01 :: Bertemu

1.4K 120 20
                                    

Meski sangat disibukkan dengan latihan di Pelatnas, Jonatan tidak mau melupakan pendidikannya begitu saja. Baginya itu prioritas meski dia jarang masuk kampus karena harus mewakili Indonesia di setiap turnamen.

Usianya baru menginjak angka 20 tahun, akan tetapi Jonatan sudah memutuskan untuk mengikat erat hubungannya dengan Vanessa. Dia tidak mau melepas begitu saja gadis yang dipacarinya tiga tahun lalu sejak Jonatan duduk di kelas 12 hingga akhirnya dia menyakinkan untuk bertunangan dengan Vanessa dua bulan sebelum bulan kelahirannya. Meski telah bertunang baik Jonatan dan Vanessa tidak mau menikah di usia muda, karena untuk saat ini keduanya tengah fokus dengan mimpi-mimpinya. Vanessa sedang berjuang meraih gelar sarjana begitu juga dengan Jonatan, menjadi sarjana sekaligus ingin menjadi pemain top dunia.

Jonatan melangkah ke dalam lobi kampus setelah memarkirkan motornya. Penampilannya terlihat cool dengan balutan kemeja denim dan sepatu Vans berwarna hitam membuat kegantengannya bertambah berkali-kali lipat.

Seperti biasa, sebelum kelas dimulai cowok itu akan ngumpul dan ngobrol-ngobrol di kantin bersama teman-temannya. Jonatan menghentikan kakinya saat tiba di kantin. Pagi ini kantin lumayan sepi tidak seperti biasanya. Jonatan celingukan mencari keberadaan kawannya, namun tak lama matanya menangkap keberadaan mereka.

"Hei, bro, baru nyampe lo?" sapa Septian.

Jonatan tak menjawab, dia memilih duduk di bangku kosong sebelah Aji. "Kenapa pindah sih, kan kita udah sepakat kalo ngumpul di tempatnya Teh Santi. Gue sampe bingung tadi nyari lo semua."

"Palingan lo di sana cuma mau godain Teteh Santi doang, nangkringnya yang lama tapi cuma beli es teh segelas, iya gak bro?!" omongan Marvel langsung disambut sorakan heboh.

Jonatan tidak bisa mengelak, karena apa yang diucapkan Marvel memang benar. Cowok mana yang gak kegoda dengan paras cantik Teh Santi? Ditambah postur tubuhnya yang tinggi menjulang bak seorang model. Tubuhnya memang ideal. Sebenarnya itu hanya kerjaan Jonatan saat dia merasa pusing setengah modar setelah keluar dari kelas dimana sang dosen yang mengajar mata kuliah begitu menyebalkan di matanya. Alhasil setelah keluar dan terbebas dari dosen berkepala botak itu dia dan teman segenk-nya langsung stay di warung Teh Santi.

"Antum kagak boleh gitu, goda cewek sana sini. Antum gak liat tuh cincin melingkar manis di jari? Masyaallah." suara itu keluar dari mulut Kemal, cowok turunan arab itu memang sering melontarkan petuah apa saja bila teman-temannya berbuat salah. Sudah sepatutnya bukan kalo kita saling mengingatkan satu sama lain? Syukur kalo nasihat kita diterima.

"Dengerin tuh kalo Muzzammil lagi ceramah," ucap Septian. Jonatan manggut-manggut berlagak paham.

Jonatan mengambil handphone-nya. Ternyata ada panggilan masuk. Nessa cantik. Jonatan langsung meng-slide layar begitu melihat nama yang terpampang. Selanjutnya cowok itu bangkit dari kursi menjauh dari teman-temannya. Takut mereka nguping.

Jonatan menempelkan layar ponsel di telinga kirinya sementara tangan kanannya bertumpu di tembok.

"Halo, sayang," jawab Jonatan.

Terdengar suara balasan dari seberang telepon. "Kamu masih di kampus ya? Pulang ngampus bisa nggak anterin aku nyari buku?"

Jonatan tampak berpikir sejenak. "Oh, boleh aja. Mau minta ke pelaminan aja aku siap apalagi ke toko buku," senyum cowok itu mengembang begitu mendengar tawa Vanessa. "Nanti chat aja, mau pesen apa sekalian nanti aku bawain?"

"Iya, nanti aku kasih tau jam berapa. Gak usah bawa macem-macem gak inget apa kalo aku lagi diet."

"Ya ampun, sayang, badan kurus gitu mau diet. Gak usah deh kamu itu udah sempurna di mata aku."

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang