Cowok berbadan atletis itu menyeka keringat yang membasahi tubuhnya menggunakan handuk. Dia berjalan ke arah tribun penonton setelah mendapat waktu istirahat dari sang pelatih, seulas senyum tercetak di bibirnya. Dia melangkah untuk menemui seseorang yang setia menemaninya berlatih sejak sore tadi, Napas Jonatan terdengar tidak beraturan tapi sama sekali tidak menunjukkan rasa capek dari raut muka cowok itu.
"Harusnya kamu nggak usah kesini," ucap Jonatan setelah dia duduk di samping gadis itu. "Aku latian kan gak sejam-dua jam, nanti kamu capek kalo terus nunggu." lanjutnya.
Gadis itu hanya terkekeh pelan seraya menyodorkan sebotol air mineral dingin yang baru dibelinya tadi.
"Kan biar kamu semangat latihannya. Demi kamu aku nggak capek kok."
Jonatan mengacak-acak puncak kepala gadis itu gemas. Gadis yang sudah dipacarinya semenjak dia masih duduk di bangku SMA hingga sekarang telah resmi menjadi tunangannya. Jonatan yang merupakan seorang atlet bulutangkis memang banyak menghabiskan waktunya di Pelatnas PBSI untuk berlatih. Hingga dia tak punya banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan juga Vanessa.
Vanessa menatap Jonatan intens, dari manik matanya sudah jelas ada rasa rindu disana. Ya, dia sangat merindukan Jonatan karena mereka berdua memang jarang bertemu. Keduanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Vanessa tak pernah memaksa Jonatan untuk meluangkan waktu bersamanya, mengerti bila cowoknya itu harus fokus latihan. Dia sendiri tak memusingkan apabila Jonatan mengesampingkannya karena menurut Vanessa yang penting adalah prestasi Jonatan fokus mengejar impiannya lewat bulutangkis. Vanessa melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah empat jam dia menemani Jonatan latihan dari sore hingga petang.
"Kamu udah makan?" tanya Jonatan.
"Ntar, habis dari sini aku makan di rumah."
"Kalo gitu kita makan di luar aja, sekalian nganter kamu pulang."
"Emang latiannya udah selesai?" Vanessa menatap punggung tangan Jonatan yang berada di atas tangannya, mengenggamnya dengan lembut.
Jonatan hanya mengangguk.
"Aku tunggu di luar aja ya?" Vanessa bangkit dari tempat duduknya.
🌹🌹🌹
Jonatan dan Vanessa duduk di bangku kecil, menunggu pesanan mereka datang. Saat ini mereka berada di alun-alun kota di sebuah tempat makan sederhana. Aroma sate menguar, Vanessa yang duduk tak jauh dari gerobak sate itu mengucek matanya yang perih akibat dari asap tipis yang berasal dari bakaran sate.
"Jangan di kucek nanti iritasi, sini aku tiupin." Jonatan beranjak dari duduknya kemudian meniup pelan mata Vanessa membuat gadis itu tersipu malu.
"Malu tau diliatin banyak orang." Vanessa mendorong pelan tubuh Jonatan, cowok itu tertawa pelan.
Penjual sate mengantar dua porsi pesanan mereka. Jonatan mengaduk bumbu kacang sedangkan Vanessa hanya termenung menatap piringnya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Jonatan melirik piring Vanessa kemudian menatap wajah gadis itu.
"Kok gak dimakan, kamu nggak suka ya?" dengan cepat Vanessa menggeleng. Jonatan merasa ada hal yang mengganjal di hati Vanessa, tapi dia sendiri tidak tahu apa yang dirasakan Vanessa.
Vanessa memegang tangan Jonatan erat kemudian dia menunduk menatap kakinya sendiri. Jonatan merangkul bahu Vanessa dan memeluknya dari belakang.
"Apapun yang terjadi di dalam hubungan kita, aku mau kamu tetap menjadi Jonatan yang selama ini aku kenal. Kamu harus bangkit dan terus berjuang dengan atau tanpa aku. Kamu bisa kan?" Vanessa mendongak menatap manik mata Jonatan. Jonatan menghela napas, menarik tubuh Vanessa dan membiarkan tubuh gadis itu berada di dekapannya.
"Kamu kenapa ngomong kayak gitu? Seakan-akan bakalan pergi ninggalin aku. Kalo memang kamu berpikir untuk pergi, aku di sini akan berjuang dengan cara apapun menahan mu agar tidak pergi."
"Tapi, mau sekeras apapun kamu berjuang kalo Tuhan tidak mendukung setiap langkah kita, kita juga tidak bisa menghindar dari takdir Tuhan."
Jonatan terenyuh mendengarnya, entah kenapa setiap kata yang diucapkan Vanessa seakan-akan menegaskan kalo Vanessa akan pergi. Jonatan mendongak menatap langit hitam seraya memohon kepada sang kuasa untuk melindunginya dari segala hal buruk yang akan menimpanya. Cowok itu mengeratkan pelukannya seraya mengecup puncak kepala Vanessa dengan penuh kasih sayang.
Semoga kamu bahagia meski tanpa diriku.
***
A/N: Cerita baru genre fanfict, buat kalian penggemar Jonatan Christie cusss baca ya... Vomennt juga jangan lupa, thanks 👌 btw itu di mulmed Vanessa Jelitha ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
Fanfiction[SLOW UPDATE] Disaat prestasinya sedang menanjak dalam dunia bulutangkis, Jonatan Christie harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Saat tengah berjuang membawa nama bangsa di pesta olahraga se-asia tenggara atau SEA GAMES, laki-laki yang akr...