4

41 4 0
                                    

Ji Hye berdiri di depan sebuah pohon besar di dekat restoran tempat timnya makan malam bersama. Ji Hye bisa saja pulang ke rumahnya sekarang, tetapi hatinya memintanya untuk berdiri disana sedikit lebih lama lagi.

Bukan Man Soo yang sekarang sedang berdiri di dekatnya, namun ada sosok pria lain yang sedang berdiri di dekatnya. Pria itu adalah Woo Hyun. Ji Hye menjadi heran, kenapa Woo Hyun juga ikut mengejar dirinya ke luar restoran. Bukankah Woo Hyun membencinya?

"Ji Hye," Woo Hyun membuka mulutnya.

"Wae?" Ji Hye bertanya dengan nada kesal.

"Aku tidak tahu ada masalah apa diantara kamu, atasanmu, dan wanita menyebalkan itu. Tapi, kabur ke luar restoran seperti ini bukanlah solusi yang tepat," ucap Woo Hyun.

"Maaf, kamu ini siapa? Jangan sok memberiku nasihat. Bukankah kamu membenciku?" tanya JI Hye.

"Ji Hye! Apakah kamu adalah Song Ji Hye yang pernah aku kenal dulu?" tanya Woo Hyun.

"Kamu perlu ingat bahwa aku bukanlah Song JI Hye yang sama persis seperti Song Ji hye yang pernah kamu kenal di masa yang lalu. Aku tidaklah sama seperti aku di masa laluku. Jadi, jangan pernah sekalipun kamu menganggap bahwa akulah Song Ji Hye teman sekolahmu. Arraseo?" ucapku.

"Hei, ayo ikut aku!" Woo Hyun menarik lengan Ji Hye dan membawanya untuk mencari sebuah taksi kosong yang bisa mereka tumpangi.

***

Matahari menyinari pagi hari. Hari ini tidak ada jadwal syuting, sehingga Ji Hye dan Woo Hyun mendapatkan satu hari libur. Ya, karena hari ini adalah hari Minggu.

"Selamat pagi!" Woo Hyun menyapa Ji Hye sambil memegang secangkir kopi hangat buatannya.

"Ha, dimana ini? Jam berapa sekarang? Ya ampun! Kenapa aku bisa tertidur di dalam apartemen orang lain? Terlebih, di kamar orang lain dan di atas ranjang orang lain pula," ucap Ji Hye.

"Semalam kamu tertidur di apartemenku setelah kamu minum minuman bersoda di ruang depan. Aku langsung membawamu ke dalam kamarku dan kamu tidur di sebelahku," ucap Woo Hyun.

"Apa katamu? Aku tidur di sampingmu? Kamu gila ya? Hei, bagaimana kalau sesuatu terjadi kepadaku? Apakah kamu mau bertanggung jawab?" Ji Hye memandang Woo Hyun sambil melotot.

"Kamu tenang saja! Aku tidak melakukan hal apapun semalam. Ayo, bangun dan sarapan! Aku sudah membuatkanmu sarapan yang sangat lezat," ucap Woo Hyun.

"Huh, tumben sekali kamu bangun pagi hari dan membuatkan masakan untuk orang lain," ejek Ji Hye.

"Apa katamu? Ya bolehlah sekali-sekali aku bangun pagi," ucap Woo Hyun. "Oiya, jangan lupa cuci piring kotornya ya," Woo Hyun menambahkan.

"Cih, jadi begini ya caramu memperlakukanku? Kamu membuatkanku sarapan yang lezat hanya untuk memintaku mencuci semua piring kotornya? Kenapa kamu tidak memanggil asisten rumah tangga saja?" tanya Ji Hye.

"Ckckck, ayo segera bangun! Nanti masakannya menjadi dingin," ucap Woo Hyun. Woo Hyun menarik lengan kiri Ji Hye dan membawanya ke ruang makan.

Ji Hye menyantap sarapan lezatnya di ruang makan apartemen Woo Hyun. Sementara itu, Woo Hyun meraih ponsel Ji Hye secara diam-diam. Woo Hyun ingin menjaili Ji Hye, namun niatnya batal karena ada hal lain yang lebih menarik dari pada niatnya untuk menjaili ponsel Ji Hye.

Woo Hyun membaca chat yang telah dikirim oleh Man Soo kepada Ji Hye. Banyak sekali chat dan panggilan tidak terjawab dari Man Soo untuk Ji Hye.

***

Hari ini Ji Hye kembali bekerja di lokasi syuting. Hari ini, syuting hanya akan dilakukan setengah hari karena hanya akan merekam bagian Woo Hyun tanpa Eun Ha. Eun Ha sedang berhalangan hadir hari ini karena ada urusan mendadak.

"Ji Hye, pakaian mana yang lebih pantas untuk aku pakai saat syuting nanti? Ji Hye, apakah menurutmu aku pantas memakai kaus ini? Ji Hye, bisa tolong ambilkan sepatuku yang berwarna putih? Oh tidak, bisa tolong tukar dengan sepatuku yang berwarna hitam saja? Ji Hye, bisa tolong ambilkan botol minumku di dalam tas ranselku? Ji Hye, JI Hye, Ji Hye,"

Kesabaran Ji Hye telah habis. Rasa kesal telah memuncak. Dirinya ingin berteriak di hadapan Woo Hyun dan para kru, tetapi jika Ji Hye nekat untuk melakukan hal itu, reputasi dan performanya akan terlihat jelek di mata orang lain, terlabih di hadapan Man Soo, atasannya.

"Ji Hye, kemana saja kamu dari tadi? Kenapa kamu berada di dalam tenda tempat Woo Hyun menunggu? Seharusnya, kamu berada di tengah lokasi, bukan disini," ucap Man Soo yang akhirnya berhasil menemukan sosok Ji Hye yang menghilang sejak tadi.

"Joesonghamnida," ucap Ji Hye.

"Ji Hye, bagaimana kalau aku memakai sepatuku yang berwarna putih saja? Tolong ambilkan lagi sepatu putihku," ucap Woo Hyun.

"Woo Hyun-ssi, bisakah kamu berhenti untuk memanfaatkan staffku dan berhenti untuk menyuruhnya terus menerus?" Man Soo menegur Woo Hyun yang menurutnya sudah sangat keterlaluan.

"Ini sepatunya," ucap Ji Hye.

"Ji Hye, cepat ke tengah lokasi syuting! Aku tidak mau Bo Ra bekerja sendirian disana," ucap Woo Hyun.

"Baiklah," ucap Ji Hye.

Ji Hye pergi meninggalkan tenda tempat Woo Hyun menunggu. Ji Hye bersyukur karena Man Soo datang dan meminta dirinya untuk segera keluar dari dalam tenda. Setidaknya, Ji Hye tidak harus menatap Woo Hyun untuk sementara waktu.

"Hei, kenapa kamu terus memerintah Ji Hye untuk mengambilkanmu barang?" Sung Yeol datang mendekati Woo Hyun sambil bertanya.

"Hei, sejak kapan kamu datang?" tanya Woo Hyun.

"Dari tadi. Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku dan memberiku pertanyaan?" tanya Sung Yeol.

"Memangnya kamu ingin mendengar jawaban yang seperti apa? Apakah salah kalau aku memerintahnya berkali-kali tanpa alasan?" tanya Woo Hyun.

"Nam Woo Hyun, aku tahu kalau kamu adalah anggota grup kita yang paling tidak pandai untuk berbohong. Ayolah, jujur saja! Paling tidak, jujur kepadaku. Aku tidak akan meberitahu kepada wanita itu. Sebab, aku tidak mengenalnya sama sekali. Kita kan teman dan aku sudah sering mennjaga rahasia pribadimu. Benarkan kalau Ji Hye adalah gadis yang kamu maksud waktu itu? Gadis yang pernah kamu ceritakan kepadaku waktu itu, waktu kita sedang berada di Tokyo dan tidak bisa tidur malam," ucap Sung Yeol.

"Ya, kamu benar! Ji Hye adalah gadis yang waktu itu aku maksud. Aku belum pernah sekaliipun menyebut nama dia di hadapanmu. Aku menyesal telah membuatnya marah dan membenciku di masa laluku. Seandainya saja masa lalu bisa diputar dan diperbaiki, aku pasti akan dengan senang hati akan memperbaikinya. Aku tahu kalau dia sudah sakit hati kepadaku di masa itu," ucap Woo Hyun.

"Ah, nasi telah menjadi bubur. Sekarang, tinggal bagaimana kamu mengulangnya kembali dan jangan sampai kamu jatuh kedalam lubang yang sama lagi. Semangat!" ucap Sung Yeol.

"Ya, kamu memang temanku yang paling benar dan peduli terhadapku. Terima kasih atas saranmu, Lee Sung Yeol!" ucap Woo Hyun.

Secret Love [Woo Hyun Infinite Fan Fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang