Dilema Edgeworth

104 1 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Penyakit arrhythmia Edgeworth tidak kunjung membaik meski ia sangat rajin check up ke dokter, dan juga rajin meminum obatnya. Hampir setiap hari ia selalu merasakan sakit dada, sekitar dua bahkan hingga tiga kali dalam sehari. Ia tidak boleh merasa kaget sedikit pun. Kay selalu berada di sampingnya, dan dengan sabar mengawasi kesehatannya. Tapi, meski Kay merawat dan mendampinginya dengan penuh cinta, situasi ini tetap saja membuat Edgeworth merasa depresi. Ia merasa menjadi beban bagi Kay.

Bagi Kay, Edgeworth bukanlah beban. Ia mencintai Edgeworth apa adanya. Ia tidak peduli dengan penyakit Edgeworth. Ia tidak peduli meski ia harus panik dan ketakutan setiap hari jika sakit dada Edgeworth kambuh. Ia tidak peduli meski ia harus selalu mengingatkan Edgeworth untuk meminum obatnya. Ia tidak peduli meski banyak orang yang mengatakan bahwa Edgeworth adalah pria yang terlalu lemah untuknya. Yang ia inginkan hanyalah, ia selalu ada untuk Edgeworth sampai Edgeworth sembuh total. Ia ingin berjuang bersama Edgeworth untuk menghadapi penyakit Edgeworth. Ia ingin membantu Edgeworth mengatasi depresi akibat penyakitnya. Ia tidak menginginkan apapun selain itu.

XXX

9 September 2027
Los Angeles City Cinema

Studio Satu

Edgeworth secara diam-diam menggosok dan mencengkeram dadanya. Sesekali ia melirik ke arah Kay yang duduk di sebelahnya. Kay tampak sangat menikmati film yang sedang mereka tonton, sehingga ia tidak memperhatikan Edgeworth sama sekali.

Saat Kay memintanya menemani menonton film "The Conjuring," di bioskop, Edgeworth sebenarnya tahu betul kalau ini bukan ide yang bagus. "The Conjuring" adalah film horror yang penuh dengan adegan-adegan mengagetkan dan efek musik yang begitu kencang, yang tentunya akan memicu sakit dadanya kambuh. Tapi ia tidak mau mengecewakan Kay lagi, lagi, dan lagi, setelah Kay begitu sabar merawat dan mendampinginya. Maka Edgeworth mengabulkan permintaan Kay. Sebagai akibatnya, sepanjang film dia harus menahan rasa sakit yang luar biasa di dadanya dan mencengkeram dadanya secara diam-diam.

Kemudian ketika adegan saat karakter di film itu, "Valak" muncul lagi, dan musiknya sangat keras sehingga membuat Edgeworth berteriak "AHN!—" dengan kencang tanpa disadarinya. Dengan cepat Kay menoleh ke arah Edgeworth. Bahkan di tengah gelapnya bioskop, Kay bisa melihat jelas Edgeworth merunduk, mencengkeram dadanya dengan kencang, dan keringat dingin menetes di dahinya.

"M-miles? Sakit dada kau kambuh lagi?" bisik Kay.

"Tidak, Kay, dada aku cuma gatal," jawab Edgeworth.

"Miles! Jangan berbohong kepada aku! Ayo kita pulang!"

Secara paksa Kay kemudian mencengkeram tangan Edgeworth dan menyeretnya keluar dari studio. Saat mereka berada di luar studio, Kay menyenderkan Edgeworth ke dinding, menghela nafas, dan bertanya, "Miles, kenapa kau tidak bilang kepada aku kalau sakit dada kau kambuh lagi?"

"Aku tidak mau mengecewakan kau, Kay. Kau sudah berbuat terlalu banyak untuk aku, masa aku tidak bisa menemani kau hanya untuk menonton film?"

Kay menggelengkan kepalanya. "Miles. Kesehatan kau adalah yang paling penting untuk aku di dunia ini, tidak yang lain. Aku bukan anak kecil, aku tidak akan kecewa dan marah kepada kau hanya karena kau tidak bisa menemani aku untuk menonton film di bioskop. Lain kali, tolong langsung bilang kepada aku kalau sakit dada kau kambuh. Maafkan aku Miles, seharusnya aku tidak mengajak kau menonton film ini... Ayo kita pulang."

"Kay," gumam Edgeworth. "Filmnya bahkan belum selesai."

"Tidak apa-apa, Miles. Ayo kita pulang saja. Aku tak mau kau harus menahan sakit dada kau sepanjang film."

Lagi. Lagi. Dan Lagi. Aku mengecewakannya dan gagal membuatnya senang. Pacar macam apa aku ini? Untuk memberikan sesuatu sesimpel menemani kekasih aku di bioskop saja, aku tak sanggup.

Aku Akan Selalu Berada di Samping KauWhere stories live. Discover now