"Nih, buat kamu! Jangan nangis...," kata anak laki-laki berusia sekitar enam tahun.
Gadis kecil yang duduk di ayunan kayu itu mendongak, menatap buket bunga yang diulurkan lelaki itu. Rambutnya yang digerai sedikit berantakan tertiup angin, matanya juga terlihat merah karena menangis tadi.
"Kamu siapa?"
"Kenalin nama aku Jonatan, aku baru pindah di sini."
"Ini apa?" tanya gadis kecil bernama Rania.
"Bunga buat kamu. Kalo mama aku lagi sedih papa ngasih bunga ini ke mama, kata papa kalo anak perempuan lagi sedih terus dikasih bunga sedihnya bakal hilang."
Rania hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Jonatan.
"Makasih ya. Nama aku Rania."
"Iya. Nah, gitu dong... Kalo kamu senyum mukanya keliatan cantik," kata Jonatan.
"Tapi, mama ku bilang kalo seseorang ngasih bunga tandanya orang itu sayang dan Cinta sama orang itu. Emangnya kamu sayang sama aku?"
Pertanyaan polos dari seorang anak kecil yang masih memegang buket bunga berwarna merah muda terlontar begitu saja.
Rania duduk sendirian di sebuah taman ditengah padatnya lalu lintas Jakarta. Dia lalu mengeluarkan selembar foto dari saku cardigannya. Foto dirinya yang sedang meniup lilin berangka delapan. Ini satu-satunya foto Jonatan yang dimiliki Rania. Diambil saat Rania merayakan ulangtahunnya. Bibir Rania terangkat membentuk lengkungan senyum yang terlihat manis di wajah tirusnya.
Ponsel Rania bergetar, dikeluarkan ponsel itu dan muncul nama seseorang di layarnya.
Jojo is calling....
Tanpa pikir panjang, Rania menekan tombol garis hijau dan ditempelkan ponsel tipis itu ke telinganya.
"Ran, lo dimana?"
"Gue lagi di taman, Ada apa Jo?"
"Oke gue kesitu sekarang lo share lokasi aja, jangan kemana-mana tunggu sampai gue datang ya?"
"Iya."
"Ya udah."
Sambungan terputus menyisakan nada tut-tut-tut.
Sepuluh menit kemudian
Jonatan turun dari motor dan melangkah menuju gadis yang duduk sendirian di bangku taman.
"Ran."
Rania menoleh dan mendapati tubuh jangkung Jonatan sudah di depannya. Cowok itu menyapanya dengan senyuman manis.
"Sibuk nggak? Mama nyuruh lo ke rumah, ada perlu katanya."
Mata Rania melirik Jonatan. "Nggak sibuk sih," katanya ragu.
"Ya udah. Mau berangkat sekarang apa entar?"
"Sekarang aja, gue udah kangen sama tante Maria udah lama nggak ngobrol bareng."
Jonatan menggandeng tangan Rania menuju tempat dia memarkirkan motornya. Dalam diam Rania menatap laki-laki itu, genggaman tanganya begitu nyaman dan pas di tangan Rania. Haruskah Rania melepaskannya?
Setelah beberapa tahun enggak berkunjung, akhirnya Rania menginjakkan kaki ke sini lagi, di rumah Jonatan. Dulu rumahnya berada tepat disamping rumah Jonatan tetapi sekarang rumah itu sudah berpindah tangan bukan atas nama orangtua Rania karena rumah itu sudah dijual. Saat sampai di depan pintu rumah Jonatan, mama Jonatan yang membukakan pintu dan kalian tau apa yang terjadi setelahnya? Tante Maria langsung menarik tubuh Rania ke dalam pelukannya. Rania juga memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu, merasakan kehangatan yang mungkin tidak lagi dia dapatkan dari sosok ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
Fanfiction[SLOW UPDATE] Disaat prestasinya sedang menanjak dalam dunia bulutangkis, Jonatan Christie harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Saat tengah berjuang membawa nama bangsa di pesta olahraga se-asia tenggara atau SEA GAMES, laki-laki yang akr...