4.

174 22 6
                                    


"Baiklah, jadi bagaimana kelanjutan yang kamu buat?" Tanya perempuan berbando merah yang gagal menyembunyikan rasa penasarannya.

Perempuan berkuncir kuda menghela napas pelan lalu mengalihkan perhatiannya kepada jendela besar yang ada di samping kanannya. Mereka berdua sedang duduk berhadapan dengan secangkir kopi di sebuah caffe 24 jam.

Perempuan berbando merah terdiam. Ia melihat jelas kesedihan di mata perempuan berkuncir kuda itu. Ia paham, perempuan itu mau tidak mau harus membuka luka lamanya.

"Ra?"

Perempuan berkuncir kuda yang di panggil Ra itu menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman. Menatap perempuan di depannya. "Bagaimana jika aku buat seperti realita yang ada?"

"Kamu gila? Kalau aku jadi kamu, akanku pastikan itu tidak pernah terjadi." Protes perempuan berbando merah.

"Sayangnya, ini aku bukan kamu. Dan setelah dipikirkan ulang, ini tidak terlalu buruk."

"Dan membuat dia tahu semuanya? Kamu benar-benar tidak waras, Ra." Masih terdengar jelas nada penuh tidak terima keluar dari mulut perempuan berbando merah.

Perempuan berkuncir kuda terkekeh. Bukan merasa lucu, lebih tepatnya ia menertawakan dirinya sendiri.

"Itu tujuan utama ini semua."

"Kalau begitu, kamu tidak harus memakai nama samaran."

"Aku rasa, aku akan tetap memakainya."

"Apa mau kamu sebenarnya? Dia tidak akan mengetahuinya jika semuanya disamarkan." Suara perempuan berbando merah itu terdengar jengah.

Perempuan berkuncir kuda tersenyum tipis, sudah menduga pertanyaan seperti itu.

"Ada beberapa hal yang hanya bisa diketahui oleh dia. Dia akan tetap mengerti, tenang saja."

Perempuan berbando merah hanya bisa terdiam, seperti memikirkan sesuatu. "Bagaimana jika dia tidak mengetahuinya?"

"Setiap tindakan yang kita ambil selalu di iringi dengan resiko. Dan kalaupun dia tidak mengetahuinya, itu resiko yang akan saya terima. Lagipula, masih ada tujuan lain dari semua ini."

Hening selama beberapa detik. Lalu perempuan berbando merah mulai membuka buku catatannya, bersiap untuk menulis semuanya. "Baiklah, mari kita lanjutkan. Sampai mana tadi?"

"Awal cerita dimulai"

Perempuan berkuncir kuda tersenyum. Seperti ada kebahagiaan tersendiri sangat mengingatnya. Namun juga, ada kesedihan yang terselip di sana.

Dan setelahnya hanya ada suara perempuan berkuncir kuda yang bercerita dan goresan tinta yang nantinya akan membuat kisah sederhana.

▪️Rasa▪️

Buat kalian yang gak paham, nanti juga paham kok wkwk.

Oh iya ada perubahan dalam penyebutan ya. Awalnya aku pake 'Lo-gue'. Karena ada saran dari temen pake 'Aku-kamu' aja. Katanya biar penggunaan bahasa Indonesia nya benar jadinya aku ganti. Tapi aku rasa karakter di tokoh ini kurang cocok kalo pake kata baku gitu wkwk. Jadinya aku ganti lagi ke awal yaitu pake 'Lo-gue'. Jangan tanyain kenapa gonta-ganti, aku pun ga tau okee wkwk.

Atau gini aja deh. Voment boleh dong, mah.

Haha.

Dah deh.

Salam manis, Aura.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang