Part7

67 21 24
                                    

James menekan kepalanya yang kini mulai terasa pening. Matanya mulai memerah, ia benar-benar harus menenangkan diri sekarang juga.

"Liana!!!" Teriak James memanggil sekertaris nya.

Dalam hitungan detik pintu terbuka, dengan gemetar Liana menghampiri james. Rasa takut tergambar jelas dari wajah Asianya. Maklum saja, kemarahan James adalah hal yang paling dihindari oleh semua orang di kantor itu.

"Dengar, batalkan semua janjiku hari ini. Aku benar-benar tidak ingin diganggu. Kau mengerti?" Perintah James mutlak.

"Ba.. Baik tuan." Jawab Ana terbata-bata. Sekarang ia benar-benar harus memastikan bahwa tidak akan ada satu orang pun yang berani mengganggu tuannya. Atau tuannya itu akan benar-benar membuat hidupnya berakhir.

James melangkahkan kakinya lebar-lebar, jalannya cepat bahkan setengah berlari. Persetan dengan imagenya saat ini, ia hanya butuh menenangkan diri. Dan tidak Ada yang lebih penting dari hal itu.

Semua karyawan di kantor terlihat menunduk ketika James melangkah melewati mereka, tak ada seorangpun yang berani bersuara, bahkan hanya sekedar untuk menyapa. Semuanya bungkam, sunyi senyap. Setiap detiknya terasa sangat menegangkan bagi mereka dan berubah dengan kelegaan luar biasa ketika James telah benar-benar hilang dari pandangan.

***

Disinilah James berakhir saat ini, di sebuah bangku tua dengan pemandangan padang rumput indah Central Park dihadapannya. Ada banyak sekali orang disini. Dari mulai anak kecil yang tertawa sambil bercanda, para orang tua yang duduk dan menunggui anak-anaknya seraya bergosip ria, dan muda mudi yang berjalan bersama, dan sesekali saling berpegangan tangan.

Semua orang terlihat begitu bahagia, hanya James yang duduk sendirian bersama sepi dan sunyi yang menyelimuti dirinya, hanya James yang seakan tak punya siapapun untuk bercerita atau mengeluarkan keluh kesahnya. Hanya James yang hingga kini masih terperangkap dalam dunia kelam masa lalunya.

Ingin sekali James menghapus semua beban yang kini ada di dalam hatinya. Membebaskannya dari semua dendam yang telah lama bersarang di sana. Dendam yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun, dendam yang membuatnya tak pernah bisa menghilangkan bayangan masa lalu dari hidupnya, dendam yang selalu berteriak kepada nalarnya meminta di balaskan. Dendam yang seakan memaksanya berubah menjadi seorang monster yang kejam dan menyeramkan.

Tapi apa yang harus ia lakukan? Kebenciannya terlalu besar. Besar dan tak dapat dihapuskan. Dan kini, kebencian itu telah mencapai puncaknya. Nama itu telah membuat semua kenangan masa lalu nya yang samar menjadi lebih jelas. Menyulut kebenciannya ke titik teratas. Membuat James benar-benar tidak bisa tinggal diam lagi, rasa sakit ini harus mendapatkan tempat pelampiasannya sebelum akhirnya rasa sakit itu akan kembali menyakiti dirinya sendiri.

"Kau yang akan menanggung akibatnya Victoria Willey." Ucapnya yang disusul dengan seringaian menyeramkan dari salah satu sudut bibirnya.

***
Setelah selesai makan Adrien memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya dengan menonton film. Kini, ia tengah memilah beberapa CD yang di belinya dengan Andrew. Beberapa bulan yang lalu, mereka membeli banyak sekali CD dengan genre yang mereka suka. Namun, karena kesibukan keduanya mereka bahkan sama sekali tak sempat menonton satupun.

Sudah setengah jam berlalu dan Adrien masih saja belum dapat menentukan film mana yang akan dia tonton. Dia menemukan setumpuk CD bergenre horror kesukaannya. Serta beberapa CD comedy dan romance kesukaan Andrew di laci rak tv nya.

Sebenarnya Adrien ingin sekali menonton film horror, tapi ia tidak berani jika harus menontonnya sendiri. Adrien tidak suka genre comedy karena dialog yang selalu membuat Andrew tertawa saat menonton film itu tak pernah sekalipun mampu membuatnya tertawa. Bahkan di telinga Adrien semua itu justru terdengar bodoh. Membuat nya ingin merutuki siapapun yang membuat cerita murahan seperti itu. Sama halnya dengan film bergenre romance, Adrien juga tidak menyukainya, di matanya itu tidak lebih dari sekedar kebohongan belaka. Tak pernah ada hal yang bisa didapatkan dari sesuatu kisah yang romantis selain penderitaan dan akhir yang tragis. Karena ia pernah melihat bahkan merasakan itu sendiri.

"Ini menyebalkan!!" Beberapa kali Adrien mengumpat dalam hati. Ia merasa sangat bosan. Biasanya setiap hari Adrien bahkan hampir tak pernah dapat waktu untuk istirahat. Dan sekarang, Adrien harus beristirahat sepanjang hari.
Sebenarnya ia menyukainya, tapi tanpa Andrew semuanya terasa tidak menarik. Apalagi dengan kakinya yang terkilir ini, Adrien benar-benar tidak bisa melakukan apapun. Kini ia hanya bisa berharap ucapan dokter itu benar adanya, semoga saja kakinya bisa sembuh dalam waktu 2 hari, dan tidak lebih dari itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Color In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang