Part 4

4.6K 393 14
                                    


BRAAAKK!!!

"JIMIN-A!!"

CKIIITT!! CKIIIT! CKIITT!!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suara benturan besi dan decitan ban mobil tiba-tiba menggema sore itu. Jalan raya lumayan ramai oleh lalu lalang kendaraan. Tapi, setelah benturan itu, tepatnya antara sebuah mobil yang melaju kencang dan truk yang menerobos lampu merah dari arah kiri, jalur yang sedang Jimin lewati menjadi terhenti.

Napas Jimin maupun Taehyung terdengar memburu. Bagaimana tidak, mobil sedan hitam yang baru saja mendahului mereka itu kini terbalik, beberapa orang berkerumun untuk menolong, tapi mereka berdua seolah membeku saking shock-nya. Andai kata, walaupun terdengar jahat, tapi jika mobil sedan itu tak mendahului mereka, mungkin mobil Jimin lah yang akan menabrak truk itu.

Beruntung, Jimin tanggap dan segera menginjak rem agar tak terjadi tabrakan beruntun, yah, meskipun mobil dibelakang Jimin sedikit menyerempet mobilnya, mungkin karena sama-sama terkejut.

Jimin membuang kasar nafasnya, ia kemudian menoleh ke Taehyung. "Tae, gwenchana? Kau tak terluka, kan?"

Taehyung terdiam, matanya masih setia memandang kejadian mengerikan dihadapannya. Jantungnya berdegup kencang, keringatnya mulai menetes, tangan yang bertumpu di kedua pahanya bergetar. Sekilas bayangan mengerikan tiba-tiba melintas di pikirannya. Taehyung mengernyit, telinganya berdengung, suara benturan seperti memenuhi rongga pendengarannya.

"Ji-ji-Jimin... hahh...hahh..." susah payah Taehyung mengeluarkan suaranya. Dadanya menjadi sesak, seperti ada yang menghimpitnya.

"Ya! Taehyung, kau kenapa? Kau sesak napas?" Jimin yang menyadari wajah sahabatnya yang memucat, segera melepaskan sabuk pengaman Taehyung. Ia mulai khawatir, pasalnya, Taehyung tak memiliki riwayat asma, tapi mengapa ia begitu terkejut sampai sesak napas?

"Andwae, andwae!" Taehyung berseru sebelum detik berikutnya ia malah keluar dari mobil. Ia tidak ke depan untuk menolong korban kecelakaan itu, tidak juga duduk untuk mengatur napas, tapi Taehyung malah berlari menjauh dari tempat kejadian. Ia berlari kencang, padahal kepalanya berdenyut nyeri, pandangannya buram, dan daratan yang dipijaknya serasa berputar. Taehyung bahkan mengabaikan teriakan Jimin, ia hanya terus berlari.

"KIM TAEHYUNG!! KIM TAEHYUNG, BERHENTI!!" Jimin berteriak lantang, ia tak peduli orang-orang disekitarnya yang menatap aneh, atau menganggap ia sudah gila karena bukannya ikut menolong, malah berkejaran dengan temannya. Dilihatnya, Taehyung yang mulai memelan, beberapa langkah setelahnya sahabatnya itu terjatuh. Melihat itu, Jimin semakin cepat berlari menghampiri Taehyung.

"Astaga, Kim Taehyung!" Jimin langsung bersimpuh saat mengetahui tubuh Taehyung mulai kejang. Cepat-cepat ia mengeluarkan sapu tangan dan melipatnya memanjang hingga tebal, kemudian menyelipkannya diantara gigi depan Taehyung. Dalam hal epilepsy, tindakan ini berguna agar penderita tidak menggigit lidahnya sendiri.

Orang-orang yang berlalu memandang ngeri kearah Taehyung, ada pula yang iba, ada pula yang hanya menatap sekilas dan memilih berlari ke tempat kejadian. Jimin menggenggam tangan Taehyung, membiarkan sahabatnya mencengkramnya sekuat mungkin, sedangkan sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap rambut Taehyung.

Road of YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang