya tertawa bersama lelaki lain. Ladit hanya bisa meredekan emosinya lalu memeluk Kanya.

"Dit. Kamu jangan diem aja." Kanya masih terus memeluk Ladit, mereka tidak tau bahwa mereka dijadikan bahan tontonan.

"Biarin kayak gini dulu, Nya. Aku nyaman kita kayak gini." Kanya tersenyum dalam pelukannya apalagi saat Ladit mengatakan nyaman seperti ini.

Kanya mengakui degup jantungnya hanya untuk Ladit dan dia juga bisa mendengarkan degup jantung Ladit.

"Udahan pelukannya! Bell woi!" Mereka berdua tersadar bahwa bukan hanya mereka berdua di sini langsung melepaskan pelukannya dan Ladit menatap Kanya sebentar lalu mengusap rambut Kanya dan pergi bersama teman - temannya.

"Dasar keenakan pelukan ya lo." Shilla langsung menggoda Kanya, Kanya hanya memeletkan lidahnya dan tersenyum samar.

"Mampir ke Cafe bentar yuk. Aku kangen sama kamu." Ladit dan Kanya sedang berada di koridor menuju ke parkiran motor. Kanya berada di posisi rangkulan Ladit.

"Kamu suka buat aku nangis sih." Mendengar pernyataan Kanya walaupun diiringi suara tawa Kanya, Ladit tau Kanya mengucapkan dengan kesungguhan.

"Aku cuman takut kehilangan kamu, Kay." Kanya langsung menghadapkan wajahnya ke arah wajah Ladit. Kanya langsung membenamkan wajahnya yang memerah di dada Ladit.

Kanya mengambil handphonenya yang bergetar lalu melihat sebuah notification dari LINE.

Sebuah pesan LINE dari Adlan Daffa, dengan segera Kanya membukanya.

Adlan Daffa : Hi Dreamers!

Adlan Daffa : Sent a picture.

Kanya : OMG! That face, hapus Lan!

Ladit melihat Kanya mencak - mencak langsung melihat ke arah layar handphone Kanya yang berisi pesan LINE dari Adlan saudara kembarnya sendiri.

"Line dari Adlan?" Kanya terkejut langsung menampilkan wajah tidak enak karena dia telah mendiamkan Ladit saat membalas pesan - pesan dari Adlan. Kanya sempat bertukar ID LINE saat di perpustakaan tadi pagi.

"Gak apa kok, aku liat Adlan yang duluan LINE kamu." Kanya mengangguk lalu menaruk handphonenya kembali dan menggandeng tangan Ladit. "Kamu gak perlu khawatir. You're my one and only."

Ladit tersenyum sangat senang Kanya mengakui dirinya seperti itu, mengacak rambut Kanya dengan sayang adalah salah satu cara menyalurkan rasa sayangnya kepada Kanya.

"Tumben kamu ngajakin aku ke Cafe begini Coffee lagi." Kanya merapikan dirinya saat akan keluar dari mobil saat Ladit membuka kaitan tali heln yang dipakai Kanya.

Ladit menatap Kanya lama sambil tersenyum membuat Kanya menjadi salah tingkah "Kamu belum jawab pertanyaan aku!" Kanya langsung menutupi dirinya dari Ladit karena perasaan geroginya.

"Aku pengen cari suasana baru biar aku bisa nenangin pikiranku, aku pengen kita akur bukan berantem tiap hari. Bikin kamu nangis disitu aku merasa aku bukan pacar kamu malah merasa jadi musuh kamu."

The MemoriesWhere stories live. Discover now