viii. I'm Too Busy

119 7 11
                                    

Haruki's POV

Hari ini, seperti biasanya, aku sudah sampai di kantor pagi-pagi sekali. Aku hanya akan bekerja sebentar di kantor, setelah itu aku akan pergi ke restoran yang jaraknya agak jauh dari sini untuk bertemu dengan klien. Klien itu ingin memakai jasa desain interior untuk rumah barunya, katanya. Akhir-akhir ini, bisnis memang sedang sibuk.

"Ohayou, Haru! Rajin seperti biasanya, ya," sapa Hiroshi, manajer yang paling cocok denganku dari semua manajer yang pernah kutemui di perusahaan-perusahaan sebelumnya. Dia suka melucu, tubuhnya yang agak gemuk sangat mendukungnya untuk terlihat lebih lucu--selama ini aku selalu bingung kenapa orang gemuk kebanyakan sangat lucu dan baik hati. Lalu, dia juga tidak terlalu bossy dan mempunyai pembawaan yang tenang. Aku tidak terlalu suka dengan orang yang galak, dan aku bersyukur bisa mempunyai manajer seperti Hiroshi.

"Ya tentu saja! Kerajinan sangat dibutuhkan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar." Kataku, setengah bercanda agar kedengaran keren. Sebetulnya, aku tidak serajin itu, kok. Malahan, sebetulnya aku lebih suka diam di rumah dan merakit lego.

"Bagus, bagus. Itu memang jawaban tipikal karyawan Luxe Desine," Hiroshi menyebut nama perusahaan kami sambil tertawa. Tiba-tiba, ia mendekat dan membisikkan sesuatu. "Aku baru ingat. Sore ini, kira-kira jam lima, aku, Yuki, dan beberapa teman lainnya akan pergi untuk kencan buta. Kali ini, dengan wanita-wanita dari cabang perusahaan kita di Osaka. Kebetulan mereka sedang ada training di Tokyo ini. Dari rumor yang kudengar, mereka cantik-cantik sekali. Mungkin kau ingin ikut?"

Aku diam sejenak dan tertawa kecil. "Kencan buta lagi? Bulan ini, sudah berapa kali kau ikut kencan buta? Sudah adakah yang benar-benar kau kencani?"

"Walaupun sudah sering, kau kan tidak pernah ikut sama sekali!" kata Hiroshi. "Ayolah, kali ini ikut saja. Tampangmu itu sudah bagus, sayang kalau disia-siakan. Kau juga sudah cukup berumur untuk membina hubungan..."

"Bukannya aku tidak mau... tapi, hari ini aku ada janji dengan beberapa klien. Beberapa pekerjaanku juga belum selesai," aku menghela nafas. "Maaf sekali."

"Hee... sayang sekali," Hiroshi berkacak pinggang dan mulai berlalu dari kubikel kerjaku. "Baiklah, kabari saja aku kalau kau punya waktu luang. Semoga kerjamu itu cepat selesai, dan jangan lupa kalau salah satu pekerjaanmu itu deadline-nya sudah dekat."

"Yaa..." aku melambaikan tangan dengan asal, kemudian menghempaskan pantatku ke atas kursi. Yak, mulai lagi bekerja.

Perkataan Hiroshi tadi tiba-tiba melintas lagi dalam otakku.

"Tampangmu itu sudah bagus, sayang kalau disia-siakan. Kau juga sudah cukup berumur untuk membina hubungan..."

Aku tahu itu, Hiroshi. Tentu saja aku sangat ingin membina hubungan...

Tapi, bagaimana caranya kalau aku punya segudang tugas seperti ini?!

***

A.N
Yak, karena udah lama nggak update jadi langsung ku up dua chapter sebagai permintaan maaf :") gomennasai!!! //bows//

Love Begins in My ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang