i.l.m.c.b-08

19K 1.8K 99
                                    

Bell istirahat sudah berbunyi dari 5 menit lalu, seperti biasanya, Dion menikmati bekal nasi goreng buatan ibunya yang dibawanya tadi. Dion bukan gak punya uang buat beli makanan di kantin, hanya saja dia gak suka berdesak-desakkan cuma buat makan. Ibunya juga sudah menerapkan hidup hemat untuk Dion, dari kecil Dion di didik untuk membeli apapun dengan uang tabungannya sendiri. Bahkan motor ninja hitam miliknya, hasil menabungnya sejak kelas 1 SMP.

Sementara itu, Raka yang juga menikmati bekalnya merasa canggung dengan sikap Dion hari ini. Gak biasanya Dion cuek aja makan bekalnya, biasanya Dion pasti akan menawarinya bekal yang dibawa atau menggoda Raka dengan segala cara sampai Raka marah.

Raka gak suka suasana canggung ini, meskipun dia kadang kesal dengan sikap Dion, tetapi Raka lebih gak suka di diemin sama temennya sendiri. Raka menghadap ke arah Dion kemudian memanggilnya "Dion...bawa bekal apa ?"

Dion menengok ke arah Raka "nasi goreng" jawab Dion singkat. Jelas banget cowok di depan Raka ini buka Dion yang dia kenal.

"Gue boleh coba gak?" Raka sebisa mungkin mencairkan suasana canggung di antara mereka.

Tanpa menjawab pertanyaan Raka, Dion menggeser tempat makannya lalu diberikan kepada Raka. "Enak banget Yon!" Seru Raka setelah menyuapkan sesendok nasi goreng tadi ke mulutnya. Namun Dion hanya melirik Raka dengan senyuman yang dipaksakan di bibirnya.

Dion kemudian bangkit dari tempat duduknya dan pindah ke tempat duduk Willyam meninggalkan Raka "Will, gue nyoba bekal lo dong ?" Ujar Dion.

Raka yang masih berada di tempat duduk Dion itu langsung diam tak bergeming melihatnya ditinggal begitu saja oleh Dion.

"Boleh...Nih" Willyam menyuapkan sesendok mie goreng ke mulut Dion yang langsung di sambut oleh mulut lebar Dion.

Melihat Raka diacuhkan begitu saja oleh Dion membuat Raka geram.Raka merasakan sesak di dadanya, rasanya dia mau marah tapi gak tau apa penyebabnya. Raka kemudian pergi keluar kelas. Ia berlari ke perpustakaan, Raka kemudian memilih tempat paling pojok di sudut perpustakaan ini. Itu tempat favorit Raka, dia biasanya menghabiskan waktu luangnya di tempat ini karna gak ada seorangpun yang akan mengganggu konsentrasinya di sini.

Setelah Raka duduk dengan lesu di salah satu kursi di situ dia kemudian menaruh kepalanya di atas meja sambil menatap ke arah luar jendela.

"Kenapa ini sakit banget ?" Monolog Raka, ia memegang dada kirinya yang terasa semakin sakit sejak dia melihat kelakuan Dion tadi.

"Apa gue sejahat itu sama Dion sebelumnya ?" Raka mengingat-ingat kembali apa yang sudah ia lakukan ke Dion selama ini. Meskipun Dion selalu berbuat baik padanya, tapi Raka malah mengacuhkan Dion sesuka hatinya.

"Ini karma ?" Seketika itu juga tubuh Raka bergetar, dia nangis. Air matanya sudah meleleh di ujung matanya.

"Bukan karma beb, gue yang terlalu berharap" seketika suara seseorang yang paling dikenal oleh Raka terdengar. Raka tau itu suara Dion, dia buru-buru mengusap air matanya yang sudah membanjiri tangannya.

"Maksud lo ?" Ujar Raka bingung dengan pernyataan Dion barusan.

"Lo kenapa nangis ?" Dion malah mengalihkan pembicaraannya.

"Pertanyaan gue belum lo jawab."

"Gak perlu gue jawab, gue belum siap jawab itu."

"Gue mati penasaran, tanggung jawab lo!"

Dion cuma tersenyum ringan mendengar Raka marah begitu. Sebenarnya Dion gak tega menjauhi Raka seperti tadi, apalagi sampai membuatnya menangis, Dion menyesal.

I Love My Cute Bastard ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang