"Apa sudah semuanya, Yoongi?" seorang wanita paruh baya menepuk bahu Yoongi pelan, membuat anak kecil yang tengah menatap penjuru rumahnya itu menoleh, kemudian mengangguk samar. Ia menghela nafas sebelum berbalik, keluar dari rumahnya yang penuh kenangan bersama ibunya.
"Hyeong, jangan melupakanku... datanglah kemari lagi dan temui aku." Yoongi tersenyum tipis, ia memeluk Jimin erat, tampak berat berpisah dengan sahabatnya itu.
"Tuan muda, jaga diri baik-baik disana..." kata Hye Ji—wanita paruh baya yang merupakan ibu Jimin, sekaligus pembantu rumah tangganya dulu. Yoongi lagi-lagi hanya tersenyum dan memeluk Hye Ji. Wanita paruh baya itu meneteskan air matanya seraya mengusap rambut Yoongi, yang telah dianggapnya anak. Jika pun boleh, Hye Ji ingin merawat Yoongi, tapi Seul Gi telah memberi titah agar Yoongi dirawat oleh sahabatnya saja, lagi pula, itu juga demi kebaikan Yoongi—yang cenderung memiliki sifat anti sosial.
Park Jang Min, ayah Jimin yang dulunya adalah tukang kebun di keluarga Yoongi, memasukkan barang terakhir anak itu ke taksi.
"Tuan muda, jangan terus menyendiri, carilah teman disana. Tidak harus banyak, walaupun hanya satu, tapi cukup membuat tuan muda nyaman dengannya." Tutur Jang Min seraya menepuk pelan kepala Yoongi.
"Yoongi hyeong, sampai jumpa!" teriak Jimin seraya melambaikan tangan. Sesekali anak itu mengusap air matanya yang mengalir.
Yoongi melambai, perlahan-lahan keluarga sederhana yang pernah mengabdi pada ibunya itu menjadi sebuah titik kecil, hingga benar-benar tak terlihat lagi.
Selama perjalanan, Yoongi terus membisu. Matanya menatap kosong pemandangan di luar mobil. Beberapa menit berlalu, ia mulai masuk ke sebuah pedesaan yang tak terlalu jauh dari jalan kota. Pemandangan ladang dan sawah yang hijau menyambut indera pengelihatannya. Ia sudah pernah kemari, bersama ibunya. Ia masih ingat bagaimana rasa sejuknya udara di sini, menyehatkan.
Taksi pun melambat kala sampai di depan sebuah pagar kayu bertuliskan 'Haeng-bok Seonyeonweon'. Yoongi turun dari taksi, memastikan alamat yang tertulis di kertasnya. Ia masih ragu, panti asuhan yang terakhir kali ia kunjungi dengan ibunya itu terlihat sederhana, kini tampak lebih baik dengan pagar kayu yang masih kokoh dan meninggi, sehingga orang di luar tak dapat melihat keadaan di dalam.
"Ada apa, nak? Apakah bukan disini tujuanmu?" tanya supir taksi yang melihat kebingungan Yoongi.
"Oh, aniyo... memang disini—"
Greeek!
Pintu pagar berderit, seorang wanita muda keluar dari sana dengan senyumnya. "Annyeong, Yoongi..." sapanya ramah.
Yoongi terdiam sejenak, namun cepat-cepat membungkuk sopan. "Annyeonghaseyo..."
Jung Sekyung, wanita berumur 27 tahun itu adalah hoobae ibunya semasa SMA, juga sahabatnya.
"Yoongi?"
Anak itu mengerjap, agak mendongak untuk melihat wajah wanita itu.
"Ayo, masuk..." ajak Se Kyung sembari membawa 2 koper milik Yoongi.
Kaki kecilnya melangkah masuk ke halaman depan panti asuhan, matanya menyapu keseluruh penjuru, begitu sepi, dan perubahan terjadi dimana-mana. Tak terlihat lagi anak-anak yang berlarian di halaman depan, hanya ada 3 pengasuh panti yang sedang menyapu, merapihkan rumput, dan menyiram bunga. Bangunan utama tampak lebar, tak ada lagi kamar anak-anak di sebelahnya.
"Kau pasti bingung, banyak perubahan disini." Ucap Se Kyung seolah tau arti tatapan Yoongi ke sekitar. "Sudah lama sekali, Seul Gi eonni tidak kemari."
Yoongi menurunkan pandangannya, ia hanya diam sambil terus mengikuti Se Kyung masuk ke bangunan utama—tempat dimana kalian dapat menanyakan tentang adopsi, atau 'menitipkan'. Se Kyung berbelok ke kanan, dan disanalah terdapat satu pintu yang terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Road of Youth
FanfictionMereka telah bahagia, walau dibesarkan dalam tempat yang menampung anak-anak kurang kasih sayang orangtua. Mereka telah bahagia, setelah berhasil melewati segala bentuk rintangan yang mendera, bahkan hampir memecah belah salah satunya. Mereka telah...