Jangan Bergerak

106 6 0
                                    

"Kenapa harus aku? Apa alasanmu harus memilihku?" Kai membeku. Dia sendiri tak tahu mengapa Krystal yang ia pilih. "Aku tidak cantik, aku hanyalah seorang kutu buku dan mempunyai tubuh jelek yang seperti bebek. Aku biasa di anggap tidak ada dan aku baik-baik saja. Kau bahkan tidak mengenalku atau.." Krystal menghela nafas untuk melanjutkan ucapannya "bertemu".

"Ani, ku rasa kita pernah bertemu" tukas Kai.

"Kapan?" Celoteh Spontan Krystal. Ia terkejut dengan kalimat itu. Apakah Kai benar-benar mengingatnya?

Kai memutar otak menginat-ngingat kapan ia bertemu dengan Krystal. "Yak, kita satu sekolah arro? Pasti aku pernah bertemu dengan mu sebelumnya"

Deg. Seharusnya Krystal biasa saja mendengar jawaban Kai. Seharusnya ia tidak memutar kembali memori pada tragedi bola basket itu. Seharusnya ia tidak mengharapkan Kai mengenal atau mengingatnya. Seharusnya.

"Banyak siswi di sekolah ini yang jauh lebih baik dari ku"

"Ya karna kau berbeda, aku jadi semakin tertarik padamu"

Blush, semburat merah menghiasi pipi Krystal. Ia tak tahu apa yang dipikirannya sekarang. Barusan Kai menunjukan kalau dia tidak mengenalnya, tetapi kini ia bilang bahwa ia tertarik dengan Krystal. Bisakah seseorang tertarik pada sesuatu yang tidak diketahuinya? Entahlah. Yang jelas jantung Krystal harus bekerja dua kali lebih cepat karena ucapan konyol Kai.

Kai tidak ingin berdebat lebih lama. Ia bergegas ke kantin secepat mungkin agar tidak mendengar pertanyaan Krystal lagi.

----

"Dua?"

Tadinya Kai ingin mengabaikan suara itu. Namun ia berpikiran lain. Mungkin ini kesempatannya.

"Eo"

"Untuk Kyungsoo?" Kai menghela nafasnya berat, menatap manik mata Suzy -orang yang bertanya tadi- dalam.

"Ani, untuk Krystal Jung" Kai tersenyum sinis.

"Omo, sekarang giliran Krystal yang menjadi mainan mu?" Nada Suzy dibuat-buat dan terdengar mengejek. Ia terkejut melihat ekspresi Kai berubah menjadi dingin dan tajam karena kalimatnya.

"Yak, aku tidak pernah mempermainkan mu arro?" Kai mendekatkan bibirnya ke pipi Suzy. Tidak berhenti disitu, ia melesatkan bibirnya lebih dekat ke daun telinga Suzy. Suzy mematung, matanya membulat. Tanpa ia sadari nafasnya tercekat. Suzy tidak mengerti mengapa sentuhan Kai masih sangat berpengaruh terhadap semua saraf di tubuhnya. "tutup mulut mu. Jangan memancingku" cetus Kai dingin. Kai meninggalkan Suzy yang masih mematung.

----

Aku merasa tidak pantas berada disini. Toh lututku hanya memar, jadi seharusnya aku tidak bersantai-santai di UKS. Aku harus kembali ke kelas karena ini sudah jam pelajaran Sungjae seonsaengnim -pelajaran fisika. Aku sangat menyukai penjelasan dari Sungjae seonsaengnim, karena rumus yang sulit menjadi lebih mudah bagi ku. Dan cara beliau menjabarkan sangat menyenangkan. Aku menyukai nya sebagai guru.

Linu, namun aku tetap memaksakan kaki ku untuk melangkah. Baru tiga langkah, otak ku secara otomatis memutar kejadian yang menjadi penyebab diriku dibawa kesini. Aku tidak mau ke kelas sekarang. Aku muak melihat Kim Ye Rim.

Aku memilih berbelok ke kanan menuju perpustakaan daripada berbelok ke kiri menuju kelas ku.

Sampainya di perpustakaan, aku mengambil buku fisika yang biasa di gunakan oleh Sungjae seonsaengnim. Aku mempelajarinya di tempat yang telah disediakan untuk membaca. Aku memilih dekat jendela. Kurasa di tempat itu lah pencahayaannya cukup.

Aku membuka bab yang akan di jelaskan Sungjae seonsaengnim hari ini. Kurasa ini cukup mudah, tapi aku belum menemukan cara ter singkat yang biasa di ajarkan Sungjae seonsaengnim.

FINE ; Kai CastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang