~ 01 ~ itu merah atau coklat?

215 38 32
                                    







Alfin dengan gayanya yang luar biasa
berjalan keluar rumah menuju rumah sebelah yang sunyi senyap seperti tak ada orang pagi ini. Lelaki berwajah oriental dengan sebuah lesung pipi itu berjalan di Senin pagi yang di hiasi suara burung berkicauan menemani langkah kaki alfin menuju pintu depan rumah bercat putih itu. Ia menekan bel sekali, dua kali, baru saja ingin memencet bel ke tiga kali seseorang sudah membuka pintu.

"Assalamualaikum mama mertua." Alfin mencium tangan Yani-mama Diana- yang terkekeh akibat panggilan yang di lontarkan Alfin padanya.

"Waalaikumsalam, fin. Mau bareng Devan atau Diana?"

"Maunya bareng Diana sih mama mertua, tapi kasian ntar selingkuhannnya jemput. Jadi saya sebagai calon suami yang baik buat Diana, harus pengertian. Biarin aja dulu sama selingkuhannnya. Jadinya jemput Dehan aja mama mertua. Dehannya udah bangun kan?" Yani kembali terkekeh mendengar tuturan Alfin.

"Dehannya baru bangun, mungkin sekarang masih ngumpulin nyawa di tempat tidurnya" Yani menjawabnya sambil mempersilahkan Alfin masuk dan menunggu diruang tamu.

"Waduh! Mama mertua bilangin Dehan buat cepetan, hari ini ada upacara. Alfin gak mau telat kayak minggu kemarin. Nanti dihukum lari lapangan 30 kali." Alfin mulai panik dengan ingatannya minggu lalu yang langsung terkapar di tengah lapangan di dampingi matahari yang sedang terik teriknya.

"Iya iya fin, tunggu bentar ya. Tante bilangin Dehan dulu", Yani melangkah menuju kamar pojok yang Alfin tau kamar Dehan.

Alfin memainkan hpnya selama sepuluh menit. Selama itu tidak ada kegiatan dirumah itu. Yani sudah kedapur sejak tadi untuk membuat sarapan dan meninggalkan Alfin sendirian menunggu Dehan yang rasa seabad lamanya. Hingga suara perempuan mengintrupsinya memainkan hpnya.

"Maaaa... Diana berangkat, udah di jemput Rian di depan. Sarapannya di sekolah aja. Assalamu-" Diana kaget melihat Alfin duduk manis di ruang tamu sambil mentapnya dengan tersenyum manis.

"Pagi Dianaaa.." masih dengan senyumnya yang tak luntur ia menatap gadis dengan iris mata coklat dan lesung mata yang menawan didepannya ini. Meskipun kini lesung matanya tak terlihat karena cemberut melihat Alfin ada didepannya.

"Apa lo?" Ujarnya jutek

"Jangan galak sama calon suami. Ntar gak berkah hari seninnya." Jawab alfin menggodanya.

"Apasihgajelaslo" Diana pergi meninggalkan alfin karena sudah ditunggu Rian didepan sana.

"Hati hati diana, awas jatoh ketabrak besarnya cinta aku ke kamu" sedikit berteriak Alfin mengucapkannya agar bisa didengar Diana diluar. Alfin mendengar samar samar sumpah serapah yang di ucapkan Diana dari luar.

"Berisik pagi pagi lo. Yok berangkat." Dehan keluar dari kamarnya dengan muka bantal masih melekat di wajahnya.

"Mandi gak si lo? Malu gue boncengan sama elu kalo gini modelnya." Alfin melihat Dehan jijik.

"Gak perlu mandi, gue ganteng bukan karena mandi. Emang dari lahir."

"Gak ngaruh muka lo. Baunya yang memperngaruhi lingkungan sekitar." Jawab alfin dan langsung meninggalkan Dehan. Dehan mencium bau ketek dan badannya sepeninggal Alfin.

"Gue pake axe udah setengah botol masih bau?" Dehan bergumam sendiri.

"Lo kalo mau pergi sekolah sendiri sih oke, tapi motor lo gue yg bawa." Dehan mengumpat menyumpah serapah Alfin didepan dan segera berangkat ke sekolah.

*****


Alfin dan Dehan sampai di sekolah tepat 3 menit sebelum bel masuk. Sebenarnya sudah berangkat lebih dari 20 menit yang lalu, hanya saja di jalan Alfin mengerem mendadak di perempatan sebab takut menabrak becak yang menyebrang membuat mobil mobil yang lewat mengerem mendadak. Dehan dan Alfin tidak henti hentinya meminta maaf. Bapak bapak yang mengendarai mobilnya marah marah sekitar 15 menit. Baru berhenti saat Dehan mengatakan mereka akan terlambat jika dimarahi terus. Lagi pula Alfin dan Dehan sudah minta maaf dengan tulus.

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang