Rian berlari sepanjang koridor. Berlari secepat yang ia bisa menuju ruang UKS yang berada di gedung depan sekolah. Setelah mendengar bahwa Diana pingsan tadi, ia malah di panggil pak Bambang guru pembina OSIS di sekolahnya. Ia dipanggil sebagai wakil ketua OSIS untuk pemilihan ketua OSIS berikutnya. Usai berbincang dengan pak Bambang barulah ia sekarang menuju UKS tempat pacarnya berada.
Rian membuka pintu UKS hingga menimbulkan suara dentuman keras. Ia mendapat tatapan tajam dari perawat UKS yang sedang berjaga. Rian yang merasa bersalah sedikit tersenyum dan meminta maaf.
"Maaf,,, boleh tau Diana dimana ya?" Rian bertanya dengan nada bersalah.
"Diana di kamar mandi." Jawab perawat itu dengan jutek dan kembali pada aktivitas awalnya. Bermain game di hpnya.
Rian lantas menuju ke arah satu satunya tempat tidur kosong di sana. Ia melihat ke arah kamar mandi, menunggu orang di dalam sana keluar. Setelah sekian lama di dalam, Diana keluar sambil memperbaiki posisi baju nya. Ia kaget melihat Rian yang sudah duduk di depannya.
"Sakit apa? Kok bisa pingsan? Gak sarapan?" Baru saja tiba didepannya, Rian sudah memberondongnya dengan 3 pertanyaan sekaligus.
"Iya, lagi dapet juga jadi nambah sakitnya." Jawab Diana sambil duduk di tempat tidur UKS.
"Sekarang masih sakit?"
"Udah mendingan kok. Udah dikasi obat tadi sama perawatnya."
"Mau makan gak? Aku beliin. Nasi bungkus, bubur ayam, bakso, soto, atau mi ayam aja?" Rian menawarkan dengan suka rela untuk pacar kesayangannya.
"Mauu...." Diana berfikir lama.
"Mau semuanya sayang..." jawab sebuah suara dari pintu. Rian dan Diana memandang ke arah pintu dan menemukan Alfin sedang bersender di pintu menyaksikan mereka.
"Eh elo fin, ngapain kesini?" Tanya Rian.
"Mau jengukin mantan." Rian lantas melihat ke bilik sebelah. Disana ada Nabila yang merupakan mantan dari Alfin Setahun yang lalu.
"Oh di sebelah? Hahahaa move on bro, tapi semoga balikan lagi deh." Alfin hanya tersenyum simpul membalas candaan Rian. "Jadinya mau makan apa Na?", Rian kembali bertanya pada Diana yang sedari tadi bengong.
"Mau kasih sayang kamu aja" Diana menjawabnya dengan manja. Terdengar suara muntahan dari Alfin yang muak dengan kata kata Diana. Namun sepasang kekasih itu bahkan tak menggubris suara itu sama sekali.
"Nih ambil. Buat kamu seorang apa yang enggak sih sayang." Mendengar Rian yang memanggilnya sayang, Diana yang pucat tiba tiba merona hingga ke telinga dan tak mempu berkata kata. Alfin yang mendengar semakin muak.
"Mau beli makan aja pake segala sayang sayang. Udah gih beli sana, Diana beliin nasi bungkus aja sama sekalian gue nitip beliin siomay ya gak pake cabe cabean." Alfin mendekat dan memberikan uang 20 ribu pada Rian.
"Na, aku beli makan dulu ya." Rian lantas pergi menuju kantin meninggalkan Diana, Alfin dan Nabila di bilik sebelah yang sedang tidur. Alfin duduk di tempat yang sebelumnya di duduki Rian. Hal itu membuat Diana menatapnya kesal.
"Mantan lo di sebelah." Diana lalu tidur memunggungi Alfin yang tersenyum Miris.
"Gue cuman mau ngajak lo buat pulang bareng kok nan-"
"Gak." Belum selesai kata kata dari Alfin Diana sudah membalasnya dengan ketus.
"Oh iya lo kan pulang sama selingkuhan lo. Gue yang calon suami ihklas kok." Alfin mencoba menguatkan dirinya dengan sikap dingin Diana padanya. "Kalo Rian bawa siomay, bilangin buat dia aja." Alfin pergi meninggalkan ruang UKS dengan hati gundah gulana karena sikap Diana yang Dingin padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Should Be Me
Teen FictionSeharusnya aku, bukan dia. Seharusnya aku disampingmu bukan dia. Seharusnya aku yang menggenggam tanganmu, bukan dia. Seharusnya aku yg berjalan bersamamu, bukan dia. Seharusnya aku, seharusnya aku. #teenfiction #2019