Solbin POV
PLAKK
Satu tamparan berhasil ngena pipi mulusku. Aku udah biasa. Semenjak mama meninggal, kelakuan papa jadi berubah 180°. Yang awalnya lemah lembut, sekarang jadi liar.
Kadang aku nggak pulang ke rumah, tapi nginep ke rumah temen, Somi. Dengan alasan kalau papa nggak pulang ke rumah dan aku takut sendirian di rumah. Aku berharap nggak ada yang tau bagaimana hancurnya keluargaku.
"Udah puas?"
"Kamu-"
"Papa nggak malu apa? Kalau mama tau papa sering mukulin Solbin, mama pasti marah!"
"Mama kamu udah meninggal!!"
"WALAUPUN MAMA MENINGGAL, TAPI DIA PASTI TAU!"
"Kamu ini.."
"Kenapa? Mau tampar Solbin lagi? Silahkan kalau bisa sekalian bunuh Solbin!"
PLAKK
Dan alhasil tamparan itu lebih keras. Bahkan sudut bibirku mengeluarkan darah. Pipiku udah lebam kayak habis tawuran. Tanpa merasa bersalah, dia langsung pergi.
Nangis. Cuma itu yang bisa aku lakukan. Aku udah nggak kuat sama kelakuan papa. Udah hampir 3 tahun hidup kayak gini. Bahkan aku udah pernah nyoba buat nyusul mama. Tapi aku langsung berpikir, apa dengan ngelakuin itu masalahku selesai. Sama aja kaya aku kabur bukan malah menyelesaikan.
Tanpa bersihin luka, aku langsung pergi ke rumah Somi. Untung jarak dari rumah deket. Jadi aku nggak perlu susah susah memesan ojek online.
~
Aku mengetuk pintu rumahnya. Tak butuh waktu lama buat nunggu, Somi buka pintu.
"Solbin? Pipi lo kok ungu ungu gitu? Terus bibir lo juga ada bekas darah, lo kenapa?"
"Ah itu tadi pas di kamar mandi gue denger suara, padahal di rumah nggak ada siapa siapa, gue ketakutan terus kepleset jadinya gini deh."
Somi cuma ngangguk ngangguk paham. Untung dia nggak curiga sama alasan ku.
"Oh iya, gue boleh kan tidur di rumah lo? Gue takut kalo tidur di rumah sendirian."
"Kenapa enggak, papa sama mama juga lagi pergi sampai besok, lumayanlah gue ada temen. Yaudah yuk masuk."
"Makasih Somi ku tersayang."
Maafin aku bohong lagi, Som. –Solbin
~
Hari ini aku datang lebih awal. Tentu saja sama Somi. Awalnya dia nggak mau datang sepagi ini, tapi aku memaksa. Jahat ya wkwk.
"Hoamm.. lo niat banget sih dateng sepagi ini, kelas masih sepi juga, apa jangan jangan lo punya temen yang ga keliat?"
"Ngaco lu!"
"Kan gue cuman nebak, btw katanya nanti bakal ada murid baru"
"Gue gak-"
"SOMIII!!!" kata ku kepotong sama teriakan si dewi ular aka Daehwi. Dia juga masuk ke daftar teman dekat ku.
"Bangsat! Nggak usah teriak juga kenapa sih, kenapa lo manggil manggil gue? Kangen lu?"
"Dih ogah gue kangen sama mak lampir kaya lo."
Sehabis ngomong gitu Dehwi langsung kabur. Dasar, maunya apa coba. Fyi, aku kalau udah sama mereka, mulutku udah nggak bisa dijaga, jadi maafin aja ya?
Sebelum pergi, Daehwi kasih jari tengah ke Somi. Nggak terima, Somi pun ngejar Daehwi. Aku yang lihat cuman bisa geleng geleng kepala gara gara kelakuan mereka. Pada akhirnya aku sendirian di kelas. Karena bel masuk masih lama, kuputuskan buat pergi ke atap.
~
Di sini tempat favoritku, karena suasananya yang tenang dan jarang ada orang yang ke sini. Kadang bisa leluasa nangis di sini. Tapi nggak tau kenapa, hari ini aku ngerasa ada orang lain. Aku pun mencoba muter muter, kan kalau tiba tiba nangis terus ada yang liat nggak lucu. Apalagi kalau orang itu kakak kelas, mau taruh mana muka ini?
"Lo nyari siapa?"
"Bangsat! Bikin kaget aja."
"Cantik cantik tapi omongannya kasar. Dasar."
"Masalah buat lo? Btw kok gue nggak pernah ngeliat lo?"
"Kenalin gue murid baru di sini, Bae Jinyoung."
"Gue gak tanya nama lo."
"Itu pipi sama bibir lo kenapa lebam kek abis tawuran? Atau jangan jangan lo emang tawuran?"
Shit gue lupa kalo bekas tamparan papa masih bekas
"Nggak usah sok penasaran deh lo."
Karena mood udah ancur gara gara bocah tadi, akhirnya aku balik ke kelas tanpa berpamitan.
Jinyoung POV
Aku masih penasaran kenapa muka gadis tadi lebam kayak habis tawuran. Tapi dilihat dari wajah nya dia keliatan anak yang gak pernah dapet masalah di sekolah. Kenapa aku terus mikirin dia? Kenal aja enggak. Terlalu lama disini sampai lupa waktu, aku langsung bangkit dan berjalan menuju ke ruang guru.
"Permisi."
"Silahkan. Kenapa, nak?"
"Saya mau tanya, kelas saya dimana ya pak?"
"Oh kamu Bae.."
"Bae Jinyoung"
"Itu maksud saya, setelah ini kamu ikut saya ke kelas 11-4"
~
"Baik anak anak, hari ini kalian kedatangan murid baru. Masuklah."
Aku berjalan ke dalam kelas yang lumayan besar. Kulihat sekeliling, dan baru sadar kalau sekelas sama cewek yang aku temui di atap tadi.
"Kenalin namaku Bae Jinyoung"
"Baiklah, Jinyoung kau bisa duduk di sebelahnya Solbin"
Jadi nama cewek tadi Solbin, nama yang cantik - Jinyoung
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] life, bae jinyoung
Fanfiction[ bahasa ] kadang aku merasa jatuh cinta kepadanya seperti bernapas -terlalu mudah. Sangat mudah sampai-sampai aku tak menyadarinya. © rosethctic, 2017