Sanghyuk hanya bisa terdiam di tempatnya dengan mulut menganga, ketika ia melihat kakaknya menggunakan sebuah kursi lipat--yang entah didapatkannya darimana--untuk menghalangi langkah si orang aneh yang memperpendek jarak di antara mereka.
"Noona, apa ...." Sebelum pemuda itu menyelesaikan kalimatnya, Solbi sudah mendekatinya pelan-pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari obyek manusia di hadapannya.
"Ibu ... aku tidak tahu kenapa ibu seperti ini," gumam Solbi dengan suara bergetar.
Tanpa mendengar penjelasan kakaknya lebih jauh lagi, Sanghyuk sudah bisa menyimpulkan bahwa orang aneh, yang tampak seperti orang yang pernah mengandungnya selama kira-kira sembilan bulan itu, memang Junghee, ibunya. Selain bisa menyimpulkan hal tersebut, ia juga baru menyadari raut khawatir sekaligus ketakutan dari wajah cantik kakaknya.
"Tidak mungkin ...." Sanghyuk balas menggumam, meskipun lebih terdengar seperti sedang berbisik.
Pip!
Tepat ketika kedua bersaudara itu kebingungan saat memikirkan apa yang akan mereka lakukan, terdengar bunyi penanak nasi dari dapur. Dalam sekejap, Junghee mengalihkan pandangannya dari Solbi dan Sanghyuk, sebelum setengah berlari ke arah sumber suara.
"Apa yang terjadi?" tanya Sanghyuk dengan nada bingung.
"Aku tidak tahu." Kakaknya membalas dengan bisikan, "tapi kurasa ibu jadi lebih peka dengan suara. Jadi sebelum ibu kembali, kurasa kita harus bersembunyi di suatu tempat," lanjutnya.
Sebelum Sanghyuk sempat bertanya lebih jauh lagi, Solbi sudah menariknya ke arah kamar, sesuai intuisi yang muncul secara tiba-tiba. Sayangnya, rencananya gagal hanya karena kakak Sanghyuk itu tersandung kakinya sendiri.
Bruk!
Bunyi yang cukup kencang membuat Sanghyuk dan Solbi terpaku di tempatnya. Otak mereka serasa beku, terlebih ketika sang ibu setengah berlari mendekati mereka dengan ekspresi laparnya.
"Sanghyuk-ah, cepat masuk kamar!" Setengah menyeru, Solbi langsung mendorong adiknya masuk ke dalam kamar. Membuat sang ibu menambah kecepatannya.
Namun, bukannya bergerak seperti yang dipinta oleh sang kakak, Sanghyuk justru hanya terdiam. Ia seperti tenda yang dipasak--tak bergerak--meskipun diterpa angin, ketika ia melihat ibunya menggigit kaki Solbi.
Dan juga mencabik serta mengunyahnya tanpa ampun.
Entah mendapat ide darimana, Sanghyuk langsung memukulkan kursi lipat, yang tadinya dibawa Solbi, ke arah ibunya dan segera menyeret kakaknya itu ke kamarnya. Langkahnya sulit, karena sempat terjadi tarik-menarik antara Sanghyuk dengan Junghee.
"Noona, kau baik-baik saja?" Begitu pintu tertutup dan terkunci, Sanghyuk langsung mengecek luka di kaki Solbi.
"Ya, mungkin," jawab Solbi seraya meringis kesakitan.
"Tidak mungkin noona baik-baik saja," gumam Sanghyuk seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah.
Maksud hati ingin mencari obat yang bisa digunakan untuk meredakan nyeri kakaknya. Namun sayangnya, ia tak menemukan apapun kecuali salep miliknya, yang digunakan untuk mengurangi rasa gatal setelah check up-nya selesai.
"Bagaimana bisa tak ada obat di sini?" Pemuda itu mengacak rambutnya dengan kasar seraya merutuki kebodohannya.
Tapi jelas ia tidak sepenuhnya bersalah, karena tak ada yang membayangkan akan terjadi hal seperti ini.
"Ibu sudah seperti zombie," gumam Solbi, "kau ingat, 'kan saat ibu berlari ke dapur karena ada suara?"
"Noona, kurasa lukamu cukup parah sampai kau melantur." Tanpa menoleh, Sanghyuk langsung bangkit dari duduknya dan mencari apapun untuk menutupi luka Solbi. Apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steel Minds [VIXX]
FanfictionDi tahun 2117, orang-orang tak lagi menggemari 'operasi plastik' seperti seabad yang telah lewat. Banyak orang lebih memilih untuk melakukan 'operasi baja', dimana satu atau lebih anggota tubuh manusia digantikan dengan mesin, sehingga populasi manu...