04

2.2K 275 11
                                    

"Lo yakin nggak mau cerita sama gue?"

"Maaf Young, gue masih belum bisa cerita ke siapa-siapa, Somi yang deket banget sama gue aja nggak tau."

"Yaudah kalau gitu, tapi kalau misal udah siap buat cerita, gue siap jadi pendengar yang baik."

Tangan Jinyoung mengusap pelan puncak kepalaku. Namun berakhir dengan tangannya yang bertengger di kepalaku.

"Young tangan lo berat ih."

"Hahaha, ngomong-ngomong udah makan?"

"Kan makanannya masih di mereka, gue nggak mau makanannya rumah sakit, hambar."

"Yaudah makan buah aja gimana? Gue kupasin bentar."

Mungkin banyak yang berpikir dia boyfriend material. Kalau banyak, kita tos dulu, kita satu pemikiran.

"Bin gue mau tanya."

"Tanya apa?"

"Orang tua lo kemana? Kok daritadi nggak keliatan."

Mungkin karena pengaruh keadaan, setiap orang yang menyinggung tentang orang tua, ekspresiku bisa langsung berubah cepet. Sensitif banget emang.

"Bin lo kenapa? Mana yang sakit?"

Aku menunjuk ke arah dada. Tak dipungkiri air mata ini juga jatuh. Jinyoung menarikku ke dalam pelukannya.

"Mama gue udah meninggal dua tahun yang lalu, papa gue yang buat gue kayak gini."

Nggak menutup kemungkinan Jinyoung kaget dengan fakta ini. Tapi dia berhasil menyembunyikan rasa kagetnya.

"Maaf gue jadi serasa maksa lo buat cerita."

"Mungkin sekarang udah waktunya buat gue cerita ke lo."

Aku menceritakan dari awal. Mulai dari keluargaku yang harmonis, meninggalnya mama, bahkan sampai sifat papa yang berubah derastis.

"Gue tau itu cobaan yang berat buat lo, mungkin papa lo masih stress karena kehilangan orang yang dia cintai."

"Gue juga ngerasa kehilangan Young, tapi sifat papa yang berubah udah bikin kecewa berat."

"Jujur gue nggak tau sebesar apa rasa kecewa lo sama dia, tapi dia yang udah besarin lo sampai sekarang kan?

Kalo lo butuh bantuan, di sini ada gue, ada temen-temen juga yang siap bantu."

Aku mengangguk. Masih harus bersyukur di dunia ini ada yang mengerti tentang keadaanku dan siap membantu. Bukan mereka yang hanya penasaran lalu pergi tanpa pamit.



~



"SOLBIN! BANG DAEHWI DATENG BAWA MAKANAN KESUKAAN LO NIH!"

"Nggak usah teriak-teriak, inget ini masih di rumah sakit."

Kita ketawa lihat tingkah mereka. Bener-bener kaya Tom & Jerry.

"Lo makan dulu gih, gue suapin sini."

Awalnya aku milih buat makan sendiri, tapi kalau udah berhadapan sama Jinyoung susah buat nolaknya. Jadi ya gini deh.

"CIE SOLBIN DISUAPIN JINYOUNG"

"Punya temen gini amat ya Tuhan."

Nggak terasa hari semakin malam. Bahkan matahari udah malu buat tampakin dirinya.

"Bin, kita balik dulu ya, cepet sembuh lo."

"Siap koko Guanlin!"

"Gue pulang dulu ya, besok siang gue ke sini lagi."

[✔] life, bae jinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang