Sangsaka Adrian Permana kemudian maju, dan berdiri di witness stand. Dia sangat berbeda dengan Jose. Penampilannya kotor, wajahnya dingin dan tidak ada keceriaan sama sekali, dan matanya menyiratkan pancaran kebencian. Tanpa ia menjadi tersangka pun, orang-orang pasti akan menganggapnya sebagai kriminal juga.
"Saksi, tolong nyatakan nama dan pekerjaan anda."
Saka menghirup cerutunya dan menghembuskan asapnya, sebelum menjawab, "Sangsaka Adrian Permana. Occupation: Tersangka karena ketololan polisi." Lalu ia menghembuskan asap dari cerutunya ke arah wajah Edgeworth.
"SAKSI!" teriak Sang Hakim, kemudian memukul palunya. "Jaga sikap dan bahasa kau di dalam ruang sidang! Dan nyatakan nama beserta pekerjaan kau dengan benar!"
"HMPH." Saka menghirup cerutunya lagi. "Baiklah, gramps. Sangsaka Adrian Permana. Pekerjaan, pelukis."
"Bisa anda ceritakan kronologis dimana anda sedang berada, pada malam Wicaksono family terbunuh? Hingga akhirnya anda ditangkap oleh polisi?" tanya Edgeworth, sambil berusaha keras menahan diri untuk tidak meninju pria ini. Ia baru berdiri di witness stand selama 5 menit, dan Edgeworth sudah langsung tidak menyukainya.
"Yeah. Terserah."
"Kalau begitu, tolong jelaskan sekarang, Mr. Permana," ucap Kay sambil melipat tangannya.
"HMPH." Saka mendengus. "Baiklah, dengarkan baik-baik, nona kecil dan pacarnya yang brengsek—"
"SAKSI!" teriak Sang Hakim lagi.
"Baik, baiklah! Saya berada di Amerika sejak seminggu lalu karena mendapat undangan untuk menghadiri pameran di New York. Dan mengapa sidik jari saya ada di tea set yang digunakan keluarga Wicaksono untuk minum, itu karena saya memberikan tea set itu sebagai hadiah ulang tahun untuk Mr. Arjuna, dan sebagai rasa terima kasih karena Mr dan Mrs. Wicaksono sudah merawat adik kecil saya yang tampan. Saya sedang tidur di apartemen saya ketika tiba-tiba polisi menangkap saya. Lihat? Saya tidak bersalah. Saya tidak punya motif sama sekali. Untuk apa saya membunuh keluarga Wicaksono yang sudah merawat dan menjaga adik saya?"
Terdengar gumaman bisik-bisik dari para audiens.
Edgeworth dan Kay saling pandang dan tersenyum kecil. Bagus, Mr. Permana! Terlalu banyak celah dalam kesaksian anda, dan anda tidak tahu kalau aku dan Kay mempunyai kartu AS untuk menangkap anda!
"Hmmm..." Sang Hakim memejamkan matanya sejenak. "Bisa dibilang, apa yang dikatakan Mr. Permana ada benarnya. Untuk apa Mr. Permana membunuh keluarga yang sudah menjaga dan merawat adiknya dengan baik? Kalau begitu, pembela, kau boleh mulai cross-examination."
Saya berada di Amerika sejak seminggu lalu karena mendapat undangan untuk menghadiri pameran di New York....
"TUNGGU DULU!" seru Phoenix. "Bisa anda jelaskan, anda mendapatkan undangan pameran macam apa?"
Sangsaka mendelik ke arah Phoenix, kemudian tertawa. Tawa ganas dan dingin, membuat Edgeworth merasa bulu kuduknya berdiri.
"Tuan Pembela, aku kira kau lebih pintar dari ini. Tentu saja untuk pameran lukisan. Apakah anda tidak mendengarkan saya mengatakan apa profesi saya tadi? PELUKIS! PELUKIS! Saya diundang untuk menghadiri pameran lukisan di Farnsworth Art Museum!"
Keringat membasahi pipi Phoenix dalam sekejap. "Riiigghttt...."
Edgeworth dan Kay mendengus secara bersamaan. Mendapat undangan untuk menghadiri pameran lukisan di New York? My ass!
"Objection!" seru Edgeworth. "Mr. Sangsaka Adrian Permana, testimoni anda aneh! Anda bilang, anda diundang sejak seminggu yang lalu, untuk menghadiri pameran itu, benar?"
YOU ARE READING
Aku Akan Selalu Berada di Samping Kau
FanfictionMiles Edgeworth, seorang Kepala Jaksa di Los Angeles, Amerika, yang sangat tampan, tidak pernah tertarik pada wanita manapun. Sampai akhirnya, mantan asistennya, Kay Faraday, yang sudah lama menghilang dari kehidupannya selama 8 tahun, muncul kemba...