Pagi telah datang, pada akhirnya Yoongi dapat mengistirahatkan diri di rumah. Kini, ia sedang memasak nasi goreng untuk mereka sarapan.
Drap. Drap. Drap.
Yoongi menoleh, merasa ada yang berderap turun. Dilihatnya, Jungkook, sudah rapi dengan setelan t-shirt putih dan celana jeans. Adiknya itu sudah tampan dan rapi, sebuah perubahan besar yang cukup membingungkan, mengingat kebiasaan Jungkook yang bangun siang jika hari libur.
"Selamat pagi, hyeong!" serunya bersemangat, pemuda berusia 19 tahun itu membuka kulkas, menuang segelas susu.
"Eo, pagi. Mau kemana kau sepagi ini?"
"Aku mau les, hyeong. Jam 8 nanti."
"Les? Sejak kapan kau mengambil les?"
"Ini les piano hyeong. Kontes yang akan kuikuti tinggal sebulan lagi. Aku harus berlatih."
Yoongi tersenyum, mengusap bahu adiknya yang lebih tinggi itu. "Hwaiting." Bisiknya namun cukup membuat Jungkook tersenyum senang.
"Taehyung, mana?"
"Mungkin masih menjelajahi alam mimpi. Pintunya masih ditutup. Apa perlu kubangunkan?"
"Ani, tidak usah. Kakakmu itu harus banyak istirahat."
Jungkook mengangguk, kemudian berlalu dan duduk dikursi makan. Ia memainkan ponselnya.
"Mianhae,"
"Eo?" Jungkook menoleh ke Yoongi yang baru saja mengucapkan sesuatu. "Apa katamu, hyeong?"
Yoongi terdiam sebentar, lalu mengulangi perkataannya lagi. "Mianhae, karena selama ini menekanmu belajar."
"Astaga, hyeong, kukira apa. Tidak usah minta maaf. Itu wajar hyeong. Aku memang harus belajar, Yoongi hyeong sudah bekerja keras untukku."
Yoongi tersenyum mendengar perkataan Jungkook, ia lalu memindahkan nasi gorengnya ke sebuah piring. Ia menambahkan mentimun dan tomat disana. Setelah selesai, dibawanya piring itu ke meja makan, meletakkannya didepan Jungkook.
"Oh, gomawo, hyeong." Jungkook segera melahapnya, sesekali menatap layar ponselnya yang menyala kala ada notifikasi line masuk.
"Jungkook-ah,"
"Ne?"
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu."
Mendengar tuturan Yoongi yang terdengar serius, Jungkook pun mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ia masih menyuap nasi gorengnya seraya menatap Yoongi yang tampak berpikir.
"Tanya apa, hyeong?"
"Andaikan saja... Ada seseorang yang mengetahui kebenaran penting dalam hidupmu yang bahkan kau sendiri tak tau, tapi ia merahasiakannya darimu. Seseorang itu takut jika mengatakan kebenaran itu padamu, kau akan terluka. Jadi, ia memilih diam. Menurutmu, yang dilakukannya benar atau tidak?"
Jungkook mengunyah makanannya sambil berpikir. "Tidak."
DEG!
Yoongi berusaha menenangkan degupnya yang entah kenapa berubah cepat. Adik bungsunya, yang tak tau menahu tentang masa lalu Taehyung, juga melontarkan pendapat jika yang dilakukannya adalah salah. Walaupun itu tidak secara langsung.
"Wae?" Yoongi bertanya pelan.
"Justru, itu membuatku semakin sakit. Orang mana yang mau dibodohi oleh orang lain? Disaat dirinya sendiri tak mengetahui kebenaran yang penting dalam hidupnya, sedangkan orang lain tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Road of Youth
FanfictionMereka telah bahagia, walau dibesarkan dalam tempat yang menampung anak-anak kurang kasih sayang orangtua. Mereka telah bahagia, setelah berhasil melewati segala bentuk rintangan yang mendera, bahkan hampir memecah belah salah satunya. Mereka telah...