Chapter 06

172 27 11
                                    

'Bagaimana kalau memang Wonshik-hyung menjadi zombie betulan?'

Sanghyuk langsung terdiam, namun tetap melangkahkan kakinya untuk maju. Keheningan yang melingkupinya dan Wonshik pun menjadi sinyal bagi si Pemuda Berambut Merah untuk menebak bahwa pemuda yang menggendongnya saat ini tengah memikirkan hal yang sama dengannya.

"Meskipun begitu ...." Wonshik menggumam, "ada sebagian dari diriku yang menolak untuk memikirkan kemungkinan buruk seperti itu."

Ucapannya membuat Sanghyuk menunduk dan tak mampu memikirkan kata apapun yang bisa membalas ucapan Wonshik. Meskipun setuju, ia hanya bisa mengiyakannya di dalam hati agar ia tak semakin membuat Wonshik khawatir dengannya.

"Ah, rumah sakitnya sudah dekat," ucap Wonshik seraya menunjuk bangunan besar bertingkat enam, yang sebenarnya tak sedekat yang ia katakan.

Sanghyuk terkekeh pelan, "iya. Sebentar lagi kita akan sampai, hyung," balas Sanghyuk.

Bukan masalah besar bagi Sanghyuk untuk berjalan sejauh lima puluh meter lagi sembari menggendong seseorang, yang besarnya hampir sama dengannya. Pemuda itu sendiri tak paham dengan batas maksimum tubuhnya, karena sebelumnya ia jarang keluar rumah dan menghabiskan waktu untuk melatih ototnya yang semakin kaku.

Mungkin karena jantung robotnya.

"Kurasa, sebaiknya aku jalan sendiri saja," celetuk Wonshik ketika ia merasakan langkah Sanghyuk melamban. Selain itu, helaan nafas yang tiba-tiba dikeluarkan Sanghyuk juga membuat Wonshik mengatakan hal tersebut.

"Sebentar lagi kita sampai, hyung." Seolah-olah tuli, Sanghyuk tak mendengar ucapan Wonshik dan mempercepat langkah kakinya.

Seperti yang dikatakan Sanghyuk, keduanya sampai di rumah sakit dalam waktu singkat. Keduanya menghela nafas lega, terlebih ketika sebuah kursi roda tampak dari ujung mata mereka.

"Kita bisa menggunakan kursi roda itu!" Telunjuk Wonshik mengacung seiring dengan nada bicaranya yang semakin naik. Ia tampak senang, karena setidaknya beban Sanghyuk akan berkurang setelah membopongnya sejauh lebih dari seratus meter.

Maka, Sanghyuk dan Wonshik pun berjalan ke ruang manapun yang kira-kira menyediakan obat, setidaknya sekotak obat untuk pertolongan pertama. Namun, selain harus teliti mencari, keduanya tidak boleh menimbulkan suara yang keras dan berhati-hati saat berbicara. Karena mereka tidak tahu, apakah rumah sakit yang mereka datangi memang kosong dan steril atau ada bahaya yang tengah bersembunyi.

Klik.

Dengan perlahan, Sanghyuk menutup pintu ruang praktik para teknisi cyborg. Setelah memastikan bahwa sekelilingnya aman, ia pun kembali mendorong kursi roda Wonshik ke arah ruangan-ruangan kecil yang menjadi kantor bagi para teknisi sesuai dengan bidang yang mereka ambil.

"Jantung ...." Sanghyuk menggumam, membaca papan tulisan di depan salah satu pintu ruang praktik.

Dengan setengah hati, ia membuka pintu geser di hadapannya. Cukup berat, mengingat pintu tersebut sebenarnya berfungsi menggunakan tenaga listrik. Namun karena pemadaman yang terjadi sejak kemarin, Sanghyuk tak punya pilihan lain selain membuka pintu ruang praktik dengan tenaganya sendiri.

"Mau aku bantu?" tanya Wonshik pelan, namun segera dibalas dengan gelengan kepala pemuda yang bersamanya.

"Tidak perlu, hyung." Pemuda, yang dua tahun lebih muda dari Wonshik, itu meringis, sebelum mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong pintu geser ruang praktik hingga cukup untuk dilewati oleh Wonshik dan kursi rodanya.

Tak berbeda dengan ruangan lain yang telah keduanya masuki, ruang praktik teknisi jantung juga sepi dan tampak tak ada kehidupan di dalamnya. Mungkin karena ....

Steel Minds [VIXX]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang