Tok tok tok!
Terdengar suara ketukan pintu di telinga seorang pemuda. Ia menutup hologram aplikasi memo di ponselnya, sebelum mengaktifkan aplikasi lain yang terhubung dengan kamera di pintu kamarnya. Aplikasi tersebut berfungsi untuk mengetahui siapa atau apa yang ada di depan kamarnya. Selain itu, aplikasi tersebut juga terhubung dengan kamera lain di kamar pemuda itu--yang saat ini dinonaktifkan, karena hanya ada ia di dalamnya.
"Sanghyuk-ah, kau mau menemani Ibu ke supermarket?"
Pemuda bernama Sanghyuk itu langsung mematikan kamera di depan kamarnya, tanpa berniat menjawab ajakan ibunya. Ia kemudian mendengus pelan dan merebahkan dirinya di atas kasur.
Sudah ribuan kali ibunya mengajaknya untuk keluar dari kamar sejak kejadian beberapa tahun lalu, ketika ia mengalami kecelakaan hebat dan nyaris kehilangan nyawa.
Hari ketika ia tak lagi menjadi manusia dan menyandang status baru sebagai seorang cyborg.
"Sanghyuk-ah, apa kau tidur?" Ibu Sanghyuk, yang bernama Min Junghee, kembali mengetuk pintu seraya bertanya tanpa kenal lelah.
"Tidak, bu," balas Sanghyuk. Ia pun berguling ke samping, berniat melangkahkan kakinya ke alam mimpi, sebelum suara lembut ibunya kembali terdengar.
"Apa kau tidak mau menemani Ibu belanja?" Nada bicara Junghee semakin pelan, "tolong temani Ibu sekali ini saja. Setelah itu, Ibu tidak akan pernah mengganggumu lagi."
Ucapan memelas sang ibu membuat hati Sanghyuk goyah. Sejak awal, ia sudah memutuskan untuk mengurung dirinya di rumah, tidak peduli apa yang akan terjadi, meskipun bumi akan hancur sekalipun. Dan sudah tak terhitung berapa kali ibunya itu memaksanya untuk menikmati dunia luar, ia selalu berhasil mengelak.
Namun rupanya, tidak untuk kali ini.
"Baiklah, Bu." Sanghyuk bangkit dari tidurnya dengan malas, sebelum mengganti pakaian tidurnya dengan satu stel hoodie abu-abu dan celana ripped jeans.
Tak butuh waktu yang lama, Sanghyuk sudah keluar dari ruang pribadinya dengan keadaan rapi, kecuali wajahnya yang masih tertekuk. Namun poin itu tak bisa menghapus seulas senyum lebar di wajah ibu pemuda itu.
"Ayo!" Dengan penuh semangat, Junghee memandu jalan dan masuk terlebih dahulu ke dalam mobil mini miliknya, yang hanya cukup untuk dua orang penumpang dan barang bawaan dalam jumlah sedikit.
Selama perjalanan, hanya terdengar gumaman Junghee yang mengikuti alunan lagu yang diputar di televisi kecil, yang juga berfungsi sebagai GPS. Sanghyuk sendiri hanya melirik ke arah jendela, menikmati pemandangan yang tak pernah ia lihat lagi sejak beberapa tahun lalu.
Selain jumlah jalanan layang yang bertambah, tak ada lagi yang berubah.
Sejujurnya, Sanghyuk selalu menolak ajakan ibunya untuk pergi belanja bukan karena ia adalah laki-laki, atau ia akan malu apabila seseorang yang ia kenal tak sengaja berpapasan dengannya. Toh, ia memang tidak punya teman, jadi hal itu bukanlah sesuatu yang patut ia takutkan. Tapi karena setiap ia berada di dalam kendaraan, meskipun ia bukanlah pengemudinya, ia akan selalu teringat dengan kecelakaan yang menimpanya.
Kejadian naas itu terjadi di hari pertama Sanghyuk menjadi seorang mahasiswa. Saat itu, ia berada dalam sebuah kereta layang super cepat, yang diklaim sebagai kereta tanpa roda tercepat dalam sejarah manusia. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba saja kereta tersebut melenceng dari jalurnya, sehingga oleng dan jatuh tak lama setelahnya. Lebih dari 50 orang meninggal di tempat dan sisanya mengalami luka ringan hingga berat. Salah satu dari korban luka berat itu adalah Sanghyuk.
Pemuda itu tertindih barang bawaan penumpang lain, sedangkan punggungnya menghantam kaca kereta. Sayangnya kaca itu tak cukup kuat, sehingga pecah menjadi beberapa bagian dan salah satu pecahan yang cukup besar menusuk kulitnya hingga melukai jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steel Minds [VIXX]
FanfictionDi tahun 2117, orang-orang tak lagi menggemari 'operasi plastik' seperti seabad yang telah lewat. Banyak orang lebih memilih untuk melakukan 'operasi baja', dimana satu atau lebih anggota tubuh manusia digantikan dengan mesin, sehingga populasi manu...